LMOU: Kembalinya Sang Legenda

LMOU: Kembalinya Sang Legenda
Liontin yang hilang


__ADS_3

Zhou Weiqing langsung menghilang dari pandangan. Mata semua orang jadi membesar, tentunya mereka tahu kalau targetnya adalah Qin yan.


"Qin yan!!! Hati hati!!!" Medusa maju dengan merentangkan tangan sebagai penghalang. Ia juga hampir bertranformasi menjadi ular. Mata kuning vertikal, menyala mendeteksi keberadaan Weiqing. Namun ia sadar, kalau sosok yang ia cari sudah ada dibelakang. Tepat dihadapan Qin yan.


'Oh tidak!!' Dengan cepat Medusa berbalik kebelakang sambil menggertakan gigi.


"HAHAHAHA!!!" Zhou Weiqing yang sampai didepan Qin yan, bukannya menyerang tapi malah memeluk anak itu. Menepuk nepuk punggungnya sambil tertawa dengan satu tangannya lagi berada disaku celananya.


"Bagaimana kabarmu akhir akhir ini?" Tanya Weiqing dengan santai.


"Um... Lumayan baik." Qin yan juga langsung kembali kemode manusia, semua tranformasinya tadi tiba tiba menghilang. Membuat suasana yang tadi begitu menegangkan kini tergantikan dengan suasana bingung.


'A-apa yang terjadi ini?' Mata Medusa terbelalak, urat berkumpul didahinya. Dengan rasa marah karena tadi terlalu serius. Ia maju kearah mereka berdua. Rupanya tadi mereka hanya bersandiwara membuatnya seperti orang konyol karena sudah tertipu.


"Apa hubungan kalian dekat?" Tanyanya dengan tangan terkepal.


"Tidak, kami tidak mempunyai hubungan apa apa." Jawab Qin yan tenang.


"Hahahaha... Ayolah. Bukankah itu berlebihan. Ini sudah kali ketiga kita bertemu, pertemuan pertama kita bukankah aku menawarimu menjadi muridku? Tapi kau menolaknya mentah mentah. Berbicara tentang itu, dua tahun ini kau kemana saja. Kenapa tidak ada kabar darimu." Senyum Weiqing lagi.


"Memangnya aku harus memberitahumu." Jawab Qin yan dengan datar, ia lalu melepaskan tangan pria itu yang melingkari lehernya. Kemudian berjalan kearah pria yang memegang kalung Liontin miliknya.


Tanpa berbicara sepatah kata pun, ia langsung meraih kalung itu dari tangannya.


"Aku datang ke pelelangan ini hanya ingin mengambil miliku kembali." Berkata Qin yan dengan tenang. Ia hendak memakai kalung itu. Namun tiba tiba cahaya dikalung itu redup, dan akhirnya hancur.


Mata Qin yan langsung membesar, tangannya gemetar. Ia menatap pria itu dengan niat membunuh yang tinggi.


"Apa yang kau lakukan pada kalung Liontin ini hah?" Dari cincin penyimpanannya, ia langsung mengeluarkan senjata roh Pedang angin.


"Katakan, atau aku akan membunuhmu disini." Ucapnya dengan penuh amarah.


"Aku, aku tidak tau tuan." Jawab pria itu dengan penuh ketakutan. Mulut wanita yang membantunya berdiri langsung mengeluarkan asap hitam. Seketika asap tersebut langsung menutupi pandangan orang lain.


Dalam sekejap, mereka juga hendak berubah menjadi asap agar dapat melarikan diri. Namun sebuah rantai langsung mengikat mereka. Angin berhembus dan langsung menyapu asapnya hingga hilang.


"Mau lari kemana kalian. Kalian kira bisa lolos dariku." Ucap Medusa dengan dingin.


"Ampuni kami tuan, kami benar benar tidak tahu dimana kalung itu. Sumpah, kami tidak tau apa apa." Tubuh mereka menggigil, ternyata memang tidak bisa melarikan diri lagi yah.


"Kalian bilang tidak tau apa apa, lalu kenapa kalung ini bisa hancur!" Tatapan Qin yan makin garang.


