Baby Twins CEO

Baby Twins CEO
Hak atas Kedua Anakku


__ADS_3

°°°~Happy Reading~°°°


Suasana hangat memenuhi teras rumah itu, sepasang orang tua yang tak saling terikat, kini tengah menghabiskan waktunya menemani sang buah hati yang masih asik dengan mainan nya.


Tawa riang tak luput menggema di teras sempit itu, Arshi lah pelakunya, sudah tak terlihat lagi raut kesal dari wajah menggemaskan Arshi, gadis kecil itu sudah kembali pada wujud aslinya, berceloteh riang sembari memainkan boneka kesayangannya.


Sedang sebelah tangannya kini setia menggenggam susu stroberi kesukaannya, sesekali gadis kecil itu menenggak minuman nya saat dirasa dahaga kembali menerpa tenggorokan kecilnya.


Pemandangan langka itu tak luput dari sorot mata tajam Marvell, tak pernah ia mengira putri kecilnya itu menangis meraung-raung hanya karena dua botol susu yang tak segera di turuti sang ibu. Salah besar jika ia menganggap perilaku kasar Anelis lah yang menjadi penyebab putrinya itu terisak, pada kenyataannya, wanita itu adalah wanita lembut penuh kesabaran hingga tak terlihat murka meski putrinya itu menangis karena hal remeh sekalipun.


Benar kata Willy.


Flashback on


Anelis menutup pintu rumahnya begitu keras, meninggalkan Marvell yang masih berdiri di depan ambang pintu itu tanpa rasa takut sedikitpun.


Marvell murka, ia berdecak kesal, marah bukan main, ia begitu jengkel dengan sikap Anelis yang di anggapnya begitu angkuh itu.


" Cihh... Kau lihat itu Will, betapa angkuhnya perempuan itu " Marvell mengacak rambutnya frustasi, ia kesal, baru kali ini ia diperlakukan tak menyenangkan seperti itu, seumur-umur orang-orang akan selalu memujinya, atau bahkan memujanya agar mendapat perhatian nya.


" Maaf tuan... Menurut saya nona Anelis bukan wanita seperti itu, mungkin nona hanya ketakutan melihat anda, nona takut jika anda benar-benar merebut anaknya secara paksa, nona hanya ingin melindungi anak-anaknya tuan. Dan lagi, cara anda dalam berbincang tadi terlalu keras untuk nona Anelis... " Sanggah Willy, bertahun-tahun bekerja dengan Marvell, ia sudah hapal dengan tingkah Marvell yang tak pernah sadar dengan sikap keras nya.


" Keras? Kau bilang sikap ku keras? Bukankah aku tadi sudah bersikap terlalu lembut padanya? " Marvell tak terima, susah payah ia menekan kesabarannya, ia bahkan menurunkan intonasi suaranya sampai ke oktaf paling rendah.


" Maaf tuan, tapi bagi nona Anelis, mungkin anda terlalu keras dan memaksa, anda harus bersikap lebih lembut pada nona Anelis, dan ambillah hatinya dengan hal-hal kecil, mungkin akan membuat nona Anelis menjadi luluh nantinya... "


Marvell menghela nafas panjang, ia menekan kesabarannya, ia tak ingin anak kembar yang baru ia ketahui keberadaan nya itu lebih tersiksa dengan hidup miskin dan penuh kekurangan.


" Lalu apa yang harus ku lakukan sekarang " Marvell mengusap wajahnya kasar, ia frustasi, tak tahu apa yang harus ia lakukan. Benar, wanita itu memang sangat sulit di mengerti.


" Kita bermalam disini! "


" Apa kau bilang? Apa kau sudah gila Will? " Semprot Marvell, bagaimana ia bisa bermalam di dalam mobil yang pasti tak akan nyaman itu. Apa kabar dengan ranjang empuk nya.


" Mungkin ini salah satu bentuk penyesalan anda tuan, nona Anelis adalah wanita yang baik yang penuh kelembutan, nona akan tersentuh dengan hal-hal kecil sekalipun. Dan yang terpenting, anda harus mengambil empati dari anak-anak anda, anda harus bisa mengambil hati mereka. Mungkin anda bisa memulainya dengan nona Arshi, gadis kecil itu begitu menyukai anda tuan... "


Marvell menghela nafas dalam-dalam, misi itu benar-benar tak mudah, sulit bukan main, ia harus menekan kesabarannya sampai level tertinggi, dan itu tak mudah melihat sikapnya yang penuh tempramen dan kearoganan.


Flashback off

__ADS_1


Tak terasa senyum tipis menyungging dari bibir kaku itu, entah kenapa hatinya merasa damai dengan suasana itu, entah kenapa ia merasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga yang tak sengaja ia ciptakan itu, ada rasa tak rela jika ia harus meninggalkan keluarga kecil itu disini, apakah keputusan nya untuk memboyong mereka kembali ke Jakarta adalah hal yang tepat?


" Kenapa anda masih di sini? "


Marvell tersadar dari lamunannya, sontak menatap Anelis yang tengah memandangi kedua buah hatinya dengan tatapan kosong.


