
__ADS_3
Mars berjalan cepat menuju ruang penyekapan tapi tidak menemukan bajingan itu, ia pun tidak menyerah dan terus mencari di ruangan lainnya dengan membabi buta. Sedangkan Venus yang berjalan di belakang Mars, terus berusaha menenangkan saudara kembarnya.
Sementara itu tiga orang lainya yang masih berada di ruang tengah, hanya diam melihat Mars yang sibuk mencari Aries dari satu ruangan ke ruangan lainnya dengan raut wajah yang berbeda. Agam yang tampak datar tanpa ekspresi apa pun di wajahnya, Kejora yang terlihat cemas namun berusaha untuk tenang, dan Boy dengan senyum penuh misteri dibibirnya.
"Kejora kenapa kau tidak berusaha menenangkan Mars?" tanya Agam dengan wajah yang bingung, karena sejak tadi Agam melihat istri sepupunya itu hanya duduk diam sambil mengelus perutnya yang buncit.
Kejora menggelengkan kepalanya dengan lemah, bukannya ia tidak mau berusaha menenangkan Mars. Tapi Kejora merasa tidak ada gunanya menenangkan suaminya di saat hati Mars di penuhi oleh amarah.
"B .. kenapa kau diam saja? Cepat hentikan Mars! Aku tidak ingin Mars menghabisi Aries." Venus yang menyerah membujuk Mars, memilih kembali berjalan ke ruang tengah untuk meminta bantuan pada sang pembuat onar.
"Kau tenang dan duduklah! Kasihan baby yang ada di perutmu." Jawab Boy dengan santai.
__ADS_1
"B ...!" geram Venus. "Andai saja aku tidak sedang hamil sudah aku patahkan lehermu itu!" Venus menatap nyalang pada sepupunya yang gila.
Boy langsung tertawa terbahak-bahak saat melihat keganasan Venus, rasanya sudah sangat lama Boy tidak melihat Venus yang galak, jutek, dan arrogant di wajah cantiknya. Karena semenjak Venus mengambil alih menjadi penerus di perusahaan Greenerg, wajah Venus lebih sering dihiasi oleh ekspresi serius dan datar.
"Ve, kau percaya padaku kan? Jika ya, maka duduklah!" ucap Boy setelah tawanya terhenti.
"Tapi B—" Venus terdiam saat tangannya di tarik oleh Kejora menuju sofa, dan mau tidak mau Venus pun duduk di ruangan tersebut dengan perasaan harap-harap cemas.
"B, di mana kau sembunyikan bajingan itu?" tanya Mars dengan napas yang berlarian, ia sudah mengecek ke seluruh ruangan namun hasilnya nihil. Mars tidak menemukan Aries di mana pun, sampai akhir ia memutuskan untuk bertanya pada sang pemilik sekaligus pemimpin Tim Delta.
Boy yang ditanya hanya menatap wajah Mars dengan intens, ia rasa sudah cukup membuat fisik sepupunya itu sedikit lelah. Jadi ketika Mars memukul Aries, setidaknya tidak akan membuat bajingan itu mati.
__ADS_1
"Baiklah kau ikut aku!" Boy berdiri dari tempat yang didudukinya.
"B .. jangan!" Venus menggelengkan kepalanya.
Namun Boy hanya diam menatap lekat wajah Venus, lalu berjalan menuju ruangan di mana Aries berada.
"Tunggu .... !" Venus menghentikan langkah saudara kembarnya. "Kak kau sudah berjanji tidak akan pernah mencari tahu siapa pria itu! Tapi kenapa kau melanggar janjimu?" Lirih Venus.
"Mars tidak pernah melanggar janjinya, karena aku lah yang mencari bajing itu." Terang Boy pada Venus.
"Tapi bagiku itu sama saja, kalau kak Mars tidak bercerita padamu pasti kau tidak akan pernah mencari tahu siapa pria yang tidur denganku." Sahut Venus dengan berapi-api. "Kalian tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kami, di sini aku lah yang bersalah dan Aries tidak tahu —"
__ADS_1
"Diam kau! Jangan pernah membela bajingan itu!" sela Mars dengan sangat emosi, karena bisa-bisanya Venus membela bajingan itu.
__ADS_2