SALAH NIKAH

SALAH NIKAH
92.


__ADS_3

Di sisi lain, Arkhan tengah mengadakan pertemuan dengan dua orang teman kerjanya di sebuah kamar hotel, keduanya merupakan warga negara asing. Terbukti dari bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Inggris, kulit putih, jelas bule. Reza berdiri di belakang Arkhan. Raut wajah keempat manusia itu tampak tegang memperhatikan layar laptop yang menunjukkan sebuah pergerakan pemindahan dana besar-besaran.


Ini sudah ke sekian kalinya mereka melakukan pembobolan bank melalui platform SWIFT. Kelemahan platform tersebut membuat mereka dengan mudah melakukan aksi itu karena ilmu yang mereka miliki cukup menandingi keamanan yang diciptakan.


Hanya Arkhan yang duduk di kursi, sementara tiga lainnya berdiri di belakang kursi yang diduduki Arkhan, menunggu keberhasilan aksi merka.


“Yess!” seru Arkhan ketika aksi pembobolan berhasil. Ya, tak tanggung-tanggung, uang yang berhasil dicuri melalui Bank Central sekitar tiga triliun dengan menggunakan malware yang memungkinkan mereka membajak software SWIFT bank tersebut untuk mentransfer uang serta menyembunyikan jejak.


Mereka kemudian berembuk, merundingkan uang yang telah berhasil mereka ambil untuk bagi-bagi hasil. Sementara pria bernama Erick mengaku akan kembali ke Bangladesh. Dan Ben, pria asal Jerman itu akan ke Bali untuk berlibur. Setidaknya mereka akan berpencar untuk mencari keamanan masing-masing supaya tidak mudah untuk dilacak.


Semuanya berjabatan tangan. Reza melipat laptop dan memasukkannya ke dalam tas. Ia mnjinjing tas tersebut dan membawanya mengikuti Arkhan keluar hotel.


Reza menyetir mobil sementara Arkhan duduk di jok belakang sembari sibuk memainkan ponsel yang selalu ia gunakan khusus sebagai perangkat untuk menopang keberhasilannya dalam melakukan aksi peretasan.


“Ada sasaran baru, Bang?” tanya Reza sembari melirik spion, melihat Arkhan yang sibuk pada ponselnya.

__ADS_1


“Kamu akan tahu nanti.” Arkhan tersenyum senang.


Mobil melaju membelah kesunyian malam. Kemudian berhenti di depan rumah milik Arkhan. Arkhan menyerahkan ponselnya kepada Reza dan Reza memasukkannya ke dalam tas laptop.


“Simpan baik-baik barang-barang itu,” tegas Arkhan. Semua barang yang berbau dengan peretasan dan memungkinnya menjadi barang bukti disimpan bik-baik oleh Reza di rumah milik Arkhan yang lain.


“Baik, Bang.”


“Jangan kemana-mana sebelum barang-barangku tersimpan dengan baik.”


“Siap, Bang. Tapi setelah itu aku mau ke bar, Bang.”


“Biasalah. Dunia laki-laki.”


Arkhan menaikkan alis tak perduli kemudian melenggang memasuki rumahnya. Ia langsung memasuki kamar. langkahnya terhenti saat melihat Zalfa sedang duduk di atas sajadah menunaikan shalat isya. Arkhan terdiam sesaat memperhatikan Zalfa yang seluruh tubuhnya tertutup mukena putih, bibir gadis itu membisikkan kalimat indah, kemudian gadis itu menoleh ke kiri dan ke kanan untuk salam.

__ADS_1


Arkhan masuk ke kamar mandi sesaat setelah menyambar handuk. Tak lama kemudian ia keluar dengan handuk melilit pinggang. Ia melakukan kegiatannya menukar pakaian selama Zalfa melepas mukena dan melipatnya. Zalfa menundukkan pandangan, sedikitpun tidak menoleh ke arah Arkhan yang sedang mengenakan pakaian.


Arkhan melempar tubuhnya ke kasur. Meletakkan satu lengannya ke atas kening dan matanya terpejam.


“Mau berapa lama kamu duduk diam di situ?” tanya Arkhan saat membuka mata dan melirik Zalfa masih di posisinya dan tidak bergerak dari atas sajadah. Kemudian ia kembali memejamkan mata.


Zalfa menoleh ke arah Arkhan. Ia kemudian bangkit berdiri dan menyusun peralatan shalatnya ke lemari.


Arkhan membuka mata saat tidak merasakan hentakan kasur di sisinya, gadis itu masih berdiri.


“Kemarilah!” Arkhan menepuk kasur di sebelahnya. Satu tangannya menopang kepala dengan siku menjadi alas.


TBC


Gimana gaes, suka gak sama ceritanya?

__ADS_1


Udah jan pada ngebahas lapak sebelah, baca aja ini dan nikmati


Jangan lupa vote


__ADS_2