
__ADS_3
Hampir seharian, Zalfa menghabiskan waktu dengan berkutat di dapur setelah menukar kebaya yang ia kenakan dengan pakaian yang diantar oleh Reza. Ia menukar pakaian di kamar mandi umum yang ada di lantai bawah.
Zalfa memanfaatkan stok yang tersedia di kulkas dengan memasaknya sendirian, sebab rumah itu sepi, tidak ada asisten rumah tangga, tidak ada siapapun di rumah besar itu. hanya ada dia dan Arkhan. Itu pun jika Arkhan masih ada di kamarnya. Zalfa tidak tahu soal itu.
Zalfa sengaja berlama-lama di dapur untuk menghabiskan waktu. Kini, meja makan dipenuhi dengan berbagai macam menu masakan. Entah siapa yang akan menyantapnya nanti. Zalfa meletakkan semangkuk sup ke atas meja, ini adalah menu terakhir yang ia masak.
Pandangan Zalfa kini tertuju ke arah pintu, pada sesosok manusia yang baru saja melintasi pintu tersebut.
“Loh, kok ada Mbak cantik di sini? mbak ini siapa, ya?” tanya sosok perempuan berpakaian apa adanya, kaos oblong dipadu rok gombrang selutut. Ia tersenyum sangat ramah dan mendekati Zalfa. Logat Jawanya kental sekali.
“Aku Zalfa.” Zalfa tak kalah ramah dengan mengulas senyum lebar.
“Kok, masak di sini?”
__ADS_1
“Mm.... Aku... Aku istrinya Arkhan.” Zalfa agak canggung saat mengucapkannya.
“Istri? Kok, saya baru tahu. Kapan nikahnya, Mbak?”
Zalfa jadi salah tingkah mendengar pertanyaan itu. Arkhan menikahinya tanpa sepengetahuan siapa pun. Jadi siapa yang mengenalnya? Tidak ada. Benar apa kata Arkhan, dia memang tidak perduli dengan pernikahannya. Dan entah apa yang menyebabkan Arkhan bersedia menikahi Zalfa sedangkan dirinya sendiri tidak menyukai pernikahannya itu.
“Mbak,” panggil wanita di hadapan Zalfa membuat lamunan Zalfa buyar entah kemana.
“Memangnya kapan Mbak nikah sama Mas Arkhan?” Wanita itu mengulang pertanyaannya.
“Tadi pagi.”
“Ooh... Selamat datang di keluarga Mas Arkhan. Kenalin, saya Mbak Yen. Saya yang bersih-bersih di rumah ini. Ya nyapu, ngepel, dan bersih-brsih deh. Kalau soal nyuci baju mah mereka loundry. Saya datang dua kali ke rumah ini, pagi dan sore, Non. Jadi jangan kaget kalau saya sering muncul di rumah ini. kalau pekerjaan saya sudah beres, saya pun pulang. Eh Non nggak usah repot-repot masak, soalnya penghuni rumah ini jarang makan. Stok barang di kulkas hanya digunakan pas mereka lagi pengen masak saja. Biasanya mereka makan di luar, jajan, delivery atau apalah gitu, Non. Jarang makan di rumah, serius! Mereka tuh jarang menginjak ruang makan, apa lagi dapur.”
__ADS_1
Zalfa mengangguk mendengar penjelasan Mbak Yen yang panjang lebar. “Aku Cuma lagi bosen nggak ngapa-ngapain di rumah ini. jadi ya masak aja. Kalau Mbak Yen mau makan masakanku, makan aja ya!”
“Iya, iya. Aromanya sedep banget, Non.”
Zalfa tersenyum.
“Ya sudah, saya beres-beres dulu.” Mbak Yen beranjak meninggalkan Zalfa.
Zalfa meraih ponsel dan melihat jam di layarnya sudah menunjuk angka enam. Ia memasuki kamar kecil lantai bawah untuk mandi. Setelah itu ia naik ke lantai atas membawa tas berisi pakaiannya menuju kamar yang menurut keterangan Arkhan adalah milik pria itu. Pandangan Zalfa mengedar menatap ruangan luas yang sangat nyaman, rapi, bersih dan terkesan mewah.
Sepi. Tidak ada Arkhan di kamar itu. Meski Arkhan memberi kebebasan padanya untuk memilih tidur di kamar mana pun yang menjadi pilihannya, namun Zalfa tetap menjatuhkan pilihan pada kamar Arkhan. Di sanalah suaminya melepas penat.
TBC
__ADS_1
__ADS_2