
__ADS_3
Arka meletakkan segelas kopi panas ke atas meja balkon. Saat itu telah ada Nino yang duduk disana sejak beberapa menit yang lalu. Ini terjadi pada sehari kemudian, setelah Nino berbicara dengan Ryan mengenai Citra.
"Daddy tuh bener, Nin. Biar gimanapun Citra itu nyokap kandung lo."
Arka berujar kepada saudara sekaligus iparnya tersebut. Ia kini duduk di dekat Nino.
"Ya, walupun gue tau ini nggak mudah buat lo. Gue cuma bisa ngomong doang, tanpa tau sedalam apa rasa sakit yang lo miliki terhadap dia. Tapi sekali lagi, daddy nggak salah ngomong kayak gitu." lanjutnya kemudian.
Nino menghisap rokok elektrik atau pod vape yang ada di tangannya. Sesaat setelah itu terlihat asap mengebul di sekitar.
"Hhhhh."
Nino menarik dan menghela nafas agak panjang. Seperti hendak membuang perasaan tak enak yang sampai saat ini masih mengganjal di hatinya.
"Ngerti kan lo?" tanya Arka pada saudaranya itu.
Dan Nino pun hanya bisa mengangguk perlahan, dengan pandangan yang terlempar jauh ke depan.
"Nono."
Azka dan Afka yang memang sejak tadi telah di keluarkan dari dalam box bayi, kini merayap ke luar ke arah Nino dan Arka. Sontak kedua pria itu meletakkan rokok elektrik mereka dan langsung menyambut si kembar.
Azka yang dipangku oleh Arka, meminta dipangku pula oleh Nino. Sama seperti saudara kembarnya Afka.
"Nono." ujarnya menunjuk Nino.
Maka dalam sekejap mereka berdua sudah ada dalam pangkuan sang paman. Dan itu cukup untuk mengalihkan kondisi pikiran Nino saat ini.
"Nono, mam."
Azka mengatakan hal yang membingungkan. Antara menyuruh Nino makan, atau meminta makanan untuk dirinya sendiri.
Nino lalu mengambil biskuit dari dalam toples, yang kebetulan ada di atas meja. Azka meraih biskuit tersebut kemudian mencoba menyuapkannya pada pria itu.
"Mam." ujarnya kemudian.
"Nggak mau, Azka aja yang makan." tukas Nino.
"Mam."
"Mam."
Azka masih memaksa, Nino akhirnya memakan biskuit tersebut. Tak lama Amanda keluar dengan membawa roti buatannya sendiri, yang baru saja matang dan masih fresh. Tadi ia sibuk berkutat di dapur, karena baru mendapatkan resep dari YouTube.
"Nih rotinya udah mateng." ujar Amanda seraya meletakkan roti tersebut ke atas meja.
"Sini nak, sama mama. Kasihan Nono."
__ADS_1
Amanda mencoba meraih salah satu anaknya. Namun mereka menolak.
"Nono."
"Hekhee."
Mereka sama-sama hendak menangis.
"Udah nggak apa-apa, sama Nono aja." ujar Nino kemudian.
"Eheee."
Mereka kembali tertawa-tawa.
"Mam, ti."
Mereka menunjuk roti yang dibuat Amanda. Kemudian Amanda mengambilkan dan menyuapi mereka. Waktu pun berlalu dan cerita mengalir begitu saja.
Amanda yang tidak tahu menahu tentang cerita Nino sebelumnya, kini diceritakan oleh Arka mengenai hal tersebut.
"Daddy bener sih, tapi Nino juga nggak salah." ujarnya bersikap netral.
"Kalau aku pribadi terserah kamu aja kapan bisa baik sama ibu kandung kamu. Yang jelas jangan salahkan daddy juga kalau dia ngomong begitu. Sebagai orang tua dia memang harus bersikap bijak. Walaupun mungkin dia juga nggak suka sama sikap ibu kamu." lanjutnya lagi.
Nino tak memberikan komentar apa-apa, namun ia mendengarkan dengan baik. Topik pun kemudian beralih, mereka membicarakan hal lain. Hingga rasa tidak nyaman Nino terhadap Citra menjadi benar-benar lenyap.
