
__ADS_3
Bab 611
Bai An berjalan melewati pintu gapura kuil tersebut, dia mencari sungai yang lebih deras agar bisa membuang kotorannya.
Walaupun kuil yang sekarang direnovasi olehnya dalam keadaan dataran tinggi, tapi untuk mencari sungai yang besar sangatlah sulit paling ada hanya beberapa tetes air yang merembes dari bebatuan itu pun hanya bisa digunakan untuk air minum saja.
Tapi, Long Fai tidak memperdulikannya, setetes air jika dikuburkan akan menjadi banyak. Apalagi di atas batu tersebut sudah ditanam bonsai emas ajaib yang sengaja mengambil dari dunia artefaknya.
Luas kuil yang sedang ditempati sekitar dua hektaran, itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil. Semenjak kuil ditempati Long Fai, sepertinya pulau terapung itu sedikit lebih hidup, banyak burung, kupu-kupu yang hinggap di pepohonan.
Kemudian Bai An yang sudah keluar dari gapura kuil, akhirnya melesat sangat jauh. Dia hanya melompat seketika sudah sampai pulau yang lebih besar seperti tiga desa dijadikan satu.
“Hmmm tempatnya sedikit teduh, dan dua batu itu cukup untuk menopang aku ketika berjongkok. Tempat ini sungguh tempat yang nyaman, sudah aku putuskan tempat ini akan aku jadikan sebagai spot yang cocok ketika buang air besar, hehehe!" Mata Bai An berbinar-binar, langsung berjongkok melepaskan pakaian bawah dan.
Srook!
"Wahh sungguh lega, bahkan entah kenapa ketika aku sedang buang air besar, otaku seperti mendapatkan pencerahan dan menjadi pintar. Hanya saja setelah setelah selesai pencerahan itu seketika hilang?" gumamnya sambil menggaruk kepala.
Ketika Bai An sedang enak mengeluarkan emas dalam tubuh, terdengar suara kaki. Sepertinya langkah kaki itu lebih dari satu.
Bai An mengerutkan keningnya dia langsung diam tidak bersuara. Sambil menunggu sekawan kelompoknya pergi melewati daerah ini.
Tetapi, Bai An kaget, karena dia mendekati langkah kaki itu memasuki sungai yang sedang dirinya berjongkok.
”Apa yang mereka lakukan? Apakah mereka akan mandi di sungai ini? Sial tidak baik!” Bai An buru-buru menyeka sela pantatnya menggunakan air dan mencoba berdiri. Tepat ketika sudah berdiri hendak memakai celana, tiga wanita melihat dan alhasil saling memandang.
Bai An buru-buru menjelaskan, karena dia tahu dirinya tidak bermaksud intuk mengingintip mereka.
“Nona terkasih, saya bisa menjelaskan. Sebelum kalian semua datang ke sini, saya sudah terlebih dahulu datang di sungai ini. Jadi para Nona sekalian jangan salah paham jika mengatakan aku adalah pemuda mesum.” Bai An tergesa-gesa.
“Tutup mulut mu! Jika kamu tidak mesum, apa maksudnya kamu memperlihatkan benda itu kepada kami semua!" Satu wanita bernama Sanguan Lin, melihat Joni agung yang besar tertidur lemas.
__ADS_1
“Ini ....” Bai An kaget, dia buru-buru memakai celana agar Joni agung itu kembali ke tempat sembunyi.
“Maaf saya terlalu gugup, jika kalian memiliki jiwa yang rendah hati, ijinkan saya berpamitan dari sini.” Bai An canggung dan membalikkan badannya untuk meninggalkan ketiga wanita itu. Karena semakin Bai An berseteru dengan mereka maka akan sangat rumit.
”Tunggu!" Satu wanita lagi yang memiliki rambut biru dan bernama Lin Aoi, berteriak.
Otomatis Bai An berhenti dan membalikan badan, ”Nona ada apa perlu lagi? Saya sudah menjelaskan kepada kalian?”
Lin Aoi menatap Bai An tidak suka dan tidak tahu siapa Bai An itu. “Kamu sudah mengotori mata kami bertiga, apakah ada alasan lagi untuk mendidik mu?”