"Itu karena yang kau pegang hanyalah duplikatnya."


Tiba tiba Qin yan berbalik kebelakang, alisnya berkerut saat melihat gadis bercadar yang memberitahukannya.


"Apa maksudmu benda ini duplikatnya?" Tanya Qin yan dengan bingung.


"Itu berarti kalung ini ditiru dengan sebaik sebaiknya, dari kalung yang asli. Sehingga terlihat sangat nyata dan tidak ada masalah. Namun itu hanya bersifat sementara, biasanya cara ini digunakan hanya untuk menipu saja." Pikir Medusa disampingnya.


Alis Qin yan berkerut sekali lagi, ia menatap bubuk hitam bekas kalung ditangannya. Memikirkan itu, ia hanya menghela napas panjang.


"Maaf, boleh aku tau. Siapa kau sebe...." Qin yan hendak bertanya pada gadis bercadar itu lagi, namun ia tiba tiba menghilang.


"Eh, dimana dia?" Tanya Qin yan dengan bingung.


Rupanya Yun zhi sudah berada dibalik dinding dan sedang bersembunyi darinya. Diam diam ia mengintip Qin yan dibalik sana. Hanya Medusa dan Zhou Weiqing yang mengetahuinya, namun entah kenapa mereka tidak berbicara apa apa. Apalagi Medusa, ia hanya melirik gadis itu dengan alis berkerut.


"Haish.. Padahal aku belum tahu siapa dia. Membuatku penasaran saja." Qin yan menggaruk garuk kepalanya sendiri. Kemudian berbalik kearah mereka yang diikat tadi dengan hawa membunuh sekali lagi.


"Jadi, katakan siapa yang berbuat sejauh ini." Tanyanya dengan mata menyala hingga kedua orang itu jadi menggigil bukan main.


"Sumpah tuan. Kami tidak tahu. Ka-kami hanya menerima kalungnya dari nomor tiga. Setelah itu kami tidak tau apa apa." Ucap mereka dengan ketakutan.


"Nomor tiga? Maksudmu Na er?" Bertanya Qin yan dengan tenang.


"Y-ya. Sebelum kami memegang kalung itu. Dialah yang memegangnya duluan kan?"


Qin yan mengangguk mengerti apa yang mereka katakan.


"Jadi dimana tempat tinggalnya?" Tanya Qin yan lagi. Sesaat keduanya saling berpandangan satu sama lain. Tapi tetap saja, mereka tak punya pilihan selain mengatakannya.


*********


Halaman istana kerajaan Zhong tian.


Lampu kelap kelip serta lentera lentera dipasang dan digantung disepanjang jalan. Membuat malam yang istimewa ini semakin memukau. Pedagang pedagang penjual makanan berjejer disetiap pinggir jalanan. Memanggil, berteriak dan mempromosikan barang yang mereka dagangkankan. Begitu ramai hingga jalan yang awalnya hanyalah jalan biasa, kini terlihat seperti pasar.


"Kak Na er! Kak Na er! Hari ini kakak janji akan membelikanku daging tusuk kan?" Seorang gadis kecil berumur 6 tahunan sedang menarik tangan kakaknya menjelajahi jalan ramai tersebut. Gadis itu tanpak sangat riang, begitu senang saat berjalan bersama kakaknya.


"Tentu saja Nan Yu, kakak akan membelikannya kok." Senyum kakaknya itu dengan lembut membelai rambut adiknya.

__ADS_1


"Yay!! Kita akan makan enak malam ini. Kita akan makan enak malam ini! Pasti ibu sangat senang kan. Sudah lama kita tidak pernah merasakan makanan lezat." Senyum gadis itu membawa kakaknya ke rumah makan yang ia tuju.


"Kesini kak, disini. Aku pernah melihatnya disekitar sini. Ah.. ini dia. Akhirnya sampai juga." Gadis itu jadi bersorak ria ketika menemukan rumah makan impiannya.


"Selamat datang." Senyum pedagangnya menyambut mereka.


