SALAH NIKAH

SALAH NIKAH
140.


__ADS_3

Sontak Arkhan kembali terdiam, sorot tajam matanya berubah teduh. “Kamu di rumah saja. Atau mungkin ke kafe untuk melakukan tugasmu di sana. Aku tidak bisa membawamu.”


“Tapi kenapa? Aku ini istrimu, apa yang membuatmu keberatan membawaku kemanapun kamu pergi? Oya, bukankah kamu akan membawaku ke tempat kerjamu, kamu ingat itu?”


“Tapi…” Arkhan ingin mengatakan kalau dia sedang tidak akan pergi ke kantor tempatnya menanam saham, karena saat itu dia sedang ingin melakukan aksi dalam peretasan Bank. Tapi bagaimana mungkin ia bisa melancarkan aksinya jika Zalfa terus mengikutinya. Zalfa akan menjadi penghalang besar dalam pekerjaannya.


“Tapia pa?”


“Ah ya sudahlah, kamu mau masak apa? Akan kutungguin.” Arkhan seperti pasrah tak berdaya. Ia melirik ekspresi wajah Zalfa yang langsung berubah sumringah.


“Baiklah, ayo kita ke dapur. Aku akan memasak sesuatu yang spesial untukmu.” Zalfa berjalan menuju dapur.


Arkhan mengusap wajah kasar. Ia merasa menjadi manusia lemah yang bodoh saat ini, yang begitu mudahnya menuruti perkataan wanita. Jika saja ia bisa mengelak, tentu ia akan meninggalkan Zalfa. Ia sendiri muak pada dirinya yang begitu lemah terhadap Zalfa. Kenapa ia tidak membantah Zalfa saja? Kenapa ia tidak menolak seluruh perkataan Zalfa dan meninggalkan wanita itu begitu saja? Kenapa ia malah menuruti Zalfa dan merasa enggan meninggalkan wanita itu? Arkhan kini semakin sadar, bahwa Zalfa memancarkan kekuatan tersendiri, yang mampu membuat Arkhan lemah tak berdaya.


Arkhan menelepon beberapa rekan kerjanya dan membicarakan pembatalan planning dengan berbahasa Inggris. Volume suara sebisa mungkin diperkecil agar Zalfa tidak mendengarnya. Kemudian ia menuju dapur setelah menutup pembicaraan via telepon. Ia berdiri di sisi meja dapur dengan menyandarkan pinggang di meja kompor dan kedua tangan menyilang di dada, ia memperhatikan gerakan tangan mungil Zalfa yang sedang sibuk memotong-motong bahan masakan. Wanita itu begitu lihai mengerjakan pekerjaan itu.

__ADS_1


“Kamu tahu kenapa aku nggak pergi ke kafe sekarang?” Tanya Zalfa dengan pandangan menuju ke bahan-bahan yang sedang dia olah.


“Kenapa?” Arkhan mengikuti saja kesenangan Zalfa, meski sesungguhnya ia sama sekali tidak suka dengan dapur. Bahkan baru kali inilah ia mneginjak dapur di rumah besar itu selama kurang lebih setahun terakhir. Dia ingat, terakhir kali ia menginjak dapur saat mencari pembantunya untuk membuatkannya mie goreng.


“Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu. Jadi kalau kamu pergi, aku juga ingin ikut denganmu.” Zalfa menoleh sekilas ke arah Arkhan.


Arkhan menyilangkan tangan di dada tanpa menanggapi ucapan Zalfa.


“Kamu tahu aku mau masak apa sekarang?” Tanya Zalfa dengan ekspresi girang.


“Apa?” Arkhan balik Tanya.


Arkhan hanya mengangkat alis saja.


“Kamu makan daging kan?” Tanya Zalfa sambil memotong sosis.

__ADS_1


Tidak ada jawaban.


Zalfa hampir saja menoleh untuk mencari keberadaan Arkhan, namun baru sepersekian derajat kepalanya menoleh, ia sudah merasakan pelukan hangat dari arah belakang.


“Arkhan!” Zalfa menunduk dengan muka merona merah. “Jangan peluk aku di sini.”


“Kamu ingin menghabiskan waktu bersamaku bukan? Aku akan menungguimu memasak. Jangan salahkan aku jika aku mengganggumu,” bisik Arkhan di telinga Zalfa.


Lingkaran erat kedua lengan Arkhan di perut Zalfa membuat wanita itu sulit bergerak. “Tapi aku jadi susah mau gerak, nih.”


“Ehm…”


Suara batuk keras yang sengaja dikeluarkan membuat Arkhan langsung melepas pelukan. Zalfa dan Arkhan serentak menoleh ke sumber suara.


BERSAMBUNG

__ADS_1


YUK BANTU KASIH POIN, supaya SALAH NIKAH tetap berada di rank 10 besar


😘😘😘😘


__ADS_2