***
Amanda pun mengerti. Toh ada pak Darwis ini yang bisa menjemput dirinya. Arka ada sempat menawarkan Amanda untuk ikut ke lokasi syuting. Tetapi Amanda pikir, takut anak-anak mencari dirinya.
"Lama nggak?" tanya nya saat itu pada Arka.
"Ya tergantung sama banyak atau nggaknya adegan dan berhasil atau nggaknya para talent dalam mengeksekusi adegan tersebut. Karena kadang kita udah serius, eh talent lain yang merusak." ujar Arka.
"Iya sih, nanti deh. Nanti aku kesana, tapi mau memastikan anak-anak dulu di rumah. Mau mandiin mereka dan kasih maka juga. Takutnya kayak kemaren, nggak mau makan sama mbak. Maunya sama mama." tukas Amanda.
"Ya udah nanti kalau mau datang, datang aja. Aku share lokasi."
"Oke." jawab Amanda.
Kemudian Arka menyudahi telpon tersebut. Saat pulang dari kantor Amanda dijemput oleh pak Darwis. Ketika tiba di rumah, ternyata si kembar sudah mandi dan makan.
Amanda jadi berpikir untuk menyambangi lokasi syuting, tempat dimana kini Arka berada. Ia pergi mandi dan membersihkan seluruh tubuhnya.
Setelan itu ia mengeringkan rambut dan mengenakan daster, sebab ia ingin berdandan terlebih dahulu.
"Huaaaaa."
__ADS_1
Terdengar suara si kembar yang mendadak menangis. Segera saja Amanda keluar dari kamar lalu menghampiri keduanya yang masing-masing digendong oleh mbak pengasuh.
"Kenapa sayang?" tanya Amanda pada mereka.
"Huaaaaa."
Mereka makin kencang menangis. Namun satu hal yang Amanda tangkap adalah, kedua anak itu tengah dilanda rasa kantuk. Terlihat dari cara mereka yang selalu mengusap kedua mata dengan tangan.
Akhirnya Amanda mengisi botol susu dengan ASI, kemudian membawa si kembar ke kamarnya. Ia menemani kedua anaknya itu untuk tidur.
***
"Man."
Amanda merasa tubuhnya ada yang menyentuh. Kemudian terdengar sebuah suara yang memangil namannya.
"Man."
"Hah?"
Amanda bangun karena kaget. Dan yang lebih kaget lagi, ia melihat Arka kini ada disisinya.
"Koq kamu udah pulang, Ka?" tanya nya heran.
Amanda melirik ke sekitar dan anak-anak sudah tidak ada disana. Bisa dipastikan jika Arka telah memindahkan kedua anak itu ke kamar mereka.
"Ini udah jam berapa sayang." Arka menjawab seraya mencium pipi istrinya itu.
Amanda kemudian melirik jam di handphone, ternyata sudah pukul setengah tiga pagi.
"Astaga, Ka. Aku ketiduran ya ternyata. Padahal tadi niat aku mau ke lokasi syuting tau. Anak-anak nangis dan aku nemenin mereka tidur."
Arka tersenyum.
"Mbak-mbak pengasuh mereka masih disini ya?" tanya Amanda.
Masih, mereka tidur di kamar anak-anak." jawab Arka.
"Kayaknya mereka bingung soalnya aku suruh tinggal buat ngasuh si kembar, karena aku bilang mau pergi ke tempat kamu. Tapi akhirnya aku malah molor." seloroh Amanda lagi.
Arka kembali tersenyum.
"Aku tuh bawain kamu makanan, makanya aku bangunin kamu. Takut basi soalnya. Kalau mau ditarik kulkas udah nggak ada space." ujar pemuda itu.
"Iya, penghuni kulkas belum pada aku buangin yang udah nggak bisa di makan. Kayaknya kita harus lebih bijak deh dalam belanja. Sayang soalnya kalau ada yang terbuang."
"Kan kamu yang hoby menimbun." ujar Arka.
__ADS_1
"Iya sih, hehe."
Amanda berkata sambil nyengir. Tak lama kemudian ia pun beranjak dari tempat tidur.
__ADS_2