
__ADS_3
Waktu itu, Arumi melenggang menuju kamar hotel yang dia pesan. Dia sedang dalam perjalanan menuju Bandung untuk sebuah dinas pekerjaan sebagai tugas dari kantor tempat kerjanya. Dan saat ia berbelok memasuki kamar, tiba-tiba sesosok pria ikut menyembul masuk dan menutup pintu kamar.
Sontak saja Arumi ketakutan. Pria muda itu menodongkan senjata api untuk membungkam mulut Arumi supaya tidak beretriak. Sebab jika pria itu terlambat bergerak sedetik saja, maka Arumi pasti akan berteriak. Senjata api yang dia todongkan berhasil membungkam mulut Arumi.
Peluh yang membanjir di wajah Arumi, menunjukkan kalau gadis itu sungguh-sungguh ketakutan. Bagaimana tidak, ia baru pertama kalinya melihat senjata api bahkan ditodongkan di keningnya.
“Jangan takut! Aku hanya memintamu supaya tidak berteriak,” sebut pria itu dengan berbisik. Ia melangkah mau membuat Arumi melangkah mundur. Dan berhenti saat tumit Arumi membentur kaki ranjang. “Di luar ada polisi sedang merazia. Aku berpapasan di depan, dan sebentar lagi mungkin mereka akan kemari. Maaf, aku terpaksa menitip di sini.” Pria yang tak lain adalah Reza, melempar sebundel plastik ke tong sampah. “Jangan sentuh itu! dan sekarang, biarkan aku pergi!” Reza melangkah keluar melalui balkon dengan terburu-buru. Dengan gerakan seperti cicak yang merayap di dinding, dia pun merayap susah payah melewati jendela yang satu ke jendela kamar lain. Setelah itu entah apa yang terjadi dengan Reza.
Arumi tidak tahu apa isi sebundel plastik yang terjebak di dalam tong sampah. Namun sepertinya benda itu adalah sesuatu yang membahayakan jika diketahui polisi. Terbukti Reza menyulundup memasuki kamarnya untuk bersembunyi dan membuang sebundel plastik di sana.
Setelah itu Arumi tidak tahu apa yang terjadi, ia memilih untuk pergi meninggalkan hotel begitu saja dan melanjutkan perjalanan ke Bandung. Dia tidak mau terlibat masalah itu terlalu jauh. Dia tidak mau berurusan dengan masalah yang bukan masalahnya. Namun ia salah, karena kemarin adalah hari dimana ia dijemput polisi dan dimintai keterangan atas sebundel narkoba yang disimpan di dalam tong sampah.
Arumi ingat, Arkhan pernah mendatangi rumahnya untuk memperingatkan padanya satu hal, bahwa jika ada yang menanyai mengenai Reza, maka ia harus menjawab tidak tahu. Sebab Reza masuk ke kamarnya tanpa sepengetahuannya, dan bahkan Reza pergi dari kamarnya seperti sekelebat bayangan yang dia tidak ketahui asal masuknya. Arkhan mengaku kalau pria yang menyusup masuk ke kamar hotel Arumi adalah temannya. Arkhan juga menekankan pada Arumi supaya Arumi tidak buka mulut pada siapa pun jika ingin hidupnya aman. Dan Arumi menyimpulkan bahwa Arkhan adalah orang yang melindungi pria penyusup itu, tak lain Reza.
Sebenarnya Arumi ingin menjelaskan seluruh kejadian seperti yang sesungguhnya saat di kantor polisi, namun karena ia melihat kehadiran Arkhan yang muncul di kantor polisi dengan sorot mata seperti elang yang siap menerkam mangsanya, akhirnya lidahnya pun memberi keterangan seperti yang Arkhan minta. Kedatangan Arkhan yang seperti ancaman, membuat Arumi tidak ingin bermain-main dengan sorot mata Arkhan yang jelas penuh ancaman. Arumi sangat paham jika kedatangan Arkhan di sana hanyalah sebatas untuk mengawasinya meski disana Arkhan berpura-pura sedang memiliki urusan lain.
__ADS_1
Mendengar seluruh kisah yang diceritakan oleh Arumi, Zalfa menarik nafas. Namun senyumnya tidak pudar.
“Arumi, aku memang belum lama mengenal Arkhan, tapi aku tahu betul pria seperti apa yang kunikahi itu. dia memang kelihatan jahat, tapi hatinya tetap hati manusia, bukan iblis. Dia melakukan hal itu padamu hanya sebatas untuk melindungi temannya, namanya Reza.”
“Dan Arkhan terjun ke dalam bisnis narkoba?” bisik Arumi tak ingin suaranya didengar oleh orang lain.
“Inilah tugasku sebagai istrinya, aku ingin mengajaknya ke jalan yang benar, jalan yang diridhai Tuhan. Apakah aku salah jika aku mencintai suamiku?”
Mendengar kata-kata cinta, Arumi kini memahami situasi yang dialami Zalfa. Sosok wanita yang mencintai pria yang berada di jalan yang salah dan sedang berusaha untuk meluruskannya. Ya, Arumi memahami hal itu.
“Suatu saat aku pasti butuh bantuanmu. Dan kumohon untuk tetap menjaga rahasia ini untukku, demi wanita yang mencintai Arkhan dan sedang berjuang untuk membuat Arkhan menjadi seperti yang kuharapkan.”
“Iya, aku bersedia membantu.”
“Makasih.”
__ADS_1
Arumi akhirnya bisa tersenyum.
Mereka bertukar nomer ponsel.
***
TBC
.
.
.
.
__ADS_1
.
__ADS_2