PACARKU DOSEN

PACARKU DOSEN
SN 98


__ADS_3

“Kak, aku kesini mau mengajakmu pulang,” celetuk Elia masih ragu-ragu. Mungkin ia merasa tidak nyaman karena selama ini sudah bersikap buruk pada Zalfa dan sekarang seperti sedang mengharap sesuatu pada wanita itu.


“Pulang? Kenapa kamu mengajakku pulang?” Tanya Zalfa dengan senyum. Ia merasa heran dengan permintaan bocah yang kerap jutek itu, mendadak sekarang mengajaknya pulang. Ada angina pa?


“Aku mau kursus melukis denganmu. Kau mau jadi guruku, kan? Seharian aku menunggumu di rumah tapi kamu nggak pulang, jadi aku ke sini,” jawab Elia kemudian menunduk.


Ooh…. Ternyata ini jawabannya kenapa Elia sampai datang ke rumah Zalfa dan menjemputnya. Tapi siapa yang membawa Elia kesana malam-malam begini? Dari mana Elia mengetahui alamat rumahnya?


“Ayo, pulanglah! Aku mau belajar melukis denganmu. Kak Arkhan bilang, kau pasti mau menjadi guruku,” ujar Elia lagi.


Zalfa tidak begitu menggubris ucapan Elia, kepalanya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan tentang Faisal. Dimana lelaki itu? Pandangannya mengedar ke halaman rumah. Dan ia mendapati Faisal baru keluar dari mobilnya sembari memasukkan ponsel ke saku kemejanya, sepertinya ia baru saja berteleponan. Pria itu, tampak jauh lebih tampan mengenakan kemeja hitam dipadu celana jeans, tubuhnya yang gagah tampak jelas melalui kemejanya yang ketat, masih seperti dulu, tetap ganteng. Faisal melepas kaca mata hitam dan memegangi kaca mata itu, sementara sorot matanya mengarah ke wajah Zalfa. Kini mereka bertukar pandang.

__ADS_1


Ya Tuhan, itulah lelaki yang selama ini Zalfa rindukan. Dan sekarang hadir di depan mata. Zalfa harus bagaimana? Apa yang harus ia lakukan?


“Kak Zalfa!” pekik Elia membuat tatapan Zalfa beralih ke Elia yang kini mukanya memerah akibat dicuekin. “Dari tadi ngapain sih? Aku ngomong kok dicuekin?” Elia terlihat kesal.


“Maaf. Kamu ngomong apa tadi?” tanya Zalfa.


“Aku mau, kamu jadi guru lesku melukis. Privat. Mau nggak?” gertak Elia dengan nada tinggi.


“Ooh.. iya, tentu.”


“Maaf Elia, sekarang aku nggak bisa. Masih banyak yang harus kukerjakan.” Kepala Zalfa sedang tidak bisa fokus akibat dua nama pria yang muncul di otaknya, bagaimana bisa ia mengajari Elia melukis?

__ADS_1


“Tapi aku maunya sekarang. Aku kepingin banget belajar denganmu. Ayolah.”


“Maaf banget, sekarang aku nggak bisa. Aku janji lain kali pasti akan mengajarimu melukis. Percayalah! Kamu ke sini sama siapa?” tanya Zalfa seakan tidak ingin tahu dengan keinginan Elia.


“Aku ke sini sama Kak Arkhan. Kak Arkhan mau mengantarku menemuimu karena aku memohon-mohon padanya, dan akhirnya dia bersedia mengantarku.” Elia menoleh ke belakang dan menunjuk mobil putih mewahnya yang terparkir di luar gerbang. Dan yang tampak dari tempat Zalfa berdiri hanya moncong depan mobilnya saja, sebab bagian belakangnya tertutup bunga-bunga hias di dalam pagar. Arkhan berjalan pelan memasuki pintu gerbang.


Astaga, Faisal dan Arkhan ada di tempat yang sama? Zalfa menelan saliva seperti menelan duri, kesulitan.


Saat itu, Zalfa benar-benar merasa ingin pingsan saja. Atau berharap ada peri seperti di dongeng-dongeng yang bisa menyulap Faisal menjadi batu, dan Arkhan menjadi paku. Sehingga dengan mudah para lelaki itu disimpan saja di lemari, supaya jangan bikin bingung. Otak Zalfa benar-benar menjadi tumpul. Sangat tumpul. Disaat ia belum mendapat kepastian untuk memilih diantara dua, apakah akan melanjutkan pernikahannya atau kembali pada Faisal, mereka sudah hadir tanpa aba-aba di tempat dan waktu yang bersamaan.


BERSAMBUNG

__ADS_1


JANGAN LUPA KASIH POIN UNTUK DUKUNG CERITA INI 😘😘😘😘


Aku rajin update karena vote dari kalian nambah, kalau vote sedikit semangat update ku pun menurun 🙄


__ADS_2