
__ADS_3
Andre terdiam. Begitu juga dengan Ayah dan Ibu.
Sementara Aisha tampaknya masih belum puas, kembali berbicara.
"Sungguh rugi orang yang mengira dirinya telah sukses dalam kehidupannya di dunia, tapi ternyata ia termasuk orang yang gagal total karena kesuksesannya membuatnya lupa kepada sejatinya sang pemberi kesuksesan. Allah yang Maha Kaya."
Ibu tersenyum puas mendengar Aisha yang terus saja mencecar Andre.
"Anda tahu Istidraj?" tanya Aisha melihat Andre sekilas.
Andre tak menjawab.
"Istidraj itu tipuan yang diberikan oleh Allah SWT terhadap orang – orang yang membangkang terhadap-Nya. Dalam hal ini Allah SWT mengabulkan segala keinginan manusia dengan membukakan pintu – pintu kesenangan, yang mana hal itu sebenarnya adalah kehancuran, kenistaan, dan kesengsaraan baginya."
"Istidraj bisa juga suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah. Jadi, ketika Allah membiarkan kita sengaja meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat, berat untuk bershadaqah, merasa bangga dengan apa yang dimiliki, mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah, menganggap enteng perintah- perintah Allah, merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat, dan tidak mau menuntut ilmu syar’i tetapi Allah tetap memberikan mereka harta yang berlimpah, kesenangan, hidup aman, tidak sakit dan tidak pula tertimpa musibah bersiaplah untuk menantikan konsekuensinya." Di akhir kalimat Aisha melihat Andre sambil tersenyum sinis.
Ibu ikut tersenyum, begitu juga dengan Ayah yang hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.
Andre yang sedari tadi terdiam kemudian melihat Aisha.
"Tidak heran orang sepertimu pandai berbicara, menasihati orang lain seolah-olah dirinya sudah yang paling benar."
"Saya tidak merasa menjadi orang yang paling benar. Tapi semua yang saya katakan adalah kebenaran," jawab Aisha lantang.
Andre tertawa.
"Terima kasih atas nasihatnya, tapi saya tidak memerlukan itu. Biarlah saya jalani kehidupan saya seperti yang saya inginkan." Andre berdiri dari duduknya.
"Oh iya. Saya sadar di posisi saya sekarang banyak orang yang akan iri dan dengki." Andre melihat Aisha dengan angkuh.
Aisha menahan tawanya.
"Kenapa saya harus iri, karena kadang hidup yang terlihat mewah, nyatanya belum tentu indah."
"Kadang Allah mungkin memberikan seseorang kesenangan duniawi, namun tidak serta merta dengan ketenangan hati," lanjut Aisha lagi.
Andre yang tertawa kembali langsung menutup mulutnya. Ingin sekali rasanya dia membalikkan kata-kata Aisha, namun dia bingung harus menjawab apa.
Dia lalu berpamitan pada paman dan bibinya, dan langsung pergi dari sana dengan terburu-buru.
Sepeninggal Andre, Ibu langsung melihat menantunya dengan bangga.
__ADS_1
"Semoga hatinya masih sedikit lembut untuk menerima semua nasihatmu nak. Ibu harap Andre bisa berubah menjadi seperti Andre yang kita kenal dulu " Ibu lalu melihat ayah.
"Andre yang kita besarkan seperti anak kita sendiri sepeninggal kedua orang tuanya," ucap ibu dengan sedih.
Ayah terdiam.
***
Kedatangan keluarga Zaidan disambut dengan baik oleh keluarga Anita.
Hari itu, sesuai rencana mereka mengadakan khitbah, Pada hari itu secara resmi Zaidan melamar Anita untuk dijadikan istrinya.
Zaidan dengan mantap memilih Anita sebagai pendamping hidupnya, setelah melalui beberapa pertimbangan tentunya terutama setelah memohon petunjuk dari Allah SWT melalui shalat istikharah.
Dengan terlebih dahulu membaca doa, kemudian bershalawat kepada Nabi Muhammad, Zaidan dengan yakin menyampaikan tujuan kedatangannya untuk melamar Anita.
"Aku disini karena berharap tergolong dalam naungan sang Baginda Rasul dengan menjalankan sunnah-Nya. Aku disini untuk dirimu, berharap suatu saat nanti akan menjadi prioritas dalam hidupku setelah Allah dan Nabi.Aku ingin Kau menjadi perhiasan terindahku, yang kelak kita kan bersama mengarungi titian menuju Surga, menggapai ridho-Nya. Aku ingin kamu menjadi halal bagiku untuk melihat dan menyentuhmu, karena itu aku ingin mengatakan dengan segenap kesungguhanku. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Jadilah pendamping hidupku.”
Semua orang langsung melihat Anita untuk mengetahui jawabannya.
"Bagaimana Nita? Apa kamu menerima lamarannya?" Kakak Anita bertanya pada adiknya.
Anita terdiam, dia tak mengatakan apapun, hanya semakin menundukkan kepalanya saja.
Kini Anita telah menjadi seorang makhthubah atau perempuan yang telah resmi dilamar, maka dengan demikian dia tidak boleh menerima lamaran lelaki lain.
