
__ADS_3
π»π»π»
" Bisa Pah, Kakak kalo pergi sama Bi Siti tuh mang Udin suka cuit..cuit..cuit...gitu?"
Melisa dan Reza hanya saling pandang sebelum akhirnya tertawa bersama.
"Terus gimana lagi tuh?" Goda Reza yang semakin senang dengan celoteh si sulung.
"Cuit.. cuit..cuit.. tar sama kakak di bales, Pah"
"Gimana balesnya"
"Ciak..ciak...ciak.. keeer..keeerrr" ucapnya polos, Melisa sampai mengeluarkan air bening di ujung matanya.
"Kaya anak ayam kakak yang warna-warni kan ya, yang beli di pasar itu yang warna hijau sama merah terus kuning sama apalagi, mah?" tanyanya pada Melisa
"Sama biru" sahut Reza.
"Enggak, mana ada kakak beli anak ayam biru" elaknya dengan memanyunkan bibirnya.
"Warna merah muda, kak" balas Melisa.
"iya, emping!" kata Ay antusias.
"Ping, kak, bukan emping" kata Reza membenarkan ucapan Ay.
"Emping tuh krupuk ya, aku gak suka pait" jawabnya sembari menggeleng.
"Enak tau, pake Soto, ckck" kekeh Reza mencium pipi istrinya sekilas.
"Papa laper yaaaaaa" kini Ay yang menggoda Reza.
"Tau aja, Kakak"
" Tau dong, itu papa gigit mama barusan!" kata Ay sambil tergelak.
"Papa cium mama, nih papa sayang mama"
Reza kembali mencium pipi Melisa berkali-kali dengan gemasnya.
"Oh, iya.. cium ya, kan kata mama yang gigit itu gajah bukan papa"
Reza langsung menelungkup kan kepalanya di perut Melisa.
"Jahat kamu, Ra" gumam Reza dengan wajah imutnya.
__ADS_1
Melisa hanya tersenyum simpul, kedua pria di hadapannya ini sungguh membuat ia selalu bahagia, ia bagai menemukan satu sosok di dua tubuh yang berbeda.
" Bu, mana, kak?" tanya Melisa yang tak melihat siapapun di sekitar Ay.
"Disini, mah" sahut Bu tiba tiba.
"Kaget!!" ujar Ay dengan ekspresi terkejut
"Kamu bisa gak sih kalo jalan ada suaranya!" sentak Ay masih memegang dadanya.
"Kenapa?" tanya Bu bingung
"Kakak kaget! " ocehnya lagi.
Melisa yang tau anaknya mulai berdebat langsung mengalihkan pembicaraan mereka.
"Kakak gak ada yang bobo?, udah lewat jam nya loh ini" kata Melisa.
"Udah, tapi sebentar" jawab Bu.
"Kakak Ay gak bobo?"
"Kakak sibuk, mah" kekehnya sembari menutup mulutnya.
"Sibuk nangis!" cibir Bu
"Oppaaaaaaaaaa, Bu nakal!" jeritnya langsung berlari mencari keberadaan kakeknya.
"Kenapa dia?" tanya Reza yang masih usel usel di perut istrinya.
"Gak tau" sahut Melisa dengan senyum kecilnya.
"Kakak jangan marah ya" kata Melisa.
"Marah apa?" tanya Bu bingung.
"Itu kakak, bilang kamu nakal terus kalo nangis" ujarnya memberi pengertian.
Si tampan hanya tersenyum kemudian mengangguk.
"Gak apa-apa, mah. kakak kan emang aneh"
Melisa tergelak dengan jawaban si tengah, sangat jarang berbicara dengan nada candaan dengannya.
"Adek udah bangun belum?"
__ADS_1
"Udah, tapi bobo lagi, kakak jangan nakal ya di disana, besok mama sama papa baru pulang kalo adek udah bener bener sehat" pesan Melisa pada bumi yang di balas anggukan, Melisa tahu anak tengahnya itu selalu paham apapun yang ia katakan.
"Omma pulang gak?"
"Pulang sayang, sebentar lagi juga sampe" sahut Melisa.
"Liat adek, boleh?" pinta Bu.
"Boleh dong"
Melisa menarik telinga suaminya agar bangkit dan kembali duduk.
"Awas nih, kakak mau liat adek"
Reza yang hampir terlelap harus terkesiap kemudian menuju sofa yang lebih panjang, menjatuhkan tubuhnya kembali.
.
.
.
"Adek, kakak tunggu dirumah ya"
"Jangan lama lama bobonya"
"Kakak sama kak Ay disini nungguin kamu" ucap lirih Bumi saat layar ponsel menampilkan wajah adik perempuannya yang terlelap begitu tenang, mata yang tertutup rapat dengan bibir yang masih sedikit membiru.
.
.
"Kakak....."
πππππππππππ
Wiiih...
adek bangun tuh, mau cepet pulang ya
bisa bedain kan dari keduanya ini.
ayo kalian team manaπ
Teteh sih masih team bapaknya π€£π€£π€£
__ADS_1
__ADS_2