Sementara gadis kecil itu sudah memilih yang ini yang itu. Hingga Na er tak punya pilihan lain selain membelinya. Bukan hanya satu pedagang, mereka juga beranjak kepedagang lain. Membeli dan berkeliling untuk melihat lihat. Setelah puas berjalan jalan, barulah mereka kembali.


"Um... Kakak, ibu pasti sangat senang ketika merasakan betapa lezatnya makanan ini." Gadis itu bersenda durau merasakan betapa melayangnya dunia saat merasakan makanan lezat melewati lehernya.


"Makanya, ayo kita capat pulang. Supaya kita bisa makan dengan ibu." Senyum Na er membawa adik pergi, namun senyum itu langsung membeku melihat Qin yan dan Medusa ada dihadapan mereka.


"Nan yu, bisakah kau tunggu kakak dibelakang?" Na er berjongkok pada gadis itu, memberinya senyuman paksaan sambil mengelus ngelus rambutnya. Padahal nyatanya, saat ini ia sangat khawatir.


"Eh, kak. Ada apa?" Alis gadis kecil itu jadi berkerut, begitu lugunya hingga Na er sendiri tak mau melepaskannya.


"Hanya sebentar saja kok. Tunggulah sebentar yah." Na er tersenyum sekali lagi, menyentuh hidung gadis itu.


"Ta-tapi kak, janji jangan lama lama." Melihat Qin yan dan Medusa yang tampak garang membuat gadis kecil itu jadi ketakutan. Hingga air matanya juga ikut keluar. Ia pun membenamkan kepalanya didada kakaknya.


"Iya, kakak janji." Berkata Na er sambil mengelus punggung gadis itu. Lalu ia sendiri menyaksikan adiknya pergi menjauh. Sampai tidak terlihat dipandang mata. Ia pun berdiri menatap Qin yan dan Medusa dengan dingin, apapun yang terjadi hari ini. Ia takkan membiarkan adiknya ikut serta dalam masalahnya.


"Apa yang kalian inginkan?" Tanyanya dengan mata menyala.


Beberapa saat kemudian...


"Bukh" Gadis itu langsung memuntahkan darah segar ketika ia terlempar kebatang pohon dengan kasar. Belum lagi ia bergerak, Qin yan langsung mencekik lehernya.


"Katakan dimana kalung Liontin itu berada?" Tanya Qin yan dengan geram. Menatap gadis itu dengan tajam.


"Ukhuk ukhuk" Gadis itu memuntahkan darah sekali lagi, tapi ia tetap tersenyum kearah Qin yan.


"Sampai kapanpun aku takkan memberi tahukannya padamu."


Perkataannya membuat Qin yan membeku, ia tidak habis pikir. Bagaimana bisa gadis ini begitu menjaga rahasia disaat nyawanya sendiri diambang kematian. Sebenarnya apa yang membuatnya jadi menutup mulut serapat ini.


Qin yan tidak punya pilihan lagi, sekarang tindakannya telah menyimpang dari prinsipnya sebagai pria. Entah kenapa ia tak mau menyiksa gadis ini. Namun, sepertinya situasi sungguh sangat memaksa. Dengan berat hati, tangan Qin yan terangkat, ia memaksakan ekspresinya untuk bertindak kejam.


"Beritahukan sekarang dasar gadis Sialan!"


"Buakh" Tangan Qin yan sekuat tenaga menghantam pipi gadis itu, hingga darah merembes keluar dari mulutnya. Medusa yang melihat itu hanya bisa berpaling sembari menutup mata. Tindakan Qin yan sungguh kejam, namun adakah cara lain untuk menghindari cara ini? Tidak, sama sekali tidak ada. Ia sendiri melihat ekspresi Qin yan yang nampak tersiksa ketika menyiksa gadis itu.


Pernah terpikirkan oleh mereka, untuk mengancam nyawa adiknya. Itu adalah cara kedua selain menyiksa gadis ini agar membuka mulutnya, tapi cara itu adalah cara yang jauh lebih sampah dari pada yang dibayangkan. Orang yang tidak bersalah tidak bisa dikaitkan dalam masalah ini, dan orang yang bersalah sudah sepantas mendapat resiko.


