
__ADS_3
Ziko langsung memerintahkan Kevin untuk membelikan makan siang. Zira masih merebahkan kepalanya di sandaran sofa.
" Kamu sakit?" Ucap Ziko khawatir.
" Enggak hanya pusing sedikit." Ucap Zira pelan.
" Itu namanya sakit." Ucap Ziko panik.
Ziko langsung mengambil ponselnya dari dalam saku. Zira langsung merebut ponsel calon suaminya dengan cepat.
" Eh tunggu tuan, kamu mau ngapain?" Ucap Zira penasaran.
" Kembalikan ponselku, aku mau menghubungi dokter Diki." Ucap Ziko cepat.
" Hahaha enggak usah tuan aku sehat kok." Jawab Zira cepat.
Cih jangan buat malu deh, sakit dikit dokter sakit dikit dokter apa kalau sakit panu juga harus ke dokter. Gerutu Zira dalam hati.
Ziko membatalkan niatnya menghubungi dokter Diki. Dia memeluk bahu Zira.
" Eh tuan tangannya." Ucap Zira sambil meletakkan tangan Ziko ke bawah.
Ziko meletakkan kembali tangannya di bahu calon istrinya.
Percuma juga kalau aku meletakkan tangannya kebawah pasti akan di buat dan di buat lagi, heran deh liat orang satu ini selalu saja bikin kesel. Gerutu Zira dalam hati.
" Ceritakan padaku bagaimana bisa kamu menghajar Sisil dengan mudah." Ucap Ziko penasaran.
" Eh tuan jangan bilang kalau kamu dapat informasi ini dari pak supir." Ucap Zira seperti interogasi.
Ziko menunjukkan video Zira menghajar Sisil.
" Wah aku keren sekali disini, aku seperti wonder woman." Ucap Zira cepat sambil cekikikan.
" Kamu tau tuan, aku itu pernah tinggal di jalanan hal-hal seperti tadi sering aku dapatkan." Ucap Zira santai.
__ADS_1
Ziko yang mendengar langsung memeluk Zira dengan hangat. Awalnya dia berusaha untuk melepaskan pelukan itu. Tapi lama kelamaan pelukan itu menghangatkan.
Ziko menatap Zira dengan tatapan lembut. Mata mereka saling beradu Zira berusaha untuk menghindari tatapan calon suaminya. Ziko memegang dagu Zira agar calon istrinya tidak memalingkan wajahnya. Lama mereka saling pandang. Tanpa sadar bibir Ziko sudah menyentuh bibir Zira. Tidak berapa lama pintu ruangan di ketuk.
Mereka langsung melepaskan satu sama lain. Zira gugup pipinya merah merona begitu pun dengan calon suaminya. Ziko gugup-segugupnya. Mereka berdua saling salah tingkah. Zira mengalihkan pandangannya ke arah lain sama halnya dengan Ziko.
" Masuk." Ucap Ziko untuk menutupi kegugupannya.
Kevin masuk ke dalam ruangan dengan membawa beberapa bungkus makanan.
" Silahkan tuan dan nona." Ucap Kevin.
Ziko dan Zira duduk saling membelakangi. Kevin merasa heran dengan tingkah dua orang di depannya. Lama Kevin melihat mereka.
" Apakah tuan dan nona lagi bertengkar?" Kevin penasaran.
" Enggak. " Ucap mereka berdua serentak.
" Apakah telah terjadi sesuatu dengan kalian." Tanya Kevin lagi.
Kevin tepuk tangan melihat kekompakan dua orang di depannya.
" Hey kenapa kamu mengikuti ucapan ku." Tanya Zira sewot.
" Siapa yang mengikuti kamu."Jawab Ziko cepat.
Ziko dan Zira memang sama-sama keras tidak ada yang mau mengalah.
" Sudah tuan dan nona Zira apapun yang kalian lakukan tadi di sini saya tidak tau kok." Ucap Kevin seperti mengerti yang sedang terjadi.
Ziko dan Zira menatap Kevin dengan tatapan mengintimidasi. Kevin langsung mengalihkan pembicaraan agar terhindar dari tatapan yang menakutkan.
Kevin mengambil satu piring dan meletakkannya di meja. Zira yang melihat piring hanya satu mulai sewot.
" Kenapa piringnya satu." Tanya Zira.
__ADS_1
" Maaf nona bukannya nona harus makan dalam satu piring berdua." Ucap Kevin menjelaskan.
Zira masih diam dan mematung mendengar ucapan asisten itu.
Aduh kenapa denganku, kenapa aku bisa seperti ini, sekarang masih makan satu piring berdua lagi, aku saja tidak berani melihat matanya, aku malu. Gerutu Zira dalam hati.
Zira mengambil makanan dan meletakkannya di dalam piring, seperti biasa dia menyuapi Ziko seperti bayi. Ziko memperhatikan tindakan calon istrinya.
" Kenapa kamu tidak makan." Tanya Ziko.
" Eh selesai menyuapi tuan baru aku makan." Ucap Zira gugup.
" Siapa yang memberi perintah seperti itu." Ucap Ziko cepat.
Cih ini orang memang tidak ada malunya, apa dia enggak ingat yang barusan terjadi. Gerutu Zira dalam hati.
Akhirnya Zira ikut makan, dia menyuapi Ziko setelah itu dirinya seperti itu seterusnya sampai makanan di piring habis.
" Tuan aku besok tidak bisa makan siang bersamamu." Ucap Zira pelan.
" Baiklah tidak apa-apa, kalau besok kamu tidak bisa aku tidak akan memaksa." Ucap Ziko.
" Kamu tidak marah." Tanya Zira.
Ziko menggelengkan kepalanya.
" Kamu tidak tanya kenapa gitu." Tanya Zira lagi.
Ziko menggelengkan kepalanya lagi.
Cih bisa-bisanya dia tidak bertanya, aku mau kemana dan ada apa, ini manusia kok enggak peka amat sih, si amat aja peka. Gerutu Zira dalam hati.
Setelah makan siang selesai Zira pamit kepada Ziko. Dia pergi meninggalkan gedung Raharsya group dengan perasaan campur aduk, ada perasaan malu, senang dan bingung.
" Like komen dan vote yang banyak ya, bagi yang belum vote author tunggu ya, terimakasih. "
__ADS_1
__ADS_2