
__ADS_3
Jantung Zalfa berdetak keras mendengar satu kata yang meluncur dari bibir Arkhan. Wajah pria itu berada sangat dekat dengan wajahnya, tatapan mata pria itu nanar, nafasnya keras memburu. Seketika wajah Zalfa memucat ketakutan.
Dan bahkan hanya dengan sekali tarik, jilbab Zalfa terlepas dari kepala dan mendarat di lantai. Gamisnya yang terbuat dari bahan molor juga dengan mudahnya ditarik oleh Arkhan hingga bagian leher baju meluncur sampai ke perut. Pria itu dengan cepat telah berhasil melucuti pakaiannya.
Hasrat Arkhan kian menjadi-jadi melihat pemandangan di depan matanya, tubuh istrinya yang sejak dulu dia banggakan, terpajang jelas di depan matanya.
“Arkhan, hentikan!” Zalfa menahan lengan Arkhan ketika pria itu menarik baju Zalfa sampai ke bawah.
“Kenapa, hm? Kau masih mengharapkan mantanmu itu? Kau menginginkan dia yang menyentuh tubuhmu dan menidurimu?” Suara Arkhan terdengar bergetar. “Masa bodoh dengan semua kesepakatan yang kamu buat di pranikah, aku hanya ingin menuntut hakku.”
“Jangan lakukan, Arkhan!” Tanpa sadar, air mata menitik dari sudut mata Zalfa. Pandangannya gusar karena merasa terancam.
“Kamu berdosa dengan menolakku. Kau tahu itu bukan? Kenapa melanggarnya? Hanya demi pria yang haram untuk kau pikirkan, kau rela berkutat dengan kesalahan. kamu nggak mau segala amalmu lebur oleh perbuatan yang sudah kau ketahui dosanya kan? Jangan banyak bicara!”
__ADS_1
“Arkhan!” Zalfa memegang tangan Arkhan yang kini sudah menyentuh dadanya.
“Berhentilah bicara!”
“Hentikan! Kamu menakutiku!”
Arkhan mengernyit dan menghentikan perbuatannya.
Arkhan terdiam, ternyata penolakan Zalfa adalah karena tidak mau tersakiti jika Arkhan masih dalam kondisi emosi. Arkhan menghela nafas. Sorot matanya yang nanar pelan berubah teduh, nafasnya yang memburu keras, perlahan berubah teratur. Ekspresinya yang menegang juga berubah rileks.
Beberapa menit keduanya bertukar pandang.
Arkhan mengamati wajah pucat Zalfa yang tampak ketakutan. Tangannya terangkat kemudian mendarat di kepala Zalfa dan mengelusnya. Sementara tangan lainnya mengusap air mata yang menetes.
__ADS_1
“Aku membuatmu takut?” bisik Arkhan.
Zalfa mengangguk.
“Aku nggak marah lagi,” ucap Arkhan kemudian.
Zalfa diam saja, manik matanya masih terus mengawasi bola mata Arkhan yang kini sudah tidak lagi nanar. Ya, pria itu sudah menguasai emosinya.
“Aku nggak akan menyakitimu,” lanjut Arkhan membuat ketakutan Zalfa sedikit memudar. “Aku nggak akan berbuat kasar. Jangan takut! Aku akan lakukan dengan sangat lembut.” Arkhan memajukan wajahnya dan memberikan ciuman lembut di wajah Zalfa tanpa ingin melewatkan kulit halus itu walau hanya satu inchi. Menakjubkan, Zalfa tidak melawan. Melihat reaksi Zalfa yang hanya diam, manik mata Arkhan melirik wajah Zalfa yang terlihat seperti pasrah. Sudut bibir pria itu pun tertarik sedikit.
Zalfa tak kuasa melawan, bukan karena tidak sanggup melawan tenaga Arkhan, melainkan karena ingin memegang teguh agamanya, yang mewajibkannya taat saat suami memintanya. Ia hanya memejamkan mata dan membiarkan Arkhan melakukan apa saja terhadap dirinya. Sentuhan itu, elusan itu, dan segala tindakan Arkhan kembali terulang. Zalfa setengah mampu mengingat kejadian yang pernah terjadi padanya saat dia dalam keadaan setengah tak sadar. Kini, tak ada lagi yang menghalanginya untuk mengatakan bahwa ia menikmati surga dunia yang diberikan oleh Arkhan melalui sentuhan-sentuhan dan keperkasaan pria itu.
TBC
__ADS_1
__ADS_2