Tangan Qin yan tiba tiba terhenti saat memukul gadis itu untuk terakhir kalinya. Wajahnya tampak sangat tersiksa, tangannya gemetar saat hampir menyentuh wajah gadis itu.


"Kenapa berhenti? Huh!" Gadis itu yang heran kenapa Qin yan berhenti, namun ia tiba tiba terkejut saat melihat ekspresi Qin yan yang air matanya hampir keluar. Ia pun terdiam untuk sesaat.


"Ppfftt... Hahaha..." Setelah diam, barulah gadis itu tertawa lucu.


"Lucu sekali, aku belum pernah melihat seorang pria menangis. Kenapa? Bersikap sok seperti pria sejati? Tidak tahan menyiksa wanita, Hahaha... Jangan bercanda. Kau kira bisa membuatku luluh, kau hanya membuatku merasa jijik padamu." Mata gadis itu berubah menjadi penuh penghinaan menatap Qin yan.


Membuat Qin yan yang tadi diam, jadi menggertakan gigi. Tangannya yang tadi terkepal hendak memukul wajah gadis itu, jadi terbuka. Dan berbalik menggenggam bahu gadis itu.


"Mau sampai kapan kau begini?" Ucap Qin yan dengan wajah yang gelap.


"Apa? Kau kasihan padaku? Jangan bercanda, aku tidak meneri....."


"MAU SAMPAI KAPAN KAU BEGINI!!! KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN ITU BAGUS? KAU TIDAK TAU SEBERAPA BERHARGANYA KALUNG ITU UNTUKKU. APA KAU TIDAK PUNYA SESEORANG YANG BERHARGA UNTUKMU!!. Hah hah hah!!" Napas Qin yan jadi tidak karuan, matanya menatap gadis itu yang juga membesar. Kedua tangannya mengguncang bahu gadis itu sepanjang ia berbicara.


Melihat gadis itu yang hanya diam tak berkutik, membuat Qin yan jadi menunduk. Cara apapun yang ia gunakan ternyata tidak berguna yah. Jadi tanpa sadar ia meluapkan semuanya.


"Kau sama sekali tidak tahu seberapa berharganya kalung itu. Didepan mataku sendiri, badannya tertebas oleh macan itu. Didepan mataku sendiri, aku melihatnya tersenyum meskipun nyawanya sudah melayang. Didepanku sendiri, darah gadis bodoh itu terciprat diwajahku. Kau sama sekali tidak mengerti apapun. Sama sekali tidak... Huh huh huh." Qin yan menunduk pasrah pada dada gadis itu.


Suasana menjadi hening, mulut gadis itu terbuka serta matanya yang menatap langit. Medusa terdiam, menatap punggung Qin yan yang rapuh dibanding dengan penampilan luarnya. Dan satu lagi yang tengah diam diam menangis menyaksikan Qin yan berbicara seperti itu. Yun zhi dari tadi selalu memperhatikan mereka.


Setelah beberapa lama terdiam, Qin yan pun bangkit. Berjalan meninggalkan gadis itu.


"Sudahlah Mei ji, mari kita kembali ke pria No 2 tadi. Siapa tahu dia mengetahui sesuatu." Qin yan berjalan lemas.


"Kau tidak membunuhku?" Tanya gadis itu yang matanya tetap terbuka. Namun Qin yan tidak menjawabnya sedikit pun. Ia tetap berjalan kedepan.


"Sudah kuduga, kau itu memang pria pengecut." Gadis itu memaksakan senyumnya, namun ia tidak mengerti mengapa Qin yan tidak terpancing dengan omongannya. Ia pun perlahan bangun, menatap punggung Qin yan dengan kesal. Tidak tau harus mengatakan apa.


"Kenapa kau tidak membunuhku?"


Pertanyaan gadis itu membuat Qin yan terhenti, namun Qin yan hanya meliriknya sesaat lalu kembali berjalan.


Gadis itu yang dari tadi terus menunggu jawaban, jadi menggertakan gigi ketika Qin yan mengabaikannya.


