
__ADS_3
Mall Ciputra menjadi saksi bisu kebahagiaan Zalfa yang terus tersenyum dan tertawa girang saat wanita itu berkeliling di mall berbelanja, Arkhan seakan menjadi ATM berjalan bagi Zalfa. Apa saja yang Zalfa minta selalu dia belikan.
“Jangan membatasi keinginanmu. Ambil aja apa pun yang kamu mau,” ucap Arkhan saat melihat Zalfa hanya diam memandangi barang yang sepertinya diinginkan, namun wanita itu tidak meminta. Dia hanya cukup memandanginya saja.
Zalfa tersenyum. “Enggak. Aku nggak mau belanja lagi, kok. Ini udah banyak.” Zalfa mengangkat barang belanjaan di tangannya, menunjukkan kalau belanjaannya sudah cukup banyak. Sebenarnya Zalfa ingin membeli sebuah tas cantik, tapi ia tidak mau terlihat tamak dengan membeli semuanya.
Zalfa melirik Arkhan saat pria itu memegang sebuah tasbih. Beberapa tasbih dia ambil dan tampak tertarik pada semuanya. Zalfa mendekati Arkhan.
“Kamu mau beli tasbih?” tanya Zalfa.
Arkhan menoleh ke arah istrinya. “Untukmu,” jawabnya kemudian pandangannya kembali ke arah tasbih.
Zalfa tersenyum senang. “Aku suka tasbih yang warna putih, kelihatannya seperti bercahaya saat dipandang, kayak permata ya kan?”
Pandangan Arkhan tertuju ke tasbih berwarna putih. Kemudian dengan cepat, ia mengambil benda itu dan membayarnya.
“Ada lagi?” tanya Arkhan.
“Ada lagi apanya?”
__ADS_1
“Yang ingin kamu belanjakan.”
“Oh... Nggak ada. Aku udah katakan kalau ini udah cukup untukku.”
“Lalu sekarang kemana lagi tujuanmu?”
“Mm... Apa kamu nggak mau membawaku makan? Aku lapar.”
“Baiklah.”
Arkhan dan Zalfa keluar mall. Mereka langsung masuk ke mobil.
“Aku kurang suka dengan menu di sana.”
Arkhan mengernyit heran. Disaat semua orang mendambakan makanan enak di restoran elit itu, Zalfa justru menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa duduk manis menikmati makanan lezat.
“Lalu, restoran mana yang akan kita kunjungi?” Arkhan menoleh ke arah Zalfa.
Zalfa kemudian menyebutkan satu nama restoran yang pernah dia kunjungi. Baru sekali dia mengunjungi restoran itu dan ia menikmati kelezatan menu masakan di sana. Akibatnya, dia jadi penasaran dan sekarang ingin mengulang ke sana lagi untuk mengingat kembali cita rasa yang disajikan oleh restoran tersebut.
__ADS_1
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di tempat tujuan.
Zalfa dan Arkhan duduk berhadapan di salah satu meja. Seorang pelayan datang menghampiri menanyakan menu yang dipesan. Setelah keduanya memesan makanan, pelayan pun pergi.
Pandangan Arkhan mengeliling mengamati seisi restoran. Menurutnya, restoran terlihat biasa saja. Tapi ia tidak protes dengan hal itu.
Sepanjang menunggu pesanan datang, keduanya hanya diam membisu. Arkhan memilih untuk fokus dengan ponselnya. Sedangkan Zalfa hanya diam mematung. Sesekali melirik ke arah Arkhan.
Untung saja pelayan tidak begitu lama mempersiapkan pesanan. Sehingga saat pesanan datang, Zalfa memiliki banyak kegiatan dengan menyantap hidangannya.
“Apa kamu nggak mau makan?” tanya Zalfa semabri menatap Arkhan yang masih terlihat sibuk memainkan ponselnya.
“Hm ya, aku akan makan,” jawab Arkhan masih sibuk dengan kegiatannya itu.
Beberapa menit berlalu dan Arkhan masih tampak sibuk dengan ponselnya, sedangkan makanan di piring Zalfa sudah tinggal separuh.
“Apa aku hanya akan makan sendiri di sini?” celetuk Zalfa melirik Arkhan.
Arkhan mengangkat wajah, mengalihkan perhatian ke arah Zalfa. Ia memasukkan ponselnya ke saku celana kemudian mulai memegang garpu dan pisau. Ia pun mulai menyanta makanannya.
__ADS_1
TBC
__ADS_2