
__ADS_3
"Aku sebaiknya ke toilet dulu, memastikan apakah ada cabe atau lipstik di gigiku." Gumam Zira pelan.
Zira menghampiri seorang pelayan, yang sedang menata meja hidangan.
"Permisi, toilet di mana ya." Tanya Zira.
"Lurus saja, kemudian belok kekiri, lalu lurus di sebelah kanan toiletnya." Ucap si pelayan.
Zira menganggukkan kepalanya dan segera pergi menuju toilet.
Setelah sampai di toilet Zira melihat Sisil juga berada di tempat yang sama.
Sisil mengetahui kedatangan Zira.
"Nona Sisil kamu ada di sini juga, atau jangan-jangan kita berdua berada di acara yang sama." Tanya Zira.
"Cih apa yang kamu lakukan di sini." Tanya Sisil jutek.
"Main bola." Jawab Zira sambil bercermin menunjukkan giginya di dalam pantulan benda itu.
"Oh enggak ada cabe kok, apa lagi lipstik." Gumam Zira pelan.
"Kenapa mereka semua menatapku?, apa karena ada hubungannya dengan penampilanku." Gumam Zira lagi.
"Hey Zira sepertinya ini rencana kamu ya!" bentak Sisil.
"Rencana apa nona." Zira masih melihat cermin.
"Kamu sengaja menjual gaunku dengan orang lain, agar yang menjadi pusat perhatian adalah kamu, benarkan?" Tanya Sisil sambil menunjuk jarinya ke dada Zira.
__ADS_1
Zira menepis tangan Sisil.
"Wah terimakasih atas kejujurannya, ternyata benar mereka semua melihat kearah ku karena penampilanku." Gumam Zira pelan.
Sisil yang merasa di acuhkan Zira mulai emosi.
"Hey jawab aku cepat!" teriak Sisil.
"Oh soal gaun mu, kan kamu sendiri yang membatalkan secara sepihak. Apakah kamu masih ingat." Tanya Zira santai.
Sisil merasa dirinya di pojokan Zira.
"Ah kenapa kamu tidak memberikan gaun ini kepada ku." Ucap Sisil lagi.
"Oh itu jawaban yang gampang nona, karena gaun ini tidak akan cukup untukmu, kan kamu bisa lihat, tinggi badan kita aja beda." Zira menunjukkan ke arah cermin membandingkan tinggi badannya dengan Sisil.
Sisil mempunyai badan yang tinggi bak seorang model, sedangkan Zira mempunyai badan yang tidak terlalu tinggi.
"Sejak lahir, bye nona Sisil." Zira melambaikan tangannya.
Zira berjalan keluar toilet meninggal Sisil yang masih mencak-mencak.
"Hey tunggu! aku belum selesai denganmu." Sisil teriak.
Zira berjalan menyusuri ruangan menuju tempat acara yang sedang berlangsung.
"Aduh semua mata melihat ke arahku lagi.
Aku jadi risih." Gumam Zira pelan.
__ADS_1
"Aih itukan si ubi kayu, aduh takut, melihat tatapannya lebih baik aku menghindarinya." Gumam Zira pelan.
Zira berjalan mengendap-endap menghindari tatapan Ziko.
Dia berjalan menuju meja hidangan, di sana beraneka ragam makanan di sajikan. dari makanan lokal sampai makanan western.
"Ah makanannya menggugah seleraku, sebaiknya aku makan saja, perutku sudah memanggil-manggil." Gumam Zira.
Zira memilih makanan yang ringan dulu, dia sangat menikmati makanan itu.
Beberapa saat kemudian.
"Hey mulut micin." Teriak Ziko.
"Hemmmmm tuan bicara denganku." Tanya Zira sambil celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri.
"Oh iya tuan bicara denganku. Ada apa tuan muda Ziko yang terhormat." Tanya Zira santai sambil tetap mengunyah cake nya.
Ziko tidak menjawab, dia menatap Zira tajam.
"Aduh tuan, jangan melihatku seperti itu. Aku takut." Zira berekspresi seperti orang takut.
"Kenapa kamu takut." Tanya Ziko.
"Matamu ada laser nya, ha ha ha." Zira tertawa kecil.
"Kamu ya." Ziko sedikit marah.
"Tenang tuan tenang jangan marah-marah, mari kita nikmati makanan ini sejenak." Rayu Zira.
__ADS_1
"Hello readers like dan komen yang banyak ya, dan jangan lupa vote biar tambah semangat author update nya." Terimakasih.
__ADS_2