HELLO, MY BOSS!

HELLO, MY BOSS!
Bab 46 : (Season 2)


__ADS_3

Badai masalah cepat berlalu, orang tua si pelaku yang nyaris mencelakai Cello dan Malika sudah mau menerima keadaan anaknya dengan pikiran terbuka dan hati legowo. Mereka membiarkan anaknya menempuh pendidikan dengan cara lain agar moralnya yang rusak kembali tertata. Meski terasa berat dan rindu, mereka yakin bahwa penegak hukum tak pernah salah dalam membuat aturan di negaranya. Itulah ganjaran yang harus mereka terima dari perbuatan tercela. Semoga hal ini dapat menjadi contoh buruk yang wajib ditinggalkan oleh remaja-remaja masa kini.


Keadaan di lingkungan sekolah pun mulai diperketat, pemantauan CCTV diperluas dengan tambahan satpam yang bertugas di berbagai sudut. Termasuk taman-taman sepi agar tidak menjadi sarang siswa yang suka curi-curi kesempatan untuk berpacaran.


Cello dan Malika juga sudah kembali ke sekolah setelah dipastikan tidak memiliki trauma atau gangguan khusus pasca disekap waktu itu.


Bell pertanda pulang sekolah anak kelas dua sampai kelas empat sudah dibunyikan. Cilla dan Cello duduk berdampingan sambil menunggu supir mereka datang menjemput.


"Kak, kalau aku pacaran Kakak marah engga?"


"Eh?" Cello memandang sang adik yang tampak serius menunggu jawabannya. "Ya marah lah! Aku bakalan aduin ke ayah langsung biar kamu dihukum," tukas pria kecil itu kesal.


"Ya udah si, aku 'kan cuma nanya doang. Soalnya Davika sama Rayi kayaknya udah pacaran. Jadi aku pengin ikut-ikutan."


Sontak Cello melotot tajam. "Nggak usah ikut-ikutan mereka. Kalau pun kakak bolehin adek pacaran, tetep harus nunggu kakak dulu."


"Emang kakak udah ada rencana pacaran ama si Kecap?"


"Enggak sih." Ada gelengan pasrah di wajah pria kecil itu saat mendengar pertanyaan Cilla. "Katanya dia gak mau pacaran sama anak kecil kayak aku. Kecuali kalo udah dewasa nanti."


"Ck. Kasian deh lo!" ejek Cilla sambil menjulurkan lidahnya bangga. Bangga melihat sang kakak menderita dengan sukanya yang bertepuk sebelah kaki.


"Terus kamu ... emangnya kamu ada suka sama temen sekelas kita?" celetuk Cello dengan nada sinis.


Cilla tertunduk malu, wajahnya merona sambil memegang tali tasnya lebih erat lagi. "Engga, tapi tadi aku ketemu anak cowok cakep banget. Dia udah kelas tiga," ujarnya sedikit canggung.

__ADS_1


"Siapa namanya? Dia suka sama kamu juga?"


"Kita baru pertama kali kenal. Kata temenku namanya Evan. Tapi anaknya pinter banget."


"Pinteran mana sama aku?"


Cello mulai meninggikan nada bicaranya. Entah kenapa ia tidak rela kalau sang adik lebih menyukai anak lain dibandingkan ia yang selalu dibangga-banggakan oleh Cilla.


"Ngga tau lah Kak, tapi dia cakep banget. Imut, terus adek suka!"


"Cakepan juga aku, kata bunda aku lebih cakep dari papah Teddy," terka Cello tidak terima. "Gak usah liatin yang cakep deh, kakak kamu 'kan udah cakep. Dia pasti ngga ada apa-apanya. Awas aja kalau kamu sampe deket-deket dia, aku aduin langsung ke ayah!"


"Ihhh. Mana ada begitu!" Cilla menggerutu sambil bersungut-sungut. Namun sedetik kemudian matanya membola saat melihat targetnya sedang berbicara dengan Malika tak jauh dari jangkauan mereka.


"Itu Evan kak! Itu!" tunjuk Cilla mengheboh. Cello langsung mengalihkan pandangannya ke sebuah pendopo kecil yang ditunjuk oleh adiknya. Pria kecil itu sangat terkejut begitu melihat anak yang dimaksud Cilla sedang mengobrol akrab dengan Malika berduaan saja.


"Iya, kok dia bisa sama si Kec—"


Belum sempat Cilla melanjutkan bicaranya, Cello sudah berlari kencang ke arah mereka berdua. Cilla pun ikut berlari menyusul sang kakak yang sepertinya sudah marah besar.


"Kamu ngapain deket-deket sama calon istri aku?"


"Ya ...?" Evan yang baru pertama kali melihat Cello langsung dibuat terkejut dengan pertanyaan anak itu. Ia tidak menyangka akan disergah dan difitnah menjadi pebinor di usia yang masih semuda ini.


"Malika itu bakalan nikah sama aku!"

__ADS_1


Sontak Malika langsung menggeleng tidak setuju. "Engga Van, aku engga ...."


"Jadi kamu bohongin aku? Kamu lebih milih anak kelas tiga itu dari pada aku?" tukas Cello yang lansung menatap Malika penuh penekanan.


Malika tertunduk diam. Hatinya bimbang karena yang Cello katakan memanglah benar. Ia menyukai Evan. Dan tentunya lebih memilih pria kecil itu dibandingkan dengan Cello yang terlalu junior dan tak pantas untuknya.


Cilla datang dengan napas terengah-enggah. Kemudian menarik sang kakak agar sedikit menjauh dari Evan dan Malika yang tengah duduk berdampingan.


"Jangan malu-maluin Kak," bisik anak itu.


"Tapi dia mau ngerebut calon istri aku!" tandas Cello berseru agar mereka berdua mendengar. Cilla sampai malu dan langsung menutup mulut anak itu agar berhenti bicara.


Cello menghempaskan tangan adiknya tanpa peduli. "Kamu udah janji mau nikah sama aku, tapi kenapa deketan ama anak cowok lain? Udah aku bilang, aku paling gak suka liat kamu temenan sama cowok-cowok."


Malika terdiam tanpa kata. Keadaannya tampak miris seolah ia habis kepergok mesum di dalam hotel oleh suaminya sendiri.


"Kamu diem, berarti kamu suka sama Evan!" tukas Cello lagi. Kali ini wajahnya tampak cemberut. Di mana Cilla dapat melihat seluruh jiwa raga papahnya masuk ke dalam diri anak itu. Posesifnya Cello sangat mirip dengan sang ayah yang selalu mengklaim milik pribadinya harus selalu utuh. Dan melarang orang lain menyentuh ataupun berani mendekati.


"Emang Kak Malika suka aku?" Lontaran pertanyaan yang Evan tanyakan membuat Malika mendadak kehabisan oksigen.


Aku harus jawab apa?


Dia memilih pergi dan berlari. Enggan memilih dua pria yang ada di hadapannya. Sementara Cilla sedang berusaha mengatur kestabilan napasnya agar tidak meledak begitu saja.


Sebel ... sebel. Kenapa semua cowok sukanya sama si Kecap sih? Jelas-jelas lebih cantikkan aku daripada dia.

__ADS_1


***


Uwu-uwu Lisa Farhan entar malem ya, soalnya ada 21+nya. Wkkww. Jangan lupa kasih hadiah kopi dan bunga dulu dong, biar aku syemangattt. hehe


__ADS_2