
__ADS_3
Jakarta
"Kak ada apa ini? Kenapa menjemput aku dengan pesawat milik keluarga Arbeto dan langsung membawa aku kemari?" sungut Venus dengan wajah yang kesal saat melihat Mars keluar dari ruang kerja. "Aku ini sudah bukan anak kecil yang bisa kau atur dan aku-" perkataan Venus terhenti saat mendapat pelukan erat dari sang kakak. Ia merasa terharu atas perlakuan Mars, karena sangat jarang sekali saudara kembarnya itu bersikap hangat padanya.
"Temani kakak ipar mu! Aku ada urusan sebentar dengan Tom." Ucap Mars dengan datar dan cuek.
"Hah.. yang benar saja? Kau menjemput aku dari Bali ke apartemen hanya untuk menyuruhku menemani kakak ipar!" teriak Venus. Rasa terharu saat mendapatkan pelukan dari Mars, hilang begitu saja dan berganti dengan perasaan kesal dihatinya.
Mars sendiri tidak mempedulikan teriakan Venus, ia terus berjalan keluar apartemen bersama dengan Tom. Namun di sudut bibirnya yang tidak terlihat oleh siapa pun tersungging sebuah senyuman tipis, sebuah senyuman yang menggambarkan perasaan lega setelah menyaksikan sendiri keadaan saudara kembarnya baik-baik saja.
"Jadi kau tidak mau menemaniku?" tanya Kejora dengan raut wajah yang kecewa, setelah melihat Mars dan Tom keluar dari apartemen.
__ADS_1
"Eh.. bukan seperti itu kakak ipar, aku justru senang bisa menemani mu. Hanya saja tadinya aku mengira Mars itu benar-benar sangat mengkhawatirkan keadaan aku, tapi nyatanya...." gerutu Venus dengan wajah yang ditekuk.
"Mars memang sangat mengkhawatirkan keadaanmu!" Kejora menarik Venus untuk duduk di sampingnya, karena sejak tadi Kejora merasa Venus seperti menjaga jarak darinya. "Kau tahu? Mars bahkan tidak tidur semalaman menunggu kabar darimu, bahkan Mars sempat ingin menyusul mu ke Bali, namun sayangnya pesawat Daddy Aiden sedang di pakai. Dan setelah mengetahui pesawat milik keluarga Arbeto tidak di pakai, Mars langsung meminjam pada B khusus untuk menjemputmu." Ujar Kejora panjang lebar.
Venus menatap tak percaya dengan apa yang didengarnya, ia sangat terharu saat mengetahui betapa besar rasa sayang Mars padanya. Dan dari sini ia bisa melihat kalau ikatan batin di antara mereka memang sangat kuat. Apa yang di rasakan oleh Venus pasti akan di rasakan oleh Mars. Begitu pun sebaliknya apa yang dirasakan oleh Mars, Venus pun akan ikut merasakannya.
"Ve, kau menangis?" Kejora terkejut saat melihat adik iparnya itu mengeluarkan air mata.
"Venus kau itu jangan berbohong! Aku bisa melihat dengan jelas kau itu menangis." Kejora ikut mengusap air mata adik iparnya. "Jadi katakan padaku kenapa kau menangis?" tanya Kejora.
"Aku tidak apa-apa." Venus berusaha menyingkirkan tangan Kejora dari wajahnya.
__ADS_1
"Ve...." Kejora terus berusaha mengusap wajah Venus yang masih basah oleh air mata.
"Kau bisa diam tidak? Aku kan sudah bilang aku tidak menangis dan aku tidak apa-apa!" sentak Venus menghempas tangan Kejora dari wajahnya.
Seketika itu juga Kejora langsung terdiam, ia tidak pernah menyangka Venus akan membentak dan menghempas tangannya dengan sangat kasar. Sementara Venus yang baru tersadar dengan sikapnya yang keterlaluan, merasa sangat tidak enak hati pada Kejora
"Kak.. kakak ipar maafkan aku, aku tidak bermaksud-" Venus bingung harus mengatakan apa, entah mengapa melihat Kejora membuat dirinya semakin kesal karena mengingatkan kejadian malam itu saat di Bali. "Aku harus pergi...." Venus mengambil tasnya dan hendak berlalu dari apartemen milik Mars.
"Tunggu, Ve...." Kejora menarik tangan adik iparnya. "Apa aku punya salah padamu?" lirih Kejora dengan menundukkan kepalanya, ia memang sangat sensitif semenjak hamil, jadi jika ada orang yang membentaknya sedikit saja maka Kejora akan merasa sangat sedih.
"Tidak kak, kau tidak punya salah apa pun padaku. Hanya saja aku sedang lelah dan tidak sadar dengan apa yang aku katakan, jadi maafkan aku yang tidak sengaja membentak mu. Dan sekarang aku harus pulang." Venus segera berjalan keluar dari apartemen Mars, tanpa ingat bahwa tadi kakaknya menitipkan Kejora kepadanya.
__ADS_1
__ADS_2