
__ADS_3
Mars, Monica, dan Tom hanya terbengong mendengar jawaban dari Kejora.
"Baiklah, karena kau tidak marah saat mendengar aku akan menikah lagi. Maka segala urusan pernikahan aku dan Monica, kau yang akan menyiapkannya." Ucap Mars.
"Apa? Tapi tuan?" Kejora menelan saliva nya dengan susah.
"Tidak ada tapi-tapian, dan kau keluarlah!"
"Baik, tuan." Dengan wajah yang lesu, Kejora bangkit dari duduknya.
Monica sudah tersenyum penuh kemenangan, saat mendengar Mars mengusir istrinya.
"Siapa yang menyuruhmu keluar?" Mars menatap Kejora yang sudah berdiri dari duduknya.
"Tuan yang menyuruhku." Jawab Kejora.
Mars menggelengkan kepalanya, lalu menghela napasnya dengan berat. "Tom, kau antar Monica sampai ke mobilnya!"
"Apa? Jadi kau menyuruh aku keluar?" Monica membelalakkan matanya. "Sayang, kau mengusir aku?" Monica tidak percaya pada apa yang didengarnya.
"Monica, aku masih ada urusan dengannya. Sekarang kau pulanglah dulu!" Mars membelai rambut kekasihnya.
"Ta-tapi .... "
"Tom!" Mars memberikan isyarat.
"Baik, tuan." Tom pun mempersilahkan nona Monica untuk keluar.
Dengan perasaan yang kesal, Monica berdiri dari duduknya. Namun sebelum keluar, Monica lebih dulu mengecup bibir Mars dengan penuh kelembutan. Lalu berjalan keluar ruangan, dengan senyum mengejek pada istri Mars.
__ADS_1
"Ya, tuhan mereka sudah berciuman dua kali di depan aku." Gumam Kejora, dengan wajah yang terkejut.
Setelah melihat Monica keluar dari ruangannya, Mars kembali menatap Kejora yang terlihat berdiri dengan wajah yang terkejut.
"Mau sampai kapan kau berdiri?"
"Eh, iya." Kejora hendak duduk kembali.
"Siapa yang menyuruhmu duduk di sana?"
Kejora tidak jadi mendaratkan tubuhnya, ia berpindah ke sofa disebelahnya.
"Siapa yang menyuruhmu duduk di situ?" Mars kembali melarang Kejora, dengan seringai licik dibibirnya.
"Lalu aku harus duduk di mana?" Kejora menatap sofa yang ada diruang kerja tuan Mars.
"Di sini!" Mars menepuk pahanya.
Mars menggelengkan kepalanya. "Aku hitung sampai tiga, jika kau tidak duduk. Aku akan menghukummu turun kelantai bawah, dan naik lagi ke lantai atas melewati tangga!" Ancam Mars.
"Tapi tuan, aku duduk disini saja." Pinta Kejora.
"Satu ... ti .... "
Dengan secepat mungkin Kejora mendekati tuan Mars, lalu duduk di pangkuannya. Membuat wajah keduanya saling berhadapan, dan saling menatap satu dan lainnya. Tangan Kejora mencengkram kuat pundak tuan Mars, saat wajah tuannya semakin mendekati wajahnya.
"Apa ini? Apa tuan Mars akan mencium aku? Apa aku akan merasakan bagaimana rasanya ciuman?"
Jantung Kejora semakin berdetak tak karuan, saat wajah mereka semakin dekat. Bahkan kini hidung mereka saling bersentuhan. Dengan reflek Kejora menutup kedua matanya, sama seperti di film-film yang ia tonton. Ketika sang pemeran pria ingin mencium, sang pemeran wanitanya. Tak lupa ia juga memanyunkan bibirnya, agar tampak persis seperti yang ada di film.
__ADS_1
"Pijat kepalaku!" Perintah Mars.
Sontak Kejora membuka kedua matanya. "A-apa tuan? Pijat kepala? Tapi tadi, aku pikir tuan akan --- " Kejora menutup mulut, dengan kedua tangannya.
"Kau pikir aku akan apa?" Mars menyunggingkan bibirnya.
Kejora menggelengkan kepala, tangannya lalu bergerak ingin memijat kepala tuan Mars.
"Jawab dulu pertanyaan aku." Mars mencengkram tangan Kejora.
"Tadi aku --- " Kejora tampak berpikir keras. Ia sangat malu jika tuan Mars tahu, kalau dirinya berpikiran yang tidak-tidak.
"Kejora, jangan sampai aku mengulangi pertanyaan aku untuk yang ketiga kalinya!"
"Tadi aku berpikir, kalau tuan akan menyuruh aku memijat punggung." Bohong Kejora. "Hacih ... hacih ...." Kejora langsung bersin-bersin.
"Gotcha." Gumam Mars, dalam hati. Inilah yang Mars tunggu dari tadi, yaitu melihat Kejora bersin-bersin karena berbohong.
Sebenarnya tadi Mars melihat Kejora, yang memejamkan mata dan mengerucutkan bibirnya. Saat itu sebenarnya Mars, ingin tertawa keras saat melihat ekspresi wajah Kejora. Namun dengan sekuat mungkin, Mars menahan rasa ingin tertawanya.
"Hacih ... hacih ... " Kejora bersin-bersin dengan wajah yang menjauh dari tuan Mars. "Tuan, aku keluar ruangan dulu." Kejora hendak turun dari pangkuan tuan Mars.
"Diam disini! Kau belum memijat kepalaku." Mars menahan tubuh Kejora, untuk tetap diam di pangkuannya.
"Tapi tuan, hacih ... hacih." Kejora menutup mulut dan hidungnya.
"Cepat pijat aku!" Mars menyandarkan kepalanya di dada Kejora.
Sontak membuat jantung Kejora berdetak dengan kencang. Bahkan terlalu kencangnya, ia bisa mendengar bunyi detak jantungnya sendiri.
__ADS_1
Mars pun demikian, ia bisa mendengar dengan jelas suara detak jantung Kejora yang sangat keras. Membuatnya semakin ingin menggoda Kejora, dengan menekan kepalanya tepat di depan kedua aset berharga milik Kejora.
__ADS_2