Walaupun sempat diliputi rasa ragu setelah apa yang telah terjadi dengan Nurul dan keluarganya kemarin, namun berkat Aisha yang telah meyakinkannya, maka akhirnya Anita dengan mantap menerima lamaran itu, karena seperti apa yang dikatakan Aisha padanya, dia tidak akan menemukan lagi pria baik seperti Zaidan.
Maka rencana pernikahan-pun langsung mereka bahas, atas persetujuan kedua keluarga maka pernikahan akan diselenggarakan secara sederhana dalam waktu dekat ini, karena mereka ingin rencana baik ini tidak lagi di tunda-tunda.
***
Beberapa hari berlalu.
Aisha masih tinggal di rumah mertuanya, dia memilih untuk tinggal lebih lama disana karena melihat kedua mertuanya yang sangat senang dengan kehadirannya di rumah mereka yang sepi.
Aisha tahu jika kehamilannya membuat mereka sangat bahagia, seolah mimpi yang akan menjadi kenyataan, mertuanya terlihat tidak sabar untuk segera menjadi seorang kakek dan nenek.
Terlebih dengan sang ayah mertua, semenjak kabar kehamilan sang menantu, kesehatannya yang sebelumnya sering menurun mendadak merasa menjadi sangat sehat dan bugar, bahkan sekarang tak jarang dia ikut membantu istrinya untuk memanjakan sang menantu, seperti kali ini, ayah tampak sibuk mengambil mangga muda di halaman belakang rumahnya untuk Aisha.
Tentu saja Aisha senang, bersama ibu dia memakan rujak mangga di bawah rindangnya pohon di belakang rumah.
__ADS_1
Andre yang kembali datang karena ada keperluan penting dengan pamannya, mencari-cari keberadaan paman dan bibinya, setelah melihat jika semuanya ada di halaman belakang rumah, Andre segera akan menghampirinya, dengan senang karena kebetulan melihat Aisha ternyata juga ada disana.
Kejadian tempo hari masih membuatnya jengkel, dia masih tidak terima wanita seperti Aisha yang dianggapnya kampungan bisa seenaknya menasihatinya, Kebetulan Aisha rupanya masih ada, sekalian dia akan membuat Aisha takjub akan apa yang akan disampaikannya sekarang.
Kehadirannya belum disadari oleh paman dan bibinya juga Aisha yang tampak asyik mengobrol sambil memakan sesuatu. Andre semakin mendekati mereka namun kemudian dia tertegun melihat wajah Aisha yang tidak tertutupi cadar seperti kemarin.
Andre kaget melihat kecantikan Aisha walaupun terlihat dari samping. Dia tidak menyangka jika dibalik cadar yang kemarin dia anggap norak itu ternyata menyembunyikan kecantikan yang terpancar secara alami, tanpa ada sedikitpun riasan makeup di wajahnya.
Andre lalu semakin mendekat, hingga kedatangannya akhirnya disadari oleh Aisha yang langsung memalingkan wajah sambil menutupinya. Dia lalu segera memakai cadarnya yang disimpan tak jauh dari sana.
Ayah langsung menyambut kedatangan Andre yang langsung mengutarakan maksud kedatangannya.
"Aku minta kepada paman untuk memantau perbaikan masjid di kampung sebelah, baru saja aku memberikan sumbangan senilai seratus juta untuk memperbaiki atapnya yang akan roboh," ucapnya dengan nada sedikit sombong.
"Alhamdulillah nak. Semoga Allah segera melipat gandakan harta yang telah kamu keluarkan di jalan Allah."
"Jika dananya kurang jangan segan-segan untuk memberitahuku, aku akan menambahkannya lagi."
Pamannya mengangguk.
Andre melihat Aisha.
"Aku harap ini sebagai bukti jika aku masih menjadi seorang muslim yang taat, setidaknya aku mampu bershadaqah dengan mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk agamaku. Orang lain belum tentu mampu melakukannya."
"Ingat nak, berapapun nilai uangnya yang terpenting itu kita harus ikhlas dan jangan sombong," ucap ibu mengingatkan.
"Tentu saja bibi, aku ikhlas."
Aisha tersenyum.
"Ikhlas itu tak ingin dilihat, tak ingin dipuji, tak ingin diketahui, tak ingin dihargai."
"Sombong itu ibarat seseorang yang berdiri atas gunung, dia melihat orang lain sangat kecil, tapi sebenarnya dia juga lupa jika orang lain juga melihat dia kecil."
-----
Mohon maaf atas keterlambatan updatenya.
Author berencana untuk segera menyelesaikan cerita ini, dan melanjutkan di judul baru yang akan lebih fokus untuk menceritakan kisah Anita dan Zaidan juga pencarian jodoh untuk Siti dan Lela.
Untuk selanjutnya cerita ini akan fokus pada cerita Aisha dan Alvian saja.
__ADS_1
Terima kasih kepada para pembaca setia yang selalu sabar menanti cerita ini 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Salam sayang ❤️❤️
__ADS_2