
__ADS_3
Asher mencium dahi istrinya yang di penuhi peluh. "Terima kasih sayang kamu luar biasa," bisik Asher di tengah nafas yang masih memburu.
Yuki mengangguk, perempuan itu memejamkan mata sesaat karena terasa lelah. Seandainya tidak ada jadwal ke kampus sudah bisa di pastikan ia memilih tidur.
Asher masih di samping istrinya, mengamati wajah Yuki dengan seksama. Iya merasakan bertambah hari bertambah cinta, mungkin terdengar lebay tapi itulah kenyataanya.
"Capek banget ya? Maaf ya sayang..." Asher menciumi pipi kiri dan kanan Yuki secara bertubi membuat si empunya pipi merasa geli.
"Sayang... ayo mandi, katanya mau ke kampus ada pembagian dosen pembimbing," bisik Asher mengingatkan.
Yuki membuka mata, berusaha menghilangkan rasa malas dan segera bangkit dari kasur. Bagian intinya masih terasa ngilu, Asher yang paham hal itu tanpa aba-aba langsung menggendong tubuh istrinya dan membawa ke kamar mandi.
"Mandi bareng ya?" ujar Asher setelah menurunkan istrinya.
"Aku sebenarnya tadi udah mandi, tapi ya berhubung kamu luar biasa Mas, terpaksa mandi lagi deh," keluh Yuki.
"Ya udah biar aku mandiin aja, itung-itung sebagai bentuk rasa tanggung jawab karena sudah membuat istriku yang cantik ini merasa capek." Yuki mendadak awas.
"Nggak mau, sana keluar aku mau mandi sendiri nanti kamu nakal."
"Nggak sayang... janji aku nggak akan minta lagi. Udah jangan cemberut ayo sini buka selimutnya."
Yuki menurut, akhirnya mereka mandi bersama. Sama-sama berendam di bathtub. Yuki sengaja memunggungi suaminya untuk menghindari tatapan matanya bertemu dengan mata suaminya. Terlalu malu, entahlah Yuki selalu merasa begitu ditatap semakin dalam membuat pipinya seketika memanas.
"Sayang..." panggil Asher lirih tepat di leher belakang.
"Hm..." Yuki hanya menjawab dengan gumaman.
"Aku bantu gosokkin punggungnya ya?" Yuki mengangguk, di balik punggungnya Asher mengulum senyum. Istrinya itu sangat menggemaskan.
Asher merasa sesuatu yang di bawah sana merespon dengan baik saat tubuhnya bersentuhan dengan kulit istrinya. Tentu saja ia berusaha menahan diri agar tidak meminta untuk yang ke dua kali. Ia merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa untuk tidak berhasrat.
Aduh... Yuki marah nggak ya kalau aku main lagi.
Yuki merasa Asher tidak hanya menggosok punggung namun juga menggosok yang lain. Lama-lama pria itu mengikis jarak mendekapnya dari belakang dan menciumi bahu polos istrinya.
Yuki paham sekali dengan tatapan suaminya, tatapan memohon yang sudah dipenuhi kabut gairah. Awalnya Yuki ingin menolak tapi takut dosa di tambah posisi mereka saat ini rasanya sangat mustahil lolos darinya.
"Kamu nakal Mas," bisik Yuki di tengah-tengah ciuman panas mereka.
"Sorry... nggak kuat aku, kamu selalu menggairahkan buat aku sayang."
Setelah adegan mandi plus plus Yuki segera mengganti tubuhnya yang polos itu dengan baju yang biasa ia pakai ke kampus. Asher juga sama mereka tengah berganti baju. Namun bedanya dengan Asher pria itu nampak menggunakan kaus santai bukan baju ke kantor karena memang hari ini ia tidak ada niatan mengunjungi kantornya. Asher mau bekerja dari rumah.
__ADS_1
"Sayang... udah, ayo sarapan dulu kamu pasti lapar kan?"
"Banget," jawab Yuki mengiyakan. Pagi-pagi harus melayani suaminya sampai dua kali.
Setelah selesai mengganti baju, mereka berdua turun lalu langsung menuju ruang makan. Yuki menuju dapur untuk memanasi lauk dan sayur untuk suaminya. Sebenarnya di rumah Mama ada dua ART dan satu baby sitter yang khusus menjaga Sky, tapi mereka sedang sibuk dengan urusan rumah yang lainya. Jadi hanya urusan panas memanasi tidak perlu repot memanggil mereka.
Mama tidak tahu kemana dan Papa sudah berangkat ke kantornya. Sky mungkin sedang di mandiin atau biasanya kalau pagi-pagi gini Sky sedang di jemur sama pengasuhnya.
"Sudah cukup sayang segitu saja," seru Asher demi melihat isi piringnya dengan porsi lebih.
"Mau sama apa?"
"Tumis sayur hijau itu sayang sama ayam saja."
Mereka makan dalam diam, menikmati sarapan dengan wajah berseri tentunya bagi Asher.
