PACARKU DOSEN

PACARKU DOSEN
138. Manisnya


__ADS_3

“Kamu tahu hal apa yang paling aku nantikan di saat kebersaan kita begini?” Zaki bertanya dengan tatapan intens ke mata Cyra.


Cyra diam saja menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan oleh Zaki. Ia terus saja menatap mata hitam yang sangat ia rindukan itu. Menatap mata itu, hati Cyra terasa tenang.


Ya amun Zak, kamu ganteng banget meski bekas babak belur itu masih menghias wajahmu.


“Kita selalu berdekatan begini, Ra,” sambung Zaki. “Dan aku nggak ingin kamu protes dengan kenyataan yang ada, karena kenyataan itu memang aku rindukan. Nggak perlu diprotes.” Zaki menurunkan tangannya, lalu tersenyum menatap Cyra yang malah terbengong. “Fuuuh...!”


Cyra gelagapan mendapat tiupan dari mulut Zaki.


“Diajak ngomong malah bengong.” Zaki mengguncang tubuh Cyra dengan lengan kokohnya yang melingkar di punggung Cyra.


Cyra mengulas senyum. “Abisnya kamu tuh aneh. Baru aja bangun dari nggak sadar, eh sekarang udah bisa banyak bicara.”


“Itu karena ada kamu.”


“Mulai berani ngegombal.”


Zaki mengesah. “Kamu tahu dosen yang namnya Bu Raini nggak?”

__ADS_1


Cyra mengernyit, merasa aneh tiba-tiba Zaki mengalihkan pembicaraan yang jauh dari topik. Ia meletakkan dagunya di dada bidang Zaki, sembari menatap mata Zaki yang berjarak dekat dari wajahnya. “Iya tahulah, yang masih gadis itu, kan? Yang rambutnya sebahu itu?”


“Menurutmu dia itu gimana?”


“Gimana apanya? Dia baik. Sopan dan nggak suka marah-marah kayak kamu.”


“Cantik nggak?”


Cyra malah terdiam. Pertanyaan apa itu. kok, dia disuruh menilai fisik gadis lain. Jujur saja hati Cyra terasa mencelos. Zaki nggak pengertian banget tega-teganya nanya begitu.


“Dia cantik kan? Dan dia suka ngegodain aku,” lanjut Zaki tanpa memperdulikan wajah Cyra yang sudah mulai memerah. “Katanya aku udah pantes kalo nikah. Umur kami nggak beda jauh. Dia juga pernah minta selfi bareng aku. Waktu itu dia bilang...”


“Zaki, apaan sih kamu? Kenapa mendadak ngomongin cewek lain sih? Aku nggak suka.” Cyra memundurkan tubuhnya, menjauhi Zaki dengan wajah merengut.


“Nah, malah ketawa lagi!”


“Habisnya kamu bilang aku ngegombal. Jadinya aku ngomongin Bu Raini. Aku juga nggak suka kamu bilang aku ngegombal. Aku bicara apa adanya, Ra. Aku kan sayang sama kamu.”


“Ih, nyebelin.” Cyra memalingkan wajahnya yang memanas.

__ADS_1


Zaki mengulumm senyum menatap wajah Cyra yang memerah. “Jangan nagmbek!”


“Abisnya kamu tega ngebahas Bu Raini sama aku.”


“Jadi ceritanyacemburu, nih?”


“Trus soal Bu Raini yang sering ngegodain kamu dan dia juga minta selfi sama kamu itu bener nggak?”


“Iya, memang itu bener. Tapi kan itu hanya sebatas komunikasi biasa, nggak lebih. Jangan berpikir yang enggak-enggak. Yang penting kan aku sayang Cuma sama kamu.”


“Kamu tuh ya, sekali lagi ngerjain aku, nggak akan aku maafin.” Cyra mencubit perut Zaki.


“Aw Aw!” Zaki membungkukkan perutnya. “Sakit, Ra!” Muka Zaki memerah seraya merintih.


“E eh, sori. Maaf, aku kelewatan ya!” Cyra sampai lupa kondisi Zaki kini masih lemah. Dan melihat muka Zaki yang memerah menahan rasa sakit akibat pergerakan tubuh, sontak Cyra langsung memasang muka memelas dan merasa bersalah. “Zaki, kamu nggak apa-apa, kan?”


“Sakit, Ra! Tadi badanku gerak terlalu kuat pas kamu cubit aku, jadinya sekarang nyeri yang di sini.” Zaki menyentuh perutnya sembari memejamkan mata dengan mulut meringis.


“Maafin aku!” Cyra panik. “Biar aku panggil dokter.” Cyra bangkit berdiri, namun langkahnya tertahan akibat pegangan tangan Zaki di pergelangan tangannya.

__ADS_1


“Nggak usah.”


TBC


__ADS_2