SALAH NIKAH

SALAH NIKAH
274.


__ADS_3

Usia kandungan Zalfa kini sudah tujuh bulan. Perutnya pun sudah membesar. Janin dalam kandungannya semakin aktif dan tendangannya mulai terasa. Akhir-akhir ini, saat tidur Zalfa selalu berbaring dengan posisi miring, sebab nafasnya terasa sesak jika harus tidur dalam posisi menelentang.


Zalfa terduduk lemas di kursi setelah melakukan aktifitas kesehariannya. Meski dia memiliki asisten rumah tangga, namun Zalfa tetap tidak meninggalkan kegiatannya memasak. Dia paling senang memasak makanan kesukaan Arkhan. Baginya, menyenangkan hati suami adalah sebagian dari ladang amalnya. Tapi dia tidak memasak sendirian, tentu saja dibantu oleh Emy.


Zalfa menoleh saat mendengar derap langkah sepatu memasuki kamar dan mendekat ke arahnya.


“Mas Arkhan!” Zalfa tersenyum melihat suaminya sudah pulang. “Kok, semalem ini kamu baru pulang kerja?”


Arkhan tidak langsung menjawab. Dia menatap Zalfa yang duduk di kursi dengan ekspresi seperti kelelahan, bahkan suara Zalfa juga tidak begitu bersemangat. Wajah wanitanya itu sedikit memucat, rambutnya tanpa hijab.


“Kau seperti kelelahan, apa saja yang kau kerjakan seharian ini?” Tanya Arkhan sambil memposisikan tubuhnya berdiri di hadapan Zalfa.


Zalfa tersenyum tipis. “Aku tadi masak makanan kesukaanmu, eh kamunya malah pulang jam segini. Pasti udah makan di luar ya?”

__ADS_1


“Kau tidak perlu melakukan hal itu. Ada Emy yang bisa memasak untukku.”


“Aku masak nggak sendirian, kok. Aku kan dibantuin EMy. Emy yang melakukan semuanya, mulai dari mengumpulkan bahan masakan, memotong-motong bahan, merajang bumbu, sampai mencuci bahan, dan aku hanya memasak di atas kuali saja.”


Arkhan jongkok. Dia memposisikan pandangannya supaya sejajar dengan Zalfa. “Kau tahu kalau aku tidak bisa menjagamu dua puluh empat jam karena aku bukan satpammu, jadi kau harus menjaga dirimu sendiri minimal dua belas jam, selebihnya aku yang akan menjagamu. Malam hari aku ada bersamamu dan tentu bisa menjagamu.”


Zalfa tersenyum lagi. Eh, Arkhan sekarang bisa mengatakan banyak hal untuk menunjukkan perhatiannya. Zalfa tahu, perhatian itu muncul murni dengan sendirinya tanpa rekayasa. Sebab Arkhan memang tidak pintar dalam hal yang berbau keromantisan. Zalfa senang sekali saat tanpa sadar tangan Arkhan sudah mendarat di atas punggung tangannya.


“Siapa bilang kamu itu satpamku? Kamu kan suamiku,” kata Zalfa.


“Dia bergerak!” ucap Arkhan.


“Ya, dia tahu kalau ayahnya sedang menyentuhnya.” Zalfa meraih tangan Arkhan dan membimbingnya untuk mengusap-usap bagian yang bergerak.

__ADS_1


“Apa yang kau rasakan saat di dalan tubuhmu dihuni oleh nyawa yang lain?” Tanya Arkhan dengan tatapan yang fokus ke arah perut Zalfa.


“Bermacam-macam rasa. Banyak sekali yang dirasakan oleh ibu hamil.”


Arkhan mengangkat kepala, menatap wajah Zalfa. “Beginilah perjuangan wanita yang merelakan tubuhnya dijadikan sebagai tempat untuk anak-anak suaminya bersemayam. Wanita juga harus merasakan berbagai macam hal yang tidak menyenangkan.” Arkhan bangkit, lalu duduk di kursi sisi Zalfa.


Zalfa menggeser duduknya karena sesungguhnya kursi hanya muat untuk satu orang saja. Terpaksa Zalfa menahan tubuhnya dengan menguatkan kakinya menapak supaya tidak jatuh karena posisi duduknya yang hanya separuh saja.


TBC


.


.

__ADS_1


.


__ADS_2