" Ada yang perlu kita bicarakan "


" Bukankah sudah saya katakan kemarin, tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi... " Anelis tak mengalihkan pandangannya, ia berusaha untuk tetap tenang, bahkan kini ia melirihkan suaranya, anak-anaknya bisa saja mendengar semua percakapan mereka karena jarak mereka yang tak terlalu jauh.


" Banyak yang harus kita bicarakan "


" Apa? " tantang Anelis, ia menoleh seketika, ia berusaha menekan amarah nya agar tak meledak, ia sudah muak dengan percakapan itu. Kalau saja Arshi tak menempel pada laki-laki itu, sudah pasti ia akan mengusir laki-laki itu dari kediamannya.


" Aku ingin membawa kalian kembali ke Jakarta "


" Tidak... " Tolak Anelis mentah-mentah.


" Aku akan memberikan fasilitas yang lengkap untuk kalian, kalian akan hidup nyaman disana "


" Anda tidak perlu repot-repot mengurusi hidup saya tuan, saya sudah cukup merasa nyaman hanya tinggal dengan dua buah hati saya... "


Anelis menyunggingkan senyum getir.


" Hak? Anda bicara tentang hak? Punya hak apa anda atas anak-anak saya? Bukankah anda sendiri yang tak mengakui mereka bahkan mengatakan bahwa mereka an... "


" Cukup!!! "


Cukup!!! Marvell sudah tak sanggup menahan amarahnya lagi, ia bukanlah laki-laki penyabar yang bisa mendengarkan celotehan wanita itu, yang ada, wanita itulah yang harus mendengarkan dirinya.


Mereka saling pandang dengan sorot mata saling menajam, tiba-tiba situasi disana berubah mencekam, aura permusuhan berkobar hebat di antara keduanya, keduanya telah di kendalikan oleh arogansi untuk mempertahankan kepemilikan nya masing-masing.


" Om Laka... " Teriakan Arshi berhasil memutus tatapan tajam itu, mereka menoleh seketika, menatap pada laki-laki yang kini baru saja tiba di kediaman itu.


Arshi langsung bangkit dari duduknya, ia menyambut kedatangan Raka dengan merentangkan kedua tangannya siap merengkuh tubuh tinggi itu.


Tak ingin menganggurkan tangan mungil Arshi, Raka sontak membalas rengkuhan gadis menggemaskan itu, kemudian berangsur melepasnya.


" Bagaimana kabar putri cantik om... " Sahut Raka sembari menjembel pipi chubby Arshi.

__ADS_1


" Ashi ladi sheuneng sheukali om Laka, tadi Ashi dapat cucu tobeli dali om danteng, baaaanak cekali, Ashi shuka shuka shuka... " Arshi meloncat-loncat riang, senang bukan main, tidak hanya 2 kotak susu stroberi, ia bahkan mendapatkan 3 box susu stroberi dari om danteng kesayangannya. Entah berapa lama sampai ia bisa menghabisi tumpukan susu yang menggunung itu.


" Mas Raka, ada perlu apa mas... " Anelis beranjak dari duduknya meninggalkan Marvell seorang diri, ia mulai mendekati Raka yang masih berbincang dengan putri kecilnya itu.


" Hanya ingin mengantarkan buku untuk anak-anak, kemarin aku sudah berjanji pada mereka... " Raka menyodorkan dua buah buku cerita pada Anelis.


" Maaf, jadi ngerepotin mas Raka terus... " Anelis mengulur tangannya menerima pemberian Raka.


" Duduk dulu mas, saya buatin minum dulu... " Tawar Anelis


" Tidak An... Terimakasih atas tawaran nya, tapi aku harus segera pergi, ada sedikit urusan dengan temanku... "


Raka bangkit dari posisinya, ia menyempatkan untuk menatap wajah dingin itu, wajah yang kini menatap ke arahnya dengan tatapan tajam penuh permusuhan, alih-alih membalasnya dengan tatapan yang tak kalah tajam, Raka malah membalasnya dengan senyum menyungging tipis di bibirnya, lalu tak lama ia sudah meninggalkan tempat itu.


Jangan tanyakan lagi bagaimana perasaan Marvell saat ini, ia jengkel, kesal, marah bukan main. Menata laki-laki yang begitu dekat dengan kedua anaknya itu sangat menjengkelkan untuknya. Dan lagi, kenapa wanita itu bersikap lembut pada laki-laki asing itu, sedang padanya, memandang pun wanita itu tak sudi.


Ahhh... Sial... Hatinya kesal bukan main.


Ia menajamkan matanya menatap Willy yang masih stand by di posisinya, terlihat Willy langsung mengangguk patuh dengan senyum yang terlihat berbeda.


Ada apa dengan asistennya itu, kenapa si asisten Willy itu senyum-senyum nggak jelas? Apa asistennya itu sudah gila.


Ahhh... Persetan dengan itu semua, yang pasti, kini ia tengah kesal setengah mati.


🍁🍁🍁


Annyeong Chingu


Othor mau minta maap kalau 3 hari ini othor nyangkut di pohon toge


Bukan sengaja, tapi keadaan yang memaksa


Sebisa mungkin othor sempetin untuk nulis, karena othor tahu di gantung itu nggak enak dan butuh kesabaran


maacih buat readers yang masih setia di nopel abal-abal othor


Happy Reading


Saranghaja 💕💕💕

__ADS_1


__ADS_2