SALAH NIKAH

SALAH NIKAH
126.


__ADS_3

Arkhan mengangguk, ekspresi wajahnya menunjukkan kalau kepercayaannya kembali utuh setelah penjelasan Reza. Manik matanya bergerak melirik Reza. Arkhan kemudian merogoh ponsel di saku celananya, lalu menempelkan ke telinga. “Astaga, aku lupa belum mengisi pulsa. Sini ponselmu!” Arkhan menjulurkan tangannya ke arah Reza.


“Ini, Bang.” Reza bergegas menyerahkan ponselnya.


Arkhan terlihat sedang mengetik seperti tengah menyalin nomer ponsel dari ponsel miliknya ke ponsel Reza. Cukup lama ia mengotak-atik ponsel milik Reza hingga Reza terlihat resah karena terlalu lama menunggu. Reza seperti ingin melaukan aktifitas.


“Masih lama lagi ya, Bang?” tanya Reza sambil garuk-garuk kepala terlihat tak sabar.


“Kau tunggu saja!” jawab Arkhan masih terus fokus ke dua ponsel di tangannya.


“Iya, Bang. Aku tungguin, kok,” jawab Reza meski ekspresi wajahnya tampak gusar. Ia seperti sedang ada janji dengan wanitanya dan takut membuat wanitanya terlalu lama menunggu hingga berujung dengan omelan dari mulut si wanita.


Setelah agak lama dan Arkhan masih terlihat sibuk dengan dua ponsel, tak kunjung menelepon, Reza pun kembali berseru, “Bisakah nggak lama-lama, Bang. Aku masih ada janji soalnya. Bisa-bisa batal kalau kelamaan. Abang mau menelepon apa ngecek kondisi ponselku ya, Bang?”

__ADS_1


Arkhan menghentikan pekerjaannya dan mengangkat wajah, menatap Reza dengan tajam.


Melihat tatapan tajam itu, Reza mengerti maksud Arkhan meski pria itu tida mengatakan sepatah kata pun.


“Iya, Bang. Aku tungguin, kok. Aku sabar,” ujar Reza meringis. Sesekali melongok pada ponselnya yang masih dipegang Arkhan.


Arkhan kembali fokus dengan dua ponsel di tangannya. Tak lama ia menelepon seseorang, entah apa yang dia bicarakan. Setelah selesai berbicara, Arkhan mengembalikan ponsel Reza.


“Pergilah belikan aku pulsa.” Arkhan memberikan uang kepada Reza dan diangguki oleh Reza. Arkhan menoleh saat melihat Zalfa menuruni eskalator, wanita itu berjalan ke arahnya.


“Apa kamu masih lama?” tanya Zalfa yang kini sudah berdiri di sisi Arkhan. “Kalau masih lama, biar aku tunggu di mobil aja.”


“Aku udah selesai.”

__ADS_1


“Kamu yakin? Aku nggak masalah kok meski harus menunggu,” ujar Zalfa.


“Kurasa nggak ada lagi yang perlu dibeli. Kita pulang,” jawab Arkhan.


“Baiklah. Ayo!” Zalfa mengangguk dan melangkah menuju ke pintu keluar.


Reza mengamati Arkhan yang berjalan mengiringi langkah Zalfa. “Selamat berbulan madu, Bang!” serunya sambil tersenyum skeptis. Keharmonisan Arkhan dan Zalfa menjadi pemandangan menarik di mata Reza.


Arkhan hanya menoleh sekilas tanpa merespon.


Sepanjang perjalanan pulang, tidak banyak perbincangan antara Arkhan dan Zalfa. Sesekali Zalfa melirik Arkhan yang duduk diam di sisinya. Pria itu seperti sedang memikirkan sesuatu, dan Zalfa tidak ingin mengusik pemikiran Arkhan. Ah, entah kenapa kini Zalfa merasa sangat tenang berada di dekat Arkhan. Dan ia ingin selalu berada di sisi pria itu. Arkhan seperti malaikat penjaganya, seperti pelindung baginya, perasaan itu muncul dengan sendirinya. Bahkan ia perasaannya juga berbunga-bunga, jantungnya berdebar-debar meski hanya dalam keadaan duduk berdua tanpa melakukan apa pun. Sosok Arkhan terlihat spesial di matanya.


Dalam hati, Zalfa berharap ia akan mampu mengajak Arkhan bersama-sama menuju ke jannah-Nya. Arkhan adalah suaminya sekarang, pria itu memiliki charisma tersendiri yang membuat hati Zalfa berbalik menyayanginya dalam seketika waktu. Mungkin, Tuhanlah yang berkuasa dalam membolak-balikkan hatinya.

__ADS_1


TBC


__ADS_2