
__ADS_3
Zalfa memasuki rumah yang dia tempati bersama Ismail. Ia tidak sedang ingin pulang ke rumah Arkhan. Sejak awal, ia tidak menganggap Arkhan sebagai suami sungguhan. Jika ia terbukti tidak hamil, maka ia akan secepatnya mengurus perpisahan dengan Arkhan. Sudah berkali-kali ia melakukan tes menggunakan alat tes kehamilan, hasilnya negative. Atau mungkin ia terlalu dini melakukan tes hingga hasilnya belum kelihatan. Ah, semoga saja hasilnya benar-benar negative.
Zalfa berjalan memasuki rumah dengan langkah tergesa-gesa. Ia ingin segera menjatuhkan tubuh ke atas ranjang. Memanjakan diri dengan pijatan empuk spring bed agar perasaannya yang galau agak redam. Setelah bertemu dengan Faisal dan menatap mata pria itu, perasaan Zalfa kini berubah. Ada bahagia, ada resah, namun juga bimbang.
Zalfa ingin segera memejamkan mata dan berharap wajah Faisal yang dia lihat tadi hanya sebuah mimpi di siang bolong yang akan lenyap saat ia kembali membuka kelopak mata. Tapi tidak, yang terjadi hari ini adalah nyata. Ia benar-benar melihat Faisal. Faisal yang suka iseng, nakal, dan bahkan pernah menculiknya hanya untuk mengungkapkan cintanya. Meski begitu, Faisal adalah lelaki baik yang berhasil membuat Zalfa memahami arti sebuah cinta.
“Zalfa!”
Panggilan barusan membuat Zalfa memutar kepala untuk menoleh ke sumber suara. Atifa dan Ismail yang tengah duduk di sofa ruang depan, langsung berdiri begitu melihat Zalfa datang.
“Zalfa!” ulang Atifa memuat Zalfa langsung berjalan mendekati kakak iparnya itu. “Kamu pulang kemari?”
“He’em.” Zalfa menunduk bimbang.
__ADS_1
“Kamu kenapa? Kok, keliatan galau banget gitu?”
Pandangan Zalfa silih berganti melihat dua manusia di hadapannya. “Aku ketemu Faisal tadi.”
“Alhamdulillah, Ya Allah. Akhirnya Faisal kembali dengan selamat. Gimana keadaannya? Dia baik-baik aja, kan?” tanya Ismail.
“Ya, Faisal baik-baik aja.”
Zalfa mengangguk.
Atifa malah bengong melihat sikap Zalfa yang sulit diartikan. Ada kegelisahan, kebimbangan, dan kebahagiaan yang tampil di sana.
“Zalfa, kamu ini seneng, sedih atau gimana?” tanya Atifa.
__ADS_1
Ekspresi wajah Zalfa langsung berubah. Antara ragu dan bimbang. Bagaimana ia bisa menjawab pertanyaan Atifa, ia sendiri bingung dengan perasaannya. Ditengah kebahagiaan yang membuncah setelah menatap wajah Faisal, namun juga terbesit kebimbangan di benaknya.
“Apakah dengan kembalinya Faisal artinya kamu ingin kembali padanya dan meninggalkan pernikahanmu dengan Arkhan, gitu?” selidik Atifa membuat Zalfa membeku dan tidak bisa menjawab.
Ismail menyenggol lengan Atifa dengan lengannya. Memberi kode agar tidak bertanya yang bukan-bukan dengan isyarat alis.
“Kenapa, Mas? Kenyataannya aku tahu Zalfa itu cinta banget sama Faisal. Sikap Zalfa jadi galau begini karena dia masih berharap pada cinta sejatinya sementara dia sudah menikah dengan lelaki yang belum sempurna dia cintai?” ucap Atifa tanpa segan. “Zalfa, kamu sekarang sudah memiliki suami. Dialah masa depanmu, lupakan masa lalumu.”
Ismail menatap wajah Zalfa yang gusar. “Zalfa, menikah itu berurusan dengan dua keluarga besar,” sela Ismail. “Jangan mengambil keputusan hanya untuk mengedepankan ego, apalagi hanya untuk kepuasan hati semata. Awalnya kamu menganggap pernikahanmu hanya akan kamu pertahankan dalam hitungan bulan, tapi aku berharap kamu akan menjadikan pernikahanmu sebagai pernikahan yang utuh.”
Zalfa menarik napas dipenuhi dengan rasa sesak. Kenapa ia harus mendengar pendapat Ismail? Zalfa tertunduk kemudian terduduk lemas di sofa yang siap menampung di belakangnya.
TBC
__ADS_1
__ADS_2