
__ADS_3
Nino dan Ansel sibuk bermain game PUBG mobile. Ryan yang tengah berada di suatu tempat tiba-tiba menelpon dan mempertanyakan dimana kedua cucunya.
"Ada dad, tuh merayap di lan....."
Mata Nino mencari kesana kemari, namun ia dan Ansel tak menemukan si kembar.
"Nin?"
Ryan kembali bertanya. Nino dan Ansel melihat pintu belakang yang terbuka, kebetulan mereka nongkrong diruang keluarga yang dekat dengan pintu belakang tersebut.
"Gubrak."
"Gubrak."
"Gubrak."
Nino dan Ansel segera berlarian keluar, mereka mencari kesana kemari. Dan betapa terkejutnya mereka, ketika melihat Azka dan Afka yang nyaris sampai ke kolam renang.
"Heeeeeh."
Nino dan Ansel berteriak dan berlari sekencang-kencangnya. Mereka kemudian berhasil mendapatkan kedua bayi yang nyaris tercebur itu.
"Hhhh."
"Hhhh."
"Hhhh."
Nafas keduanya ngos-ngosan, seperti maling yang habis dikejar warga. Mereka terdiam syok beberapa saat, karena hampir saja sesuatu yang fatal menimpa kedua keponakan mereka. Andai tadi Ryan tak menelpon dan menanyakan si kembar. Andai mereka.....
"Ah."
Nino dan Ansel menepis semua pikiran buruk yang kini melintas, mereka benar-benar lalai kali ini.
"Hoayaaa."
"Eheeee."
Para bayi tak mengetahui, jika jantung kedua om mereka nyaris copot.
"Lo sih, ngajak push range mulu." ujar Ansel menyalahkan Nino.
"Eh, Jumali. Siapa tadi yang dari luar terus nggak nutup pintu kenceng-kenceng?"
__ADS_1
Nino balas menyerang Ansel. Keduanya lalu sama-sama terdiam, dengan ketakutan serta kecemasan yang masih memuncak.
Detik berikutnya....
"Tak, tok, tak, tok, tak, tok."
Nino dan Ansel membuat penghalang di setiap pintu. Pintu depan, samping, arah menuju ke tangga, ke toilet dan lain sebagainya. Mereka membuat pembatas dari kayu itu, agar si kembar bisa bermain dan tak lolos kemana-mana.
Dalam sekejap rumah Ryan yang aesthethic dan selalu menjadikan feeling good, kini menjadi feeling bad. Sebab pembatas kayu yang dipasang secara barbar ada dimana-mana.
Hingga ketika Arka dan Amanda serta Ryan datang, mereka bingung melihat keadaan rumah tersebut.
"Lu pada ngapain, main rumah-rumahan?" tanya Arka heran.
Arka, Amanda, dan Ryan yang kebetulan tiba bersama itu pun melangkahi pembatas. Nino dan Ansel membuatnya cukup tinggi, hingga orang agak kesulitan ketika melewatinya.
"Anak lo noh, udeh deket kolam renang." ujar Nino.
Arka, Amanda, dan Ryan pun terkejut.
"Pas daddy nelpon tadi?" tanya Ryan.
"Iya dad, untung ketahuan." lanjut Nino lagi.
"Tadi ke deket kolam, dek?"
"Eheeee."
"Awas ya kalau nakal lagi." ujar Amanda.
Jujur ia sangat khawatir, namun ia juga tak ingin menyalahkan Nino dan Ansel sepenuhnya. Ia bersyukur anak-anak itu masih selamat.
"Makanya jangan main game terus."
Ryan memarahi Nino dan juga Ansel. Kedua bersaudara itu hanya diam dan saling melirik satu sama lain.
"Elu sih." ujar Ansel pada Nino.
"Lu juga, bego." balas Nino.
Untuk selanjutnya kedua paman teledor itu menjadi lebih telaten dalam mengawasi keponakan mereka. Namun tanpa mereka sadari, jika pembatas yang mereka buat akan memakan korban.
Malam itu Nino yang tidur di lantai atas, turun untuk mengambil air minum. Namun malang, karena lampu dimatikan dan hanya lampu dapur saja yang hidup. Kaki Nino membentur pembatas itu hingga ia pun kesakitan.
__ADS_1
"Bangsat, ah elah." gerutunya kemudian.
Saat kembali dari mengambil air minum, ia pun lupa dan kakinya kembali membentur pembatas itu.
Sekitar pukul dua dini hari, Amanda merasa haus. Ia tak menemukan Arka disampingnya. Ternyata Arka sudah duluan pergi ke dapur, lalu Amanda menyusul.
Usai minum, masih dengan kantuk yang amat sangat, Arka serta Amanda bergerak kembali ke kamar. Namun kemudian,
"Gubrak."
Seseorang terjungkal dari tangga, karena menabrak pembatas. Arka dan Amanda terkejut karena mengira itu Ryan. Namun setelah dihidupkan lampu, ternyata Ansel.
"Hahaha."
"Hahaha."
Keduanya terpingkal-pingkal. Mendengar tawa Arka dan Amanda, Nino dan Ryan pun keluar dari dalam kamar. Mereka juga tak bisa menahan tawa, sementara Ansel dongkol setengah mati sambil menahan sakit.
"Gue sumpahin lo semua ketemu kuntilanak." ujar Ansel.
"Hihihi." terdengar suara seperti kuntilanak sedang tertawa.
Arka, Amanda, dan yang lainnya langsung terdiam.
"Hihihi."
Suara tersebut kembali terdengar. Arka dan Amanda langsung masuk ke kamar dan mengawasi anak-anak mereka. Ansel ikut ke kamar Arka, Nino pun demikian. Tak lupa ia menarik Ryan.
"Suara apa sih itu tadi?" tanya Arka kemudian, mereka semua masih cemas.
"Burung kali." ujar Amanda.
"Bodo amat, mau burung kek, apa kek. Gue mau tidur sini pokoknya." ujar Ansel.
"Gue juga." timpal Nino.
Kebetulan kamar tersebut luas. Ada sofa, dan juga karpet bulu didalam.
"Dad, jangan kemana-mana." ujar Ansel.
Ryan pun akhirnya tak bisa menolak. Ia tidur di sofa, sementara Ansel dan Nino di karpet bulu. Arka mengeluarkan bantal serta selimut dari dalam lemari. Jadilah mereka semua berada di ruangan itu.
Mendengar suara gaduh, Azka dan Afka terbangun. Lalu keduanya malah mengajak semua orang untuk bermain. Waktu terus berlalu, akhirnya mereka semua pun tertidur lelap. Tanpa pernah mereka ketahui, suara apa yang mereka dengar pada malam tersebut.
__ADS_1
Padahal itu adalah suara sound video dari seorang sekuriti kompleks yang tengah berpatroli. Sekuriti itu berhenti tepat di muka rumah Ryan untuk beristirahat. Ia kemudian menonton tayangan paranormal experience di YouTube.
Sekuriti itu tak mengetahui, jika suara handphonenya telah membuat sagu keluarga ketakutan dan bahkan bertumpuk di satu kamar yang sama.
__ADS_2