PACARKU DOSEN

PACARKU DOSEN
117. Jimat


__ADS_3

Cyra menghentikan langkahnya yang sudah berada di ambang pintu, kemudian balik badan dan kembali mendekati Zaki. Jelas yang sedang Cyra hadapi sekarang adalah dosen Zaki, bukan Zaki cayang. Di kampus, Zaki selalu bersikap profesional dan memperlakukan Cyra sama seperti mahasiswi lainnya saat berada di hadapan umum. Apa kali ini Zaki bakalan mengomelinya? Cyra bersungut dan berdiri di hadapan Zaki.


Zaki menatap sekilas pada tugas yang baru saja diserahkan oleh Cyra. Kemudian ia mengangguk dan meletakkan kertas tugas milik Cyra ke tumpukan kertas yang sudah dinilai aman.


Cyra tersenyum lega. Makasih, Bapak dosen cintaku! Gumam Cyra dalam hati.


“Oke. Cyra, kamu boleh keluar,” ucap Zaki.


Horeee… Cyra bersorak dalam hati. Ia bergegas keluar ruangan dengan girang.


Cyra langsung menuju ke papan pengumuman yang dipasang di depan ruang dikjar untuk melihat posisi duduk peserta ujian, tepatnya papan pengumuman tersebut berada di dekat area kantor dosen.


Cyra mematung melihat pengumuman ruang ujian dan posisi duduknya. Ia duduk di deretan paling depan. Inilah kesialan untuk yang kedua kalinya. Ia mengucek-ucek mata untuk memastikan. Mungkin ia salah lihat. Kemudian ia mengulang pandangan, menatap posisi namanya di papan pengumuman. Asli. Namanya tidak juga berubah setelah berulang-ulang melihat pengumuman.

__ADS_1


Cyra lari ngibrit menuju ruang ujian diiringi jeritan sebel.


“Sial!” Cyra memekik gemas.


Duduk di bangku paling depan? Cara belajarnya yang sistem kebut semalam itu tentu saja membuatnya panik. Artinya ia tidak akan bisa berkutik. Pergerakannya akan selalu diperhatikan oleh dosen yang hanya berjarak dua meter saja dari mejanya.


“Minggir!” Cyra menyingkirkan para mahasiswa semester bawah saat melintasi koridor. Cara belajar yang Cyra lakukan dengan sistem kebut semalam, tentu saja membuatnya tidak siap menghadapi ujian. Cyra heboh sendiri. Ia juga sudah mematok ujian kali ini dengan beberapa lembar contekan yang telah ia siapkan, dan ia tidak menyangka jika akhirnya bisa duduk di deretan paling depan.


“Yasalam, lo duduk di kursi paling depan, Ra!” ejek Rere yang sekarang terlihat duduk manis di bangku paling belakang.


“Iya, sial banget. Mimpi apa gue semalem bisa duduk di kursi panas begini. Alamat gue nggak bisa ngapa-ngapain, nih.”


“Itulah cirri-ciri orang yang nggak punya persiapan ujian, bawaannya gugup mulu. Nikmatin ajalah, Ra.” Ejekan Rere kian menjadi.

__ADS_1


“Lo pikir mie goreng pake dinikmatin segala?” Pandangan Cyra beralih ke meja sebelah kanannya, tampak Kiwol tengah menulis di kertas yang dipotong kecil dengan huruf yang mungkin perlu pakai mikroskop saat membacanya, ukuran semut pun kalah.


“Lo ngapain, Wol?” tanya Cyra.


“Biasalah, bikin jimat. Hadeeeuh… Kok ya bisa gue kebagian duduk paling depan begini. Mana gue kagak hafal rumus-rumus lagi.”


Cyra yakin tidak akan mungkin bisa mengerjakan soal ujian hari itu jika tidak ada jimat seperti yang Kiwol bikin. Untung saja Cyra sudah membuat jimat terlebih dahulu saat di rumah. Sekarang tinggal menanti saatnya untuk menghadapi ujian dengan penuh rasa was-was. Kira-kira adakah waktu untuknya bisa mengintip si jimat? Kalau ketahuan bagaimana? Soalnya ia duduk di bangku paling depan. Apa mungkin ia memiliki kesempatan untuk bisa mengintip-intip jimat?


Cyra mencari ide, kemudian ia meletakkan kertas yang disebutnya dnegan jimat itu di dalam lengan bajunya. Untung saja ia mengenakan baju lengan panjang saat itu. Ia mengikat kertas jimat di lengannya dengan menggunakan karet gelang yang ia temukan di bawah meja. Entah siapa yang membuang karet gelang di sana. Si jimat pun terikat manis, tertutup lengan baju.


TBC


KLIK LIKE YAP

__ADS_1


__ADS_2