
__ADS_3
ðŧðŧðŧðŧ
Hujan langsung mendorong tubuh tinggi Air yang mengungkungnya di dinding saat teriakan seorang pria jelas terdengar.
"Si Mamang kayanya alamat potong gajih nih" ledek Air sambil berjalan mendekat kearah pintu
"Yah, si Den kakak pintunya gak ditutup jadi Mamang gak tau deh kalo lagu anu" kekeh si satpam merasa tak enak hati.
"Haha, enggak Mang. Kakak gak lagi ngapain ngapain kok, Makasih banyak ya" ucapnya sambil menerima dua piring ketoprak dari tangan Mang satpam.
"Iya, sama-sama, Den" balasnya sambil berpamitan.
Air kembali masuk sambil tersenyum jahil, ia meletakkan makanannya diatas meja yang di kelilingi tiga kursi plastik.
"Makan yuk, gue laper banget" ajaknya pada gadis yang masih berdiri menyender di tembok.
"Lo jangan gitu lagi, gue masih trauma sama kejadian kemarin.. Kalau kita di gerebek gimana, Ay" ucapnya lirih sembari menarik kursi disebelah Air.
"Siapa yang mau gerebek, ini kan punya gue" sahutnya dengan mengunyah makanannya.
"Gue kira Lo bohong punya kos-kosan"
Air terkekeh kecil dan terus melanjutkan makannya.
"Ini beneran kok punya gue, gue punya ini nyicil dari cuma lima pintu sampe akhirnya empat puluh lima pintu"
__ADS_1
"Gimana awalnya?, banyak ya duit Lo" kekeh Hujan, ia tak bisa membayangkan hidup pemuda di sebelahnya itu seperti apa.
"Awalnya sih gak sengaja karena kasian sama temen gue, dia di tangkep polisi gara-gara make obat terlarang. Orangtuanya gak ada duit buat nebus dia terus jual kos-kosannya Lima pintu ke gue" kata Air.
"Dari situ pada jualin kos-kosan nya ke gue, ya kalo ada duit ya gue beli terus gue renovasi jadi lebih baik biar pada nyaman dan betah" tambahnya lagi.
Hujan masih diam mendengarkan cerita Air, rasa penasaran tentang sosok pemuda itu membuat ia terus bertanya dan bertanya lagi.
"Pake uang Lo?" tanya Hujan yang di balas Anggukan.
"Iya, tiap bulan papa kasih uang jajan langsung transfer ke rekening kita, dan itu udah sejak Sekolah Dasar. Karna gue jarang jajan kecuali makan ya tuh duit utuh aja gitu sampe bertahun-tahun" ceritanya lagi. Kini makanan di piringnya sudah habis tak tersisa.
"Lo gak keluar maen atau kumpul sama temen-temen Lo?"
"Jarang kalo gak penting, rumah gue udah rame jadi gue gak butuh keluar rumah lagi, makan pagi dan malem selalu sama-sama, dan akhir pekan juga kita pergi sekeluarga atau kerumah oppa"
Dan jika Air hidup dengan bergelimangan harta lain hal nya juga dengan dirinya yang harus mengejar beasiswa demi bisa tetap melangsungkan hidup agar selalu cukup.
"Gue bangga sama Lo" ucapnya lirih penuh haru.
"Kenapa?" tanya Air heran.
"Lo masih muda tapi udah bisa hasilin uang sendiri, gak kaya yang Laen cuma bisanya foya-foya di luaran"
"Masing-masing orang punya caranya sendiri buat bahagia, dan bahagianya gue ya dengan cara begini bisa nolong orang lain, kasih kerjaan buat orang lain kasih ilmu buat anak anak jalanan juga kasih tempat tinggal buat lansia yang gak punya keluarga lagi"
__ADS_1
Hujan mengangguk paham, dalam hatinya ia tak hentinya bersyukur Karna bisa mengenal Air dalam hidupnya, seorang pemuda menyebalkan yang ternyata memilki hati bak malaikat.
"Nanti Lo yang urus semuanya ya, jangan galak galak kalo belum bisa bayar, kita gak tahu masalah yang orang lain hadapi yang penting bayar" pesan Air yang membuat Hujan bingung.
"Kok gue?,"
.
.
.
.
.
.
.
.
"Iyalah.. kan Lo calon nona muda nya RAHARDIAN"
ððððððððððððð
__ADS_1
Cih.. emang udah tegak berdiri kak, ngebet amat pengen kawin ðĪŠðĪŠðĪŠ
Lik Komennya yuk ramai kan âĨïļ
__ADS_2