SALAH NIKAH

SALAH NIKAH
86.


__ADS_3

“Faisal, Bapak tahu kamu terluka dengan kabar ini. Tapi tolong jangan sakiti dua hati yang lain hanya untuk memenuhi keinginanmu. Zalfa dan Arkhan sudah hampir menikah, biarkan mereka lanjut sampai ke pernikahan. Bapak yakin, kamu pasti akan menemukan jodoh yang baik selain Zalfa.”


Faisal masih diam. Sesaat hening. Bertukar pandang satu sama lain.


“Faisal, kehadiranmu dalam hubungan Zalfa dan Arkhan tentu akan membuat masalah baru. Ikhlaskan Zalfa. Jangan menjadi orang ketiga diantara mereka. Sungguh, Bapak pun sangat ingin kamu menikah dengan Zalfa. Tapi mau bagaimana lagi, Zalfa sudah akan menikah. Memangnya apa yang akan kamu lakukan ketika menemui Zalfa?”


“Pak, apapun alasannya, Ibu tidak setuju Faisal menemui wanita rendahan yang sudi menyerahkan tubuhnya pada laki-laki lain,” sela Bu Fatima. “Masih banyak wanita singel di dunia ini yang jauh lebih bermoral dibanding Zalfa.”


“Aku melarang Faisal berhubungan lagi dengan Zalfa bukan karena menganggap Zalfa seperti yang kamu tuduhkan, melainkan karena aku tidak mau Faisal merusak hubungan Zalfa dan Arkhan. Itu adalah sebuah kesalahan. Jika Tuhan berkehendak untuk menjadikan Faisal sebagai jodoh Zalfa, pasti Tuhan akan menyatukan mereka dengan cara-Nya. Ini soal moral. Jika Faisal menjadi penyebab gagalnya pernikahan Zalfa dan Arkhan, dimana moralnya? Dimana nuraninya? Ikhlas adalah jalan terbaik. Justru dari keikhlasan itulah Allah akan menolong dan membukakan jalan terbaik untuk Faisal.”


“Intinya, Faisal harus tahu, bahwa calon istrinya sudah ditiduri laki-laki lain.”

__ADS_1


“Jangan lagi ungkit masalah itu, Bu.”


Perdebatan antara Bu Fatima dan Pak Ibrahim terhenti ketika mereka menoleh dan Faisal sudah tidak ada diantara mereka.


***


Arkhan telah duduk di hadapan penghulu mengenakan jas hitam, peci, serta dasi warna senada, di atas lantai putih masjid dekat rumah Zalfa.


Seluruh hadirin yang mengelilingi Arkhan mulai tampak gelisah saat sudah satu jam berlalu sejak waktu yang ditentukan namun Zalfa belum juga muncul.


Batin Arkhan mulai tak nyaman, giginya menggemeletuk geram. Dahinya mengernyit menerima tatapan para hadirin yang tampak menilai iba pada dirinya. Bagaimana tidak, akad nikahnya seperti terkendala dengan ketidak hadiran calon istri, membuat dirinya terlihat menyedihkan. Arkhan sungguh merasa kesal dengan situasi yang ia alami.

__ADS_1


Zalfa kemana kau?


“Bagaimana Mas Arkhan, apakah masih bisa ditunggu? Masalahnya, saya masih ada acara lain yang juga harus segera diselesaikan setelah ini,” ujar penghulu mulai gelisah sambil sesekali melirik jam besar di tangannya. Bukan hanya jam tangan saja yang besar, cincin bermata batu di jarinya juga besar sekali.


“Aku minta waktu sebentar lagi. Sepuluh menit. Jika calon istriku tidak juga hadir, Anda boleh pergi,” ucap Arkhan menahan kekesalan dalam dirinya.


Penghulu mengangguk.


Kasak-kusuk para hadirin mulai terdengar dan semakin membuat Arkhan muak. Arkhan ingin mengobrak-abrik meja di hadapannya untuk meluapkan emosi. Namun mengingat hari itu adalah hari sakral baginya, yang akan membuatnya terbebas dari ancaman seseorang yang mengetahui detail hidupnya, dia terpaksa menahan emosi yang berkecamuk di dadanya. Sudah sangat panas rasanya isi dadanya itu. Menikahi Zalfa adalah satu-satunya alasan baginya supaya terlepas dari ancaman. Itu saja. Tapi sekarang wanita itu seperti sedang bermain-main dengannya.


TBC

__ADS_1


__ADS_2