Di Balik Cadar Aisha

Di Balik Cadar Aisha
Nurul


__ADS_3

"Jaga kandunganmu baik-baik, Jangan lupa diminum semua vitamin yang aku berikan ya," ucap Anita sambil memeluk Aisha.


"Ingat. Jangan banyak pikiran apalagi stres, jangan terlalu capek dan harus banyak beristirahat."


"Diminum juga obat anti mualnya, dan jangan lupa minum susu hamil." Anita memberikan banyak petuah pada Aisha ketika sahabatnya itu datang ke kliniknya untuk memeriksa kandungannya.


Aisha mengangguk sambil menatap wajah Anita lekat.


Dia melihat jika daritadi Anita terlihat berbeda, wajahnya sedikit muram, dan tidak ceria seperti biasanya.


"Ada apa?" tanya Aisha tidak bisa menahan rasa penasarannya.


"Tidak ada." Anita tersenyum walaupun nampak dipaksakan.


Aisha semakin merasa jika Anita memang menyembunyikan sesuatu darinya.


Alvian yang baru mengambil obat menghampiri keduanya.


Aisha mengajak suaminya untuk berbicara berdua.


"Sayang. Boleh aku main dulu disini sebentar? Aku akan minta Anita untuk mengantarkan aku pulang nanti."


"Tentu saja, Kamu juga pasti bosan di rumah terus." Alvian mengizinkan.


"Baiklah. Kalau begitu aku akan langsung ke Rumah Sakit sekarang." Alvian mengecup kening istrinya.


"Hati-hati nanti pulangnya ya," ucapnya lagi.


Aisha mengangguk.


***


"Ada seorang wanita yang mendatangiku 3 hari yang lalu," ucap Anita dengan sedih.


"Siapa?" tanya Aisha penasaran.


Anita menghela nafas panjang.


"Dia mengaku jika dirinya wanita yang pernah diajak Zaidan ta'aruf."


Aisha mengerutkan keningnya.


"Apa yang dia katakan padamu?"


"Dia mengatakan jika dia kecewa karena Zaidan tidak menikahinya."


"Sudah aku katakan jika proses ta'aruf tidak selalu berakhir dengan pernikahan, jika Zaidan tidak melanjutkan proses itu berarti ada sesuatu yang membuatnya tidak cocok dengan wanita itu."


"Iya aku tahu itu," jawab Anita.


"Lalu?"


"Aku bingung."


"Apa yang membuatmu bingung?"


"Wanita itu. Aku melihat jika wanita itu mencintai Zaidan, masih berharap untuk dinikahi olehnya."


"Tapi Zaidan tidak menginginkannya, dia sudah memilihmu."


Anita terdiam.

__ADS_1


"Jadi ini alasan kalian belum melakukan Nadzar?"


Anita mengangguk pelan.


"Aku memundurkan waktunya, alasannya aku sangat sibuk walaupun sebenarnya aku bimbang Aisha. Wanita itu memintaku untuk tidak menerima lamaran Zaidan dia meng-khitbahku nanti, wanita itu bilang jika dia sudah memperbaiki kekurangannya yang membuat Zaidan tidak menyukainya dulu, dan dia masih sangat berharap jika Zaidan bersedia menikahinya."


"Jadi kamu akan menuruti permintaannya begitu saja?"


Anita malah menunduk.


"Wanita itu tak punya hak untuk melarangmu menolak atau menerima lamaran Zaidan, jika dia masih mengharapkan Zaidan menikahinya itu adalah masalahnya, bukan urusanmu. Jangan biarkan orang lain mengintervensi pilihan hidupmu."


"Jika aku boleh memberimu saran, untuk menghilangkan kebimbangan dalam dirimu, ceritakan pada kakaknya Zaidan tentang wanita itu, kamu harus tahu tanggapan mereka tentang semua ini, terutama tanggapan Zaidan. Apakah dia memilihmu atau wanita itu."


***


"Kak. Boleh aku tanya sesuatu?" Anita akhirnya mengikuti saran Aisha untuk menanyakan perihal wanita yang mendatanginya itu.


"Ya. Tentu saja."


"Apa sebelumnya Zaidan pernah melakukan proses ta'aruf dengan wanita lain?" tanya Anita dengan hati-hati.


Amira terlihat kaget akan pertanyaan Anita, namun kemudian dia lantas tersenyum.


"Pernah."


Anita terlihat lega karena Amira berkata jujur.


"Kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Anita kemudian.


"Zaidan pikir jika wanita itu bukan kriterianya untuk dijadikan istri. Maklum saja, kakak yang memilihnya."


Anita terdiam.


Walaupun dengan ragu, tapi Anita kemudian menceritakan semuanya.


Tentu saja Amira kaget, dia tidak menyangka jika Nurul, wanita yang akan di jodohkan dengan adiknya itu nekat mendatangi Anita.


"Dia masih tak terima karena Zaidan tidak menikahinya." Anita melihat Amira.


Amira mengangguk.


"Kakak tahu itu. Bahkan karena itu hubungan pertemanan kakak dengan kakaknya juga jadi tidak baik. Keluarganya tidak terima Zaidan tidak jadi menikahinya."