Otomatis Bai An bingung, ”Nona jangan bercanda. Saya tidak menyuruh nona sekalian untuk melihat Joni agung ku jangan salahkan saya, tapi salahkan mata nona bertiga yang jelalatan?”
Bai An bingung dan pergi dengan berjalan, bahkan ketika Lin Aoi meneriakkan untuk selalu berhentilah, Bai An masih tetap berjalan tanpa menggubris.
Jadinya mereka bertiga cemberut, sepertinya keberadaan mereka tidak dianggap oleh Bai An. Bahkan pemuda lain akan curi-curi pandang, hanya saja Bai An berbeda.
Bai An melakukan hal itu karena dunia Tongtian wanita semuanya sangat cantik akibat hukum jasa dari Long Fai. Akibatnya, Bai An kesusahan mencari wanita cantik untuk dijadikan pendamping hidup.
Kata Long Fai, wanita cantik kebanyakan sombong dan memiliki harta diri yang tinggi. Jika kamu menemukan wanita itu, lebih baik abaikan seolah wanita itu tidak ada.
Karena kebencian wanita adalah ketika kecantikan atau pesona yang dilakukan tiadak berfungsi oleh lawan jenis. Sudah merias wajah, tapi ada lawan jenis yang tidak terpesona. Itu membuat wanita akan merasakan tidak nyaman.
Karena Bai An menerapkan seperti itu, dia selalu berjalan dan menghiraukan mereka bertiga.
Alhasil mereka bertiga melompat dan menghadang Bai An.
Wushh!
”Kami bilang berhenti!" Mereka bertiga mencegah Bai An dari depan. Bai An yang melihat juga bingung. ”Nona. Saya sudah menjelaskan bahwa saya tidak bermaksud untuk mengintip. Ketika saya hendak pergi, kenapa kalian mencegah saya?”
Mata Bai An juga melihat mereka bertiga sudah mengeluarkan senjata masing-masing, tapi Bai An juga tiga tahu, kenapa menjadi seperti ini.
__ADS_1
“Kamu yang sudah menodai mata kami bertiga, apakah begitu mudah untuk pergi dari pandangan kami?” tanya wanita satunya yang seperti memiliki umur yang lebih tua dari pada Lin Aoi dan Sanguan Lin yang memiliki nama Xia Yang.
“Tapi aku tidak menyuruh kalian untuk melihat Joni Agung ku, sebaiknya hilang kan perseteruan apa bagusnya? Lebih baik saling memaafkan dan anggap saja tidak ada yang terjadi apa-apa.” kata Bai An.
Kemudian Bai An berjalan ketiga wanita itu menghadang, tapi seketika ditabrak oleh Bai An sehingga terjatuh tersungkur.
”Kamu brengsek!” Xia Yang menghunuskan pedang mencoba menyerang punggung Bai An.
Bai An membalikan badan dan melirik Xia Yang sambil meraih pedang itu sangat mudah.
Setelah meraih pedang tersebut, tangannya menampar pipi Xia Yang.
Plak!
Xia Yang terhempas menyamping dan menabarak pohon besar sampai mulutnya mengeluarkan darah.
Kedua lainya kaget, seketika sadar langsung marah mencoba menyerang Bai An.
Ada pedang yang sangat tajam dari atas hendak mengenai wajah Bak An, tapi Bai An sedikit memiringkan kepalanya sehingga pedang itu mengenai tanah.
Sring!
Kaki Bai An menendang pedang itu dan pedangnya seketika meloncat ke atas dan ditangkap. Setelah Bai An menangkap pedang, langsung menyerang Lin Aoi sehingga tepat pedang hampir mengenai Lin Aoi, tiba-tiba dari samping atas kanan, Sanguan Lin menggunakan gada hitam mencoba menyerang kepala Bai An.
Cih!
Bai An tersenyum dan meraih gada itu dan menarik langsung. Gada ditarik, akhirnya Sanguan Lin terseret.
Bang!
Siku kaki Bai An menghantam perut Sanguan Lin hingga muntah darah beberapa kali.
__ADS_1
__ADS_2