"KATAKAN APA ALASANMU BRENS*K!!!" Teriak Na er dengan marah, namun Qin yan tetap mengabaikannya. Betapa gadis itu sangat membenci dikasihani, dan ia lebih benci dengan orang yang mengasihaninya.

__ADS_1


"KAU ITU....."


"Kakak." Gadis itu hendak berteriak lagi, kini tiba tiba jadi kaget saat adiknya datang menarik bajunya.


"Nan yu! Kenapa kau disini?" Wajah Na er seketika berubah menjadi panik.


"Ka-kakak. Kakak tidak apa apa kan, kenapa kakak penuh luka?" Tangan gadis kecil itu gemetar, air matanya mengalir melihat kondisi kakaknya yang begitu mengerikan.


"Jangan menangis nak, jangan menangis. Kakak tidak apa apa kok. Kakak baik baik saja." Na er langsung memeluk gadis itu, mengusap air matanya meskipun air matanya sendiri juga jatuh.


"Aku takut sekali kak, takut kakak kenapa napa." Namun, seberapa pun gadis itu membuat adiknya agar tidak menangis. Gadis kecil itu tetap menangis tersedu sedu, karena kondisinya yang begitu memprihatinkan.


"Bukankah dia alasan yang membuatmu menutup mulut sampai sekarang?" Na er tiba tiba membeku saat mendengar kalimat Qin yan. Jarak mereka belum cukup jauh, hingga seberapa kecil pun Qin yan berbicara. Tetap saja didengar olehnya.


"Kakak dia..." Gadis kecil itu menengok kearah Qin yan, namun tetap saja Na er berusaha menyembunyikannya.


"Tolong jangan sakiti kakakku, aku mohon. Dia kakakku satu satunya, ibu pasti sangat sedih." Teriak gadis kecil itu, meskipun Na er berusaha menghentikannya, ia tetap melangkah maju bahkan hendak bersujud pada Qin yan.


"Nan yu, hentikan! Apa yang kau lakukan? Hei!" Dengan sekuat tenaga, tubuh Na er yang dipenuhi luka berusaha mengehentikan tindakan gadis itu. Meskipun ia merasakan sakit yang luar biasa, tapi ia tidak bisa membiarkan adiknya bersujud begitu saja.


"Hu-huo lan..." Qin yan sendiri jadi tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Ketika melihat gadis itu yang hendak bersujud. Tindakannya benar benar sama seperti yang dilakukan Huo lan. Yang saat itu bersujud didepan orang orang brens*k demi keselamat Qin yan. Bahkan perkataannya nampak sama.


"Tolong jangan sakiti Qin yan, aku mohon!"


Perkataan itu terus terngiang ngiang dikepala Qin yan, hingga ia sendiri jadi pusing memikirkannya.


"Apa kau baik baik saja." Untungnya ada Medusa yang membantu menyadarkannya. Jika tidak, mungkin ia sudah berlutut sambil memegangi kepalanya yang sakit.


Perlahan pikiran Qin yan akhirnya tenang, napasnya yang berat jadi semakin ringan. Ia pun perlahan mengangkat wajahnya kearah mereka.


"Bukankah sudah jelas. Tanpa dijawab pun, kau sudah mengetahui alasannya. Aku tidak mempunyai keuntungan apa apa ketika aku membunuhmu. Sebaliknya kembali kedirimu sendiri, bayangkan kalau kau mati. Apa yang terjadi pada adikmu itu."


Perkataan Qin yan membuat mata Na er terbelalak, ia terdiam seribu bahasa. Membeku dan tak bergerak sedikit pun.


Merasa sudah selesai, Qin yan pun pergi meninggalkannya. Menarik napas pelan, kemudian berusaha berjalan.


"Kerajaan Glasier."


Namun ia tiba tiba berhenti saat gadis itu mengucapkan kerajaan Glasier. Ia pun berbalik dengan cepat. Mendengarkan gadis itu dengan cermat.