Anita terdiam sejenak.


"Aku bingung kak," ucap Anita dengan lesu.


"Jadi ini rupanya alasan kamu memundurkan Nadzar kalian?"


Anita mengangguk.


"Kakak mengerti," jawab Amira mengangguk.


"Aku ingin bertanya langsung pada Zaidan," ucap Anita ragu-ragu.


"Bisakah besok aku bertemu dengannya?"


"Tentu saja, kalian memang harus bertemu untuk meluruskan masalah ini."


***

__ADS_1


Keesokan harinya. Anita datang dengan kakaknya, begitu juga dengan Zaidan yang membawa serta Amira dan suaminya.


Setelah beberapa saat berbasa-basi, Zaidan yang sudah mengetahui semuanya mencoba menjelaskan perihal wanita yang mendatangi Anita.


"Taaruf berasal dari kata ta'arafa - yata'arafu. Artinya saling mengenal sebelum menuju jenjang pernikahan. Namun proses taaruf tidak selalu berujung ke jenjang pernikahan, jika kedua pasangan tersebut tidak menemukan kecocokan dan kemantapan hati." Zaidan membuka suara.


Semua orang mendengarkan.


"Kami hanya baru sampai pada tahap saling menukar CV atau data diri, visi misi pernikahan, hal-hal yang disukai atau tidak disukai, kriteria idaman pasangan, prosesnya tidak sampai satu bulan."


"Baru pada tahap itu aku merasa dia bukan pasangan yang aku inginkan, tidak menemukan kecocokan dan hatiku tidak mantap memilihnya, setelah melakukan shalat istikharah-pun hatiku tidak bergetar. Karena itu aku memutuskan untuk tidak melanjutkannya."


"Apa yang membuatmu tidak cocok?" tanya Anita sambil menunduk.


"Kalau memang aku harus mengatakannya, akan aku katakan. Wanita itu baik, dia dari keluarga baik-baik, dia berhijab dan menutup auratnya sedari kecil. Namun rupanya itu bukan jaminan akhlaknya juga baik."


"Aku tahu jika berhijab tidak lantas membuat wanita jadi baik, tapi sudah jelas membuatnya lebih baik, berhijab juga tidak mengecualikanmu dari kesalahan namun jelas berhijab itu jalan meniti kebaikan. Itu yang aku lihat padamu hingga aku memilihmu."


"Aku lebih memilih batu biasa yang setelah digosok ternyata itu adalah berlian daripada merasa jika dirinya adalah berlian berharga yang ternyata dia hanyalah batu biasa."


Semua orang tampak mengerti. Begitu juga dengan Anita. Hingga akhirnya dia yakin untuk melanjutkan ta'aruf ini pada proses selanjutnya yaitu khitbah, karena keduanya sudah merasa yakin dan cocok pada calon pasangan masing-masing.


Tanggal khitbah sudah ditentukan, di hari yang tak lama lagi itu, tanggal pernikahan juga akan segera di tentukan, hingga sebentar lagi keduanya akan menjadi pasangan yang halal.


***


"Syukurlah. Alhamdulillah. Selamat ya," Aisha memeluk Anita.


Anita berseri-seri.


"Semoga semuanya berjalan dengan lancar," ucap Aisha lagi.


"Aamiin."


Tiba-tiba pintu ruangan Anita digedor dengan keras oleh seseorang di luar sana sambil memanggil namanya berkali-kali juga dengan keras.


Anita segera membukanya, dia melihat Nurul berdiri di hadapannya dengan wajahnya yang sangat marah.


"Kamu akan tetap menikah dengannya?" tanya Nurul dengan penuh kemarahan.


Anita yang kaget tampak terdiam tak menjawab. Dia hanya bengong sambil melihat beberapa orang karyawan dan pasien yang berkerumun melihat ke arahnya.


"Katakan. Kenapa kamu masih mau menikah dengannya? Sudah aku katakan jika Zaidan harus menikahiku karena aku yang terlebih dahulu melakukan ta'aruf dengannya."


Aisha menghampiri keduanya.


"Jika Zaidan sendiri yang memilih menikah dengannya bukan denganmu. Apa yang akan kamu lakukan?"


Nurul langsung melihat Aisha.


"Dia harus menikah denganku. Aku lebih pantas untuknya dibandingkan dokter ini."


"Oh ya? Apa yang membuatmu pantas untuknya?"


Nurul kesal dengan pertanyaan Aisha.


"Aku ini lebih baik dari dokter ini. Aku tahu dia baru beberapa bulan ini saja berpenampilan seperti ini, menutup aurat dan berpakaian syar'i, ilmu agamanya juga sudah pasti tak sepadan dengan Zaidan. Tak seperti aku yang sudah berpendidikan agama sedari kecil," jawab Nurul dengan nada tinggi.


Aisha menahan tawanya.


"Kenapa kamu tertawa?" Nurul membentak Aisha.

__ADS_1


"Naikkan kualitas kata-katamu, jangan naikkan nada suaramu, ingat jika hujan yang membuat bunga bermekaran bukan petir."


__ADS_2