Setelah sarapan selesai, Yuki menghampiri anaknya terlebih dahulu sebelum berangkat ke kampusnya. Masih ada waktu sekitar tiga puluh lima menit lagi sebelum Yuki berangkat.
Jarak rumah Mama dan kampus Yuki cukup lumayan belum lagi macet. Setelah puas bermain dengan Sky, eh ralat sebenarnya belum puas namun diharuskan untuk berhenti sebab ada kegiatan di luar rumah tentunya, Yuki pamit berangkat ke kampus.
"Mas aku berangkat ya?" pamit Yuki kepada suaminya.
"Tunggu sayang Mas anter aja," ujar Asher pria itu memang sengaja ingin mengantar istrinya hari ini.
"Belum jelas sih Mas, cuma ada satu mata kuliah," jawab Yuki.
"Nanti aku jemput, telfon saja kalau sudah mau pulang." Yuki mengangguk.
Setelah kurang lebih dua puluh lima menit mobil yang di kendarai Asher tiba di kampus Yuki. Seperti biasa Yuki pamit dengan salim dan Asher meninggalkan jejak sayang di kening istrinya.
"Hati-hati sayang..."
"Iya Mas, assalamu'alaikum..."
"Waalaikum salam..."
Yuki langsung menuju gedung dimana tempat kelasnya berada. Ia mengikuti makul hari ini dengan sedikit malas di tambah baru beberapa detik yang lalu mengetahui kalau dosen pembimbingnya Dosen Bisma. Entah mengapa Yuki kurang sreg mengingat ia adalah teman suaminya.
"Ki... lo bimbingan sama siapa?" tanya Gea penasaran.
"Pak Bisma," jawab Yuki datar.
"Wih... beneran? Asyik tuh bisa cuci mata setiap hari sama dosen muda. Ah... jadi pingin tukeran."
__ADS_1
"Emang bisa? Dosen lo siapa?"
"Kayaknya enggak deh, kecuali dari dosen sendiri yang minta. Bu Dewi."
"Lumayan juga bu Dewi," ujar Yuki sambil tersenyum.
"Lumayan apa?"
"Lumayan galak, super nyebelin dan pastinya harus selalu dituntut sempurna," celoteh Yuki jujur.
"Ah lo enak banget sama Pak Bisma, udah ganteng, nggak pelit nilai masih muda dan single lagi, pasti enak tuh di ajak shering."
Hufh
Yuki menghembuskan napas panjang, mungkin bagi Gea dan mahasiswa yang lainya bimbingan dengan Dosen Bisma adalah impiannya namun tidak dengan Yuki, perempuan itu merasa tidak bersemangat ditambah suaminya pasti akan rewel kalau intensitas mereka tambah sering bertemu.
Mengingat beberapa waktu yang lalu, Dosen Bisma sempat mengirim pesan menanyakan kabar tentang kesehatan Yuki saja, Asher marah. Dia yang membalas pesannya dan berakhir Yuki meminta maaf karena merasa tidak enak.
Pukul dua siang Asher menjemput Yuki ke kampus setelah Yuki menelfon nya mengabari dirinya telah usai kegiatan hari ini. Pria itu langsung meluncur tanpa menunggu lama.
"Kok cepet Mas perasaan aku baru ngabarin lima belas menit yang lalu loh," tanya Yuki penasaran ketika suaminya sampai lebih cepat dari yang biasanya.
"Tadi emang udah on the way kesini sayang jadi cepet deh," jawab Asher simple.
"Oh," Yuki hanya ber oh panjang. "Kita mau kemana?" tanya Yuki yang mulai aneh dengan jalan yang tidak biasa dia lalui.
"Pulang?" jawab Asher santai.
"Pulang? Bukannya rumah Mama nggak lewat sini ya?"
Asher tidak menjawab, pria itu fokus menyetir dan hanya dalam waktu kurang dari lima belas menit ke duanya sudah sampai di depan halaman rumah yang besar dan megah.
"Rumah siapa Mas?" Yuki mengeryit bingung saat suaminya menggandeng tangannya dan menuju teras.
"Rumah kita, ini kuncinya. Ayo buka pintunya sayang," titah Asher yang belum direspon istrinya.
"Sayang masuk, kok malah bengong. Ayo sayang ini rumah kita." Asher merengkuh bahu Yuki dan membawa istrinya masuk.
"Kamu beli ini kapan? Kok nggak bilang?"
"Udah lama, semenjak kamu mau pulang bareng aku. Tapi kan kamu diajak tinggal berdua nggak mau."
Waktu itu Asher masih maklum, mungkin karena memang dulu pernah terjadi pengalaman yang memilukan jadi wajar kalau Yuki merasa takut untuk tinggal berdua saja, sekarang beda cerita Asher harap Yuki mau menerima tinggal mandiri. Tanpa bayang-bayang orang tua mereka dan bisa mandiri lebih tepatnya.
__ADS_1
__ADS_2