"Liontin itu dibawa kekerajaan Glasier bersama mahkota ratu air. Kedua benda itu mempunyai ketertarikan satu sama lain, sehingga terlihat seperti mempunyai hubungan. Aku menyerahkannya kepada ketua kami, Seven Picker nomor 1. Aku tidak tau saat ini dia dimana, tapi yang penting di akan membawa kedua benda itu kekerajaan Glasier."


Mata Qin yan membesar ketika mendengar itu, kerajaan Glasier adalah kerajaan dimana Sekte Es Menara Suci berpusat.


'Ibu, Ling Qinzhu!' Ia menunduk dengan tak percaya. Bisa ada kebetulan seperti ini. Ia kemudian menatap gadis itu kembali, hendak mengucapkan terimah kasih. Namun tiba tiba matanya terbelalak saat melihat sebuah tangannya meraih adik gadis itu.


"AWAS!! DIBELAKANGMU!!!" Teriak Qin yan.


"KAKAK!!! Mmmm...." Gadis kecil itu juga berteriak, namun segera orang yang menangkapnya itu langsung membungkam mulutnya.


"NAN YU!!" Kali ini Na er lah yang gantian berteriak.


"Hehehe... aku tidak menyangka kalau kau berani membocorkan rahasia ini Na er. Apa kau lupa, apa janjimu. Kalau rahasianya bocor, maka adikmu inilah yang menjadi jaminannya." Seorang pria bertopeng datang mengambil adik Na er. Ia menatap Na er dengan penuh kemarahan.


"Tu-tuan... aku mohon maafkan aku. Aku- aku bersedia melakukan apapun, tapi tolong jangan sakiti adikku. Aku mohon, Hiks hiks." Gadis itu bersujud didepan pria itu. Namun walaupun begitu, pria itu tidak mendengarnya. Sebaliknya ia langsung mengambil pisau, hendak memotong leher adiknya itu.


"TIDAAAAAAK!!!" Teriak Na er dengan pilu, air matanya keluar seperti hujan.


"Siung" Namun tiba tiba tangan pria itu terpotong tanpa tahu kapan serangan itu datang.


"AAAAAAAAAKKKHHHH!!!" Tentunya pria itu juga berteriak kesakitan. Melihat tangannya yang sudah terputus. Pandangannya kemudian beralih kearah Medusa yang menatapnya dengan tatapan dingin.


"Ka-kau... tingkat Kaisar!" Berkata pria itu dengan penuh ketakutan, ia mundur dengan pelan. Namun kembali menangkap gadis kecil itu.


"Jangan bergerak, atau... gadis kecil ini bisa mati!" Gertaknya dengan percaya diri.


"Nan yu!!" Teriak Na er sekali lagi, melihat adiknya yang menangis ketakutan ia ingin sekali maju. Namun karena takut adiknya itu kenapa napa, ia jadi mengurungkan niatnya.


"Jangan sentuh anak itu?." Tiba tiba juga, Yun zhi muncul dan menekan pedangnya keleher pria itu. Namun bukannya takut, pria itu malah tertawa licik.


"Kau kira aku takut? Heeh.. dengarkan ini baik baik, semakin pedang itu mendekatiku, maka pisau ini akan semakin mengoyak leher gadis ini." Pisaunya pria itu langsung mengiris leher gadis itu, hingga darah segar keluar seperti air yang mengalir.


"TIDAAAAAKKK!!! Aku mohon, jangan lakukan itu." Na er kemudian berteriak gila, tidak ada satu pun yang berani mendekat. Termasuk Medusa sendiri, melihat pria itu yang benar benar nekat melakukannya.


"Ka-kau..." Yun zhi juga tidak bisa apa apa, ia pun menjauhkan pedangnya dari leher pria itu.


"Hahaha... Dasar kumpulan orang orang bodoh!" Dengan cepat, pria itu melukai perut Yun zhi dengan pisaunya, kemudian melarikan dari sana.


Disaat beranjak, tidak sengaja Qin yan melihat benda berkilauan disaku pria itu. Dan ternyata, itu adalah Liontin yang selama ini ia cari.


"ITU DIA LIONTINNYA!!! KEJAR DIA!!!"

__ADS_1


__ADS_2