Di Balik Cadar Aisha

Di Balik Cadar Aisha
Menundukkan pandangan


__ADS_3

"Aku? Memangnya aku wanita seperti apa?" tanya Anita langsung mengejar Zaidan yang berjalan di depannya.


Zaidan tak menjawab, dia terus melangkahkan kakinya berjalan untuk mencari taksi.


"Hei. Memangnya aku wanita seperti apa?" tanya Anita lagi ketika dia sudah berhenti.


Zaidan menggeleng-gelengkan kepalanya tak menghiraukan pertanyaan Anita.


"Hei, kenapa tidak jawab?" Anita terlihat marah.


"Apa kamu seorang muslimah?" Zaidan bertanya tanpa melihat Anita, memperhatikan mobil yang lalu lalang di depannya.


"Iya. Aku orang Islam."


Zaidan tersenyum sinis.


"Kenapa pakaianmu seperti itu?"


Anita langsung melihat bajunya.


"Kenapa bajuku?" Anita terlihat Zaidan heran.


"Apa kamu benar-benar tidak tahu kewajiban seorang muslimah?" Zaidan terlihat jengkel harus melayani pertanyaan Anita.


"Kenapa kamu mengkritik bajuku, bagaimana dengan sikapmu yang tidak sopan yang tidak melihat lawan bicaramu." Anita terlihat kesal.


Zaidan tak menjawab, dia nampak sibuk menunggu taksi yang tak kunjung muncul.


Walaupun di dalam hatinya dia mengatakan jika sikapnya sekarang adalah bentuk kesopanan tertinggi dari seorang laki-laki yang tak berani melihat aurat seorang wanita dan dia juga ingin menjadi sebaik-baiknya lelaki yang menurunkan pandangannya dari wanita yang bukan mahramnya.


Anita yang terus di acuhkan tampak bersungut-sungut. Dia dengan kesal meninggalkan Zaidan menuju mobilnya.


***


Aisha memeluk Alvian, dia sangat senang mendengar kabar jika kini polisi memegang bukti penganiayaan kakaknya.


"Orang itu datang langsung dari Mesir dan menyerahkan bukti berupa video, dari yang aku lihat tadi video diambil dari gedung sebelah tempat kakakmu tinggal."


"Kamu bertemu dengan orang itu?"


"Tidak. Kata polisi Ammar sempat memukulnya setelah itu orang itu pergi."


"Sayang sekali. Padahal kita harus mengucapkan banyak terima kasih kepadanya."


"Iya, tapi pasti dia meninggalkan identitasnya di kantor polisi, aku akan suruh pengacara untuk memintanya sehingga kita bisa menemuinya dan berterima kasih langsung kepadanya."


Aisha terlihat lega.

__ADS_1


"Alhamdulillah. Permasalahan Kak Lela telah selesai, kini hanya tinggal proses perceraiannya saja."


Alvian menatap senang wajah istrinya yang senang, sehingga terlihat wajahnya yang semakin cantik dan itu menggodanya.


Alvian menarik Aisha ke dalam pelukannya.


"Malam ini kamu cantik sekali, dengan pakaian ini kamu terlihat semakin cantik," bisik Alvian sambil memegang baju lingerie yang dipakai sang istri.


"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Alvian melihat wajah Aisha yang kini kemerah-merahan.


"Dimana kamu membeli baju ini?"


Aisha langsung tersenyum.


"Di online shop," jawabnya tersipu.


"Jadi paket yang datang tiap hari itu baju-baju ini?" tanya Alvian kaget.


Aisha mengangguk.


"Wah. Pasti kamu punya stok baju ini banyak."


"Banyak sekali," jawab Aisha sambil menahan tawanya.


Alvian tersenyum.


Aisha langsung kaget.


***


"Bagaimana keadaan kakak ipar anda sekarang?" tanya Zaidan kepada Alvian, ketika pasangan suami istri itu datang ke rumahnya untuk mengucapkan rasa terima kasih mereka secara langsung.


"Alhamdulillah. Sudah jauh lebih baik."


"Syukurlah. Saya sangat senang mendengarnya," jawab Zaidan lega.


"Kami tidak tahu harus mengucapkan apa lagi, jika bukan karena anda, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kakak saya," ucap Aisha sambil menundukkan kepalanya.


Zaidan tersenyum.


"Hal yang saya lakukan adalah wajar, sebagai sesama muslim kita wajib membantu saudara kita yang kita yang sedang kesusahan."


