Di Balik Cadar Aisha

Di Balik Cadar Aisha
Berbuat Baik


__ADS_3

"Abang serius?" Zayn membelalakkan matanya.


Zaidan mengangguk sambil tersenyum.


Zayn tampak sangat bahagia.


"Selamat bang. Akhirnya," ucapnya dengan senyum yang merekah.


Zaidan hanya bisa terus tersenyum melihat adiknya yang kegirangan mendengar kabar jika dirinya akan melakukan ta'aruf.


"Apa kak Amira sudah tahu?"


"Belum. Rencananya Abang mau ke rumahnya nanti untuk membicarakan hal ini."


Zayn tampak menyetujui ide kakaknya.


"Aku sangat penasaran dengan calon kakak iparku itu, dia pasti wanita istimewa karena bisa mencairkan hati abangku ini."


Zaidan tersenyum. Dia lalu menceritakan awal pertemuannya dengan Anita.


"Awalnya dia wanita biasa pada umumnya, berpakaian terbuka, tidak menutup aurat dan tidak menundukkan pandangannya."


Zayn mendengarkan dengan serius.


"Jujur saja pada awal bertemu Abang tidak menyukainya."


"Namun kemudian dia menarik perhatian Abang."


"Entah itu karena nasihat dari Abang atau orang lain, perlahan dia merubah penampilannya. Mencoba menutupi auratnya."


"Tanpa Abang sadari, dari situ Abang lalu mulai bersimpati padanya."


Zayn terlihat semakin tertarik mendengar cerita kakaknya.


"Dia orang yang hatinya lembut karena bisa menerima nasihat, imannya tidak kosong dan hatinya tidak keras. Di Zaman sekarang sangat jarang orang seperti itu."


"Abang juga kagum akan kesungguhannya untuk memperbaiki diri."


"Jauh dari ekspektasi Abang, dia merubah dirinya menjadi jauh semakin baik, bahkan dalam waktu yang singkat. Dia menjadi muslimah yang taat yang terus berusaha untuk terus menjadi lebih baik lagi."


"Itu yang membuat Abang yakin memilihnya untuk menjadi pendamping hidup."


Zayn tersenyum.


"Alhamdulillah."

__ADS_1


***


Keesokan harinya. Di rumah Anita


Desi memeluk Aisha dengan erat.


"Maafkan Tante ya," ucapnya penuh penyesalan mengingat kejadian tempo hari dimana dia memarahi Aisha.


"Iya Tante, saya mengerti. Tidak apa-apa. Saya juga minta maaf," jawab Aisha sambil tersenyum.


Desi lalu mempersilahkan Aisha untuk duduk.


"Mana suamimu. Tante juga mau minta maaf padanya."


"Dia sedang bekerja. Dia menitipkan salam untuk tante sekeluarga."


Desi dan suaminya kompak menjawab salam.


Desi lalu melirik Anita yang duduk dengan gelisah, sesekali dia melihat jam di tangannya.


Aisha dan Desi tersenyum melihat tingkah Anita.


"Sabar. Mungkin sebentar lagi mereka akan sampai." Desi mendekati putrinya sambil tersenyum.


Aisha juga mendekati Anita.


"Aisha. Aku masih tak percaya ini. Aku merasa tak pantas untuknya. Kemarin aku masih berpikir jika mungkin dia tak serius mengajakku ta'aruf, tapi tiba-tiba kakaknya menelepon dan mengatakan jika mereka akan kesini." Anita terlihat cemas


"Daripada terus merasa tak pantas, lebih baik terus mencoba untuk memantaskan diri."


Anita terdiam meresapi perkataan Aisha.


Akhirnya tak berapa lama, Zaidan datang bersama kakak perempuan dan juga suaminya. Desi dan suaminya menyambut mereka dengan baik.


Anita memilih untuk tidak menemui mereka, dia menunggu di dalam kamarnya bersama Aisha.


Setelah yang ditunggu datang, yakni kakak laki-laki Anita dan istrinya. Zaidan mengutarakan maksud dan tujuannya datang ke rumah mereka.


"Saya membawa kakak kandung dan suaminya sebagai pengganti kedua orang tua kami yang sudah tiada."


