SALAH NIKAH

SALAH NIKAH
96.


__ADS_3

“Arkhan!” panggil Zalfa sembari menjajari langkah Arkhan di anak tangga.


“Hm.” Arkhan berjalan dengan tatapan lurus ke depan.


“Aku akan menyimpan kartu pemberianmu.”


“Good.”


Keduanya menuruni anak tangga bersisian. Kini, mereka berjalan tanpa pembicaraan hingga sampai ke lantai bawah.


Kedatangan Elia dan Maria yang baru saja menyembul masuk ke rumah membuat langkah Zalfa dan Arkhan terhenti saat berpapasan. Elia tampak menarik koper, membawa barang-barangnya. Ibu dan anak itu juga berhenti, menatap Zalfa.


“Kamu istri Arkhan?” tanya Maria.


“Ya.” Zalfa merasa sedikit gugup bertemu mertuanya. Apakah Maria merestui pernikahannya dengan Arkhan? Ugh, bagi Zalfa, ridha orang tua adalah hal terpenting dalam hidupnya.


“Selamat pagi, Mama,” sapa Zalfa sambil menganggukkan kepala.

__ADS_1


“Pagi,” singkat Bu Maria. Tidak ada senyum mengitari wajahnya. Ia terlihat cuek.


“Dia Zalfa Khairunnisa,” ucap Arkhan.


Ibu Maria tidak mengomentari. Hanya sekilas melirik Zalfa dan pandangannya langsung mengarah ke meja kemudian duduk di sofa, tanpa ekspresi. Sesaat hening. Suasana terkesan kaku.


“Aku sama sekali tidak melarang anakku menjalin hubungan dengan siapapun. Yang penting dia bahagia. Siapapun pilihan anakku, dia juga menjadi pilihanku. Kuanggap itu yang terbaik untuk hidup anakku. Seperti halnya dalam hal yang bersifat sangat privasi dan keyakinan sekalipun, aku berikan kebebasan padanya memilih mana yang terbaik menurut pilihannya,” jelas Bu Maria kemudian pandangannya beralih ke arah Arkhan. “Bawalah istrimu makan di luar kalau dia lapar. Bawalah dia bulan madu atau jalan-jalan, jangan sampai dia merasa bosan. Lanjutkanlah hari kalian.” Maria melenggang pergi setelah mengucapkan kalimat itu. Hilang di balik pintu.


Zalfa melirik Arkhan di sisinya. Yang dilirik balas melirik.


“Itulah Mama. Cuek dan selalu memberi kebebasan seluas-luasnya untuk hal baik pada anak-anaknya. Dia Mama yang baik dan penuh dengan kejutan. Juga cerdas,” ucap Arkhan. Pandangan Arkhan kemudian tertuju ke arah Elia yang masih berdiri di hadapannya seperti patung. “Apa yang kau tunggu di sini?”


“Jika ada waktu, Zalfa akan menjadi guru lukismu. Dia yang telah memberikan hadiah lukisan tempo hari untukmu,” ucap Arkhan.


Elia sempat membelalak kaget mendengar penjelasan bahwa lukisan itu adalah karya wanita yang tidak dia sukai, ya wanita yang telah membuat satu-satunya kakak laki-lakinya pindah agama hanya demi menikahi wanita itu. Namun kemudian ekspresinya kembali sinis.


“Kamu suka lukisanku?” Tanya Zalfa.

__ADS_1


“Ya,” ketus Elia kemudian melenggang melintasi Zalfa dengan wajah merengut. Sekarang, waktu Arkhan akan terbagi, tidak lagi untuk Elia seorang karena sekarang kakaknya itu sudah memiliki istri yang tentu juga akan menyita perhatian.


Zalfa kembali melirik Arkhan. “Sepertinya adikmu nggak menyukaiku.”


“Elia memang bar-bar. Kalau ada sikap atau pun perbuatannya yang mengganggumu, katakan saja kepadaku. Aku akan mengatasinya,” jawab Arkhan. “Kalau kamu mau pergi, pakai saja mobilku. Ini mobil yang baru saja kubeli.” Arkhan meletakkan kunci mobil ke tangan Zalfa kemudian melenggang pergi.


Zalfa menatap punggung Arkhan hingga menghilang dari pandangan. Setelah tadi kartu ATM dan kartu kredit, sekarang kunci mobil.


***


TBC


Masih ada tulisan TBC, jadi cerita ini masih lanjut. Okeee?


Jangan lupa bantu vote!


Mana poinnya nih? Bagi yang suka sama ceritanya boleh sumbangin poin buat cerita ini biar naik ranking.

__ADS_1


Ingat, sewaktu-waktu aku bakal umumin juara bagi pemberi vote di ranking pertama, yang akan diberi hadiah novel karyaku yang berjudul ‘Cahaya Cinta Dari Surga’.


__ADS_2