
__ADS_3
Zalfa mengalihkan pandangan ke lantai supaya ia tidak menatap mata Faisal yang berair. Ia ingat bagaimana mereka membangun cinta mereka yang sudah lama terjalin dan berangan-angan untuk membangun rumah tangga. Ia tahu seperti apa perasaan Faisal sekarang.
“Lupakan, Faisal. Lupakan semua itu. Semuanya hanyalah masa lalu. Aku udah menikah. Maafkan aku. Kejadian buruk antara aku dan Arkhan, pria yang kini menjadi suamiku adalah sebuah kecelakaan hingga membuat aku harus menjadi istrinya. Ini semua bukan keinginanku. Banyak hal yang kamu nggak akan mungkin bisa memahaminya.”
“Aku nggak butuh penjelasanmu tentang alasan pernikahanmu dengan Arkhan;. Aku hanya ingin kamu tahu kalau pernikahanmu nggak mengubah apapun dari dalam diri aku. Sejak dulu, Cuma kamu yang aku inginkan, Zalfa. Cuma kamu yang aku harapkan menjadi istri dan ibu dari anak-anakku kelak. Ada banyak harapan yang kupupuk dari dalam dirimu. Dan Cuma kamu yang aku cintai.”
“Enggak, Faisal. Simpan perasaanmu itu dan kubur dalam-dalam. Cinta kita nggak mungkin bisa bersatu lagi setelah sederet kejadian yang mengubah keadaan. Ada banyak dinding pembatas yang membuat kita nggak bisa kembali lagi seperti dulu.”
“Kenapa kamu menyerah semudah ini? Apa kamu lupa dengan harapan kita dulu? Apa kamu lupa dengan sejarah yang kita bangun untuk masa depan kita berdua?” Faisal terlihat berapi-api. Harapannya masih begitu besar di mata itu. “Begitu banyak yang udah kuperjuangin untuk dapat kembali ke Jakarta. Dan kalau bukan karena harapan yang tertinggal di sini, aku mungkin nggak akan secepat ini sembuh dari kecelakaan kapal itu yang sempet ngebuat kakiku nggak bisa gerak selama waktu yang cukup lama.”
Zalfa menahan napas. Dan melepasnya ketika sudah ada jeda untuk bernapas.
“Mungkin banyak hal-hal nggak penting yang terjadi. Tapi hanya satu hal paling penting yang perlu kamu tahu. Hanya satu yang perlu kamu tahu, sampai saat ini, perasaanku ke kamu nggak berubah. Dan kalimat ini akan terus kuulang.”
__ADS_1
Zalfa menunduk. Ya Tuhan, kata-kata itu.... terasa menyejukkan hati.
“Kamu dan aku salah jika masih harus membahas masa lalu di saat aku udah memiliki suami.” Kalimat itu begitu mudahnya meluncur keluar dari mulut Zalfa.
“Kamu sendiri yang bilang bahwa antara kamu dan Arkhan hanyalah sebuah kecelakaan, itu adalah kesalahan. Lalu kenapa kamu masih mau bertahan dengannya? Apakah kamu mencintainya? Apakah kehadiran Arkhan benar-benar telah mengubah segalanya dalam dirimu?” Faisal menghela napas panjang. Ia tidak yakin jika Zalfa begitu mudah melepaskannya.
Pertanyaan Faisal membuat jantung Zalfa berdetak kencang. Dia snediri tidak tahu perasaannya terhadap Arkhan itu sepertia apa. Apakah ada cinta, atau bahkan hanya sebatas rasa ingin dilindungi saja.
“Ini bukan perkara cinta, Faisal. Tapi peristiwa yang terjadi telah membuat benteng tebal diantara kita, meminta supaya kita menyudahi hubungan kita. Aku bukan lagi Zalfa yang dulu setelah Arkhan menyentuhku bahkan di luar nikah, Ibumu nggak merestui hubungan kita lagi, aku sekarang juga udah menjadi istri orang. Semua ini udah cukup menjadi alasan untuk kita mengubur kenangan.”
Zalfa terdiam mendengar kata-kata Faisal, betapa dalam dan sangat menyentuh. Zalfa sebenarnya sangat ingin mengiyakan kata-kata Faisal, tapi hatinya menolak saat lidahnya hendak mengiyakan hingga kata setuju itu hanya menggantung di ujung lidah. Seperti ada yang melarangnya untuk mengucapkan hal itu.
“Enggak, Faisal. Lupakan! Lupakan semuanya! Plis, aku mohon maafkan aku dan mulailah hidup barumu.” Zalfa masuk ke rumah dan menutup pintu. Satu-satunya jalan untuk dapat menghentikan pembicaraan dengan Faisal adalah menutup pintu.
__ADS_1
Zalfa menyandarkan punggung di balik pintu, air matanya deras mengalir. Sudahkah ia tepat dalam menentukan keputusan?
Zalfa menempelkan kupingnya ke pintu mencoba menangkap suara di luar. Namun sepi. Zalfa menuju ke jendela dan mengintip keluar. Ia melihat Faisal berjalan dengan langkah lunglai menuju ke mobilnya. Pria itu menoleh beberapa lama ke arah rumah sebelum masuk ke mobilnya.
Zalfa memejamkan mata sebentar. Sedih sekali melihat kondisi Faisal.
“Maafkan aku, Faisal,” lirih Zalfa.
Zalfa membalikkan badan saat mobil Faisal hilang dari pandangan.
TBC
DUKUNG CERITA INI DENGAN KLIK VOTE DI SETIAP CHAPTER DAN BERIKAN POIN
__ADS_1
MANA NIH VOTE NYA???
🥰🥰🥰🥰
__ADS_2