Zaidan lalu mengutarakan keinginannya untuk melakukan ta'aruf dengan Anita.


Kakak Anita yang notabennya adalah wali sahnya menyambut bahagia keinginan Zaidan, dia dan seluruh keluarganya merestui dan mendukung selama itu baik untuk adiknya.


"Semoga di masa taaruf atau perkenalan ini, kalian satu sama lain saling menemukan kecocokan hingga bisa lanjut pada proses selanjutnya." Harapan Arga, kakak Anita.

__ADS_1


***


"Proses taaruf yang berikutnya adalah bertukar biodata atau CV taaruf untuk mengetahui latar belakang masing-masing calon pasangan. Dalam hal ini, pertukaran biodata atau CV dilakukan dengan perantara pihak ketiga, bisa itu kakakmu atau kakaknya." Aisha menjelaskan karena Anita yang tidak mengerti.


"Nantinya, kamu akan mengetahui gambaran mengenai calon pasanganmu itu melalui biodata atau CVnya. Begitu juga dengan dirinya."


"Tapi jika tak mau bertukar biodata atau CV, kalian bisa bertanya untuk mengetahui semua hal tentang calon pasangan pada pihak ketiga, kamu pada kakaknya, dan dia pada kakakmu. Inilah kesempatan kalian untuk mencari tahu sebanyak-banyaknya informasi tentang calon pasangan masing-masing."


"Setelah ini kalian hanya boleh berkomunikasi melalui perantara saja, menurutku sebaiknya melalui kakak perempuannya saja."


Anita mengangguk mengerti.


"Jika permintaan ta'aruf diterima dengan baik, maka diperbolehkan kemudian untuk bertemu, tapi ingat tidak boleh ber-khalwat atau berdua-duaan saja. Wajib ada seseorang yang menemani, sebaiknya itupun tidak sering, hanya sesekali saja." ucap Aisha lagi.


"Dan jika bertemu wajib untuk tetap menundukkan pandangan dan menutup aurat."


"Karena pada zaman sekarang proses ta'aruf sudah banyak di salah artikan. Ingat. Ta'aruf bukan berpacaran secara islami, ta'aruf hanya perkenalan yang dianjurkan dalam islam, karena ta'aruf belum tentu menikah, karena itu selama proses itu selain mencoba saling mengenal satu sama lain dianjurkan untuk juga melakukan shalat istikharah, bertanya pada Allah." ucap Aisha lagi.


"Proses ta'aruf dianjurkan untuk tidak terlalu lama, jika dirasa sudah sama-sama menemukan kecocokan maka bisa dilanjutkan dengan khitbah atau lamaran, setelah itu baru akad."


Desi mendekati putrinya dengan perasaan terharu, dia tak menyangka jika jodoh sang putri justru datang setelah putrinya itu hijrah.


"Ibu pikir, mana ada lelaki yang mau dengan wanita berpakaian syar'i seperti ini?"


"Ada Tante, kita jarang mengenal pria seperti itu karena dia lebih mengenal Allah."


***


"Alhamdulillah." Alvian merasa senang mendengar kabar antara Zaidan dan Anita yang sedang melakukan ta'aruf.


"Akhirnya dia menemukan seseorang yang memang jauh lebih baik dariku."


Aisha tersenyum.


"Karena aku juga mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik darinya." Alvian menarik Aisha ke dalam pelukannya.


Keduanya saling berpelukan di atas tempat tidur.


"Kebaikannya membantu kak Lela dengan ikhlas waktu itu berbuah manis karena justru mempertemukannya dengan jodohnya," ucap Alvian.


"Itulah sebabnya kita senantiasa harus selalu berbuat kebaikan. Boleh jadi ketika kita tidur, tapi puluhan doa mengalir pada kita, dari si susah yang pernah kita tolong, dari si lapar yang pernah kita beri makan, dari si sedih yang pernah kita hibur, atau si miskin yang pernah kita bantu. Janganlah lelah berbuat baik."


Alvian mengeratkan pelukannya.


"Kamu selalu bercanda untuk sekedar membuatku bahagia, tapi kamu senantiasa serius untuk mengajakku ke surga."

__ADS_1


__ADS_2