"Besok kakak saya akan kesini, dia dipanggil oleh pihak kepolisian, jika berkenan kakak dan seluruh keluarga besar saya ingin bertemu dengan anda."


"Tentu saja. Kebetulan saya juga dipanggil untuk memberikan keterangan lagi, mungkin kita akan bertemu di kantor polisi."


Alvian dan Aisha mengangguk senang.

__ADS_1


***


Lela datang bersama Abah dan juga Ahmad, mereka langsung datang ke kantor polisi dimana Aisha dan Alvian sudah menunggu disana.


Aisha dan seluruh keluarganya menunggu kedatangan Zaidan namun tak kunjung datang, dari polisi akhirnya mereka mengetahui jika Zaidan baru saja memberi kabar jika dia akan terlambat datang ke kantor polisi karena ada urusan yang tak bisa dia tinggalkan.


Tak berapa lama akhirnya Lela selesai di periksa, setelah selesai, semuanya lalu pergi menuju apartemen untuk mampir sejenak.


Sesampainya disana, Aisha dan Lela sibuk menghidangkan makanan, sementara Alvian bersama mertua dan kakak iparnya juga sibuk berbincang, hingga tak lama terdengar pintu bel berbunyi.


Aisha yang membuka pintu senang mengetahui jika Anita yang datang.


Anita ingin bertemu dengan Lela, menanyakan keadaan juga kabarnya sekarang, dia bersyukur melihat keadaan Lela kini yang sudah jauh lebih baik.


Mereka bertiga lalu mengobrol hangat di meja makan, tidak bergabung bersama para pria di ruang tamu.


Abah dan Ahmad yang notabenenya tahu siapa Anita, merasa senang melihat jika Aisha telah berhubungan baik bahkan berteman dengannya, bahkan dari cerita Lela, mereka tahu jika Anita telah banyak membantunya ketika keadaannya yang sedang terluka kemarin.


Melihat perubahannya yang drastis, Abah tak begitu heran, karena dia tahu benar Aisha putrinya, dengan sikap dan sifat juga ilmu yang dimiliki sang putri mudah baginya membalikkan status dari lawan menjadi kawan.


Tiba-tiba terdengar lagi suara bel berbunyi, Aisha kembali membukanya, dan kaget melihat Zaidan berada di depannya.


"Maaf. Saya datang terlambat ke kantor polisi, sehingga kita tidak jadi bertemu disana, jadi saya meminta alamat anda kepada polisi, ingin menemui kalian semua untuk bersilaturahmi." Zaidan terlihat sangat sopan berbicara dengan Abah juga Ahmad.


Abah dan Ahmad menyambut dengan senang kedatangan Zaidan, tidak lupa mereka langsung mengucapkan rasa terima kasihnya karena telah menolong Lela.


Lela juga mengucapkan rasa terima kasihnya sendiri, keduanya berbicara dengan sama-sama saling menundukkan pandangannya.


Anita yang melihat merasa heran dengan sikap laki-laki yang telah menolong Lela ini, kemarin saat mereka tidak sengaja bertemu, orang ini bersikap sangat angkuh dan juga sinis padanya, berbeda dengan kali ini yang terlihat sangat sopan, baik dan ramah.


Hal itu ia kemukakan pada Aisha saat dirinya sedang membantu Aisha di dapur, menyiapkan minuman dan juga makanan kecil.


Aisha langsung melihat Anita.


"Kalau begitu dia laki-laki yang sangat sopan dan menghargai wanita. Dia bukan bersikap angkuh dengan tidak melihat wajahmu. Dia hanya sedang menundukkan pandangannya padamu, dia sangat menghormatimu."


Anita tak mengerti.


"Pandangan adalah anak panah yang beracun dari anak-anak panah iblis, maka barang siapa yang menahan pandangannya dari kecantikan seorang wanita karena Allah, niscaya Allah akan mewariskan rasa manis dalam hatinya sampai hari pertemuan dengan-Nya."


"Maaf. Apalagi kamu tidak menutup auratmu." Aisha berbicara dengan hati-hati.


Anita langsung melihat tubuhnya.


"Jika hijab seorang laki-laki adalah dengan menundukkan pandangannya, maka hijab seorang wanita adalah menutup auratnya."


"Begitulah cara Allah memuliakan seorang wanita, menutup aurat bukan sebuah kekangan tapi bentuk kemuliaan, hanya orang tertentu yang bisa melihat kecantikannya, mahram dan suaminya."

__ADS_1


__ADS_2