
__ADS_3
Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit, mobil yang dikendarai oleh Boy Arbeto sudah sampai di kawasan vila pribadi milik keluarga besarnya.
Tita yang berjalan lebih dulu bersama kak Eve langsung masuk ke dalam, tanpa menunggu Boy yang sedang berbicara dengan penjaga keamanan yang ada di vila.
"Kakak duduklah! Jika ingin minum ambil saja di lemari pendingin, aku ganti pakaian dulu." Tita masuk ke dalam kamar tanpa menunggu jawaban dari kak Eve.
Sementara itu Boy yang sudah masuk ke dalam Vila, terus berjalan melangkahkan kakinya menuju kamar tanpa mempedulikan Eve yang tengah berdiri di ruang tengah.
"B tunggu!" Eve menahan lengan adik iparnya.
Boy menatap tajam saat tangannya disentuh oleh Eve. "Bukankah sudah aku katakan jaga batasan mu!" Boy menghempaskan tangan wanita itu.
__ADS_1
"Maaf B, aku ..."
"Ck, sudahlah!" Boy tidak menanggapi perkataan Eve, ia berjalan menuju kamarnya tanpa menoleh saat wanita itu terus memanggil namanya.
"Sial!" umpat Eve saat Boy pergi begitu saja tanpa mempedulikan dirinya. "Aku tidak akan menyerah B, walaupun kau menghindariku." Eve mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
Ia sangat marah terutama pada dirinya sendiri, karena situasi yang di hadapinya saat ini karena ulahnya. Kalau saja pada saat itu Eve tidak bertindak gegabah, mungkin saat ini ia sudah berhasil mengambil hati adik iparnya.
"Kau tidak boleh berkecil hati Eve, kau harus yakin bisa mendapatkan Boy Arbeto. Dan gunakanlah kebodohan Tita untuk melancarkan rencanamu." Eve duduk di atas sofa dengan senyum licik dibibirnya.
Sementara itu di dalam kamar utama yang ada di Vila tersebut, Boy yang sedang duduk di atas sofa menatap pada Tita yang tengah sibuk mencari kunci kamar. Padahal kunci itu sudah disembunyikannya saat Tita sedang berada di dalam bathroom, Boy sengaja menyimpannya agar wanitanya tidak bisa keluar dari kamar.
__ADS_1
"B kuncinya di taruh di mana?" Tita yang sudah mencari di seluruh kamar tidak juga berhasil menemukannya, dengan wajah yang kesal ia berjalan menghampiri suaminya yang tengah duduk santai di atas sofa. "B aku tanya mana kuncinya? Kasihan kak Eve sendirian di ruang tengah." Tita yang kesal menghentakkan kedua kakinya.
"Kemarilah dulu!" Boy menepuk di ke-dua pahanya, menyuruh Tita untuk duduk di pangkuannya.
Dengan wajah yang kesal Tita naik ke pengakuan Boy Arbeto, menatap wajah tampan suaminya itu dari dekat. Wajah tampan yang selalu berhasil membuat kondisi jantungnya tidak stabil dengan debaran yang begitu kencang.
Tanpa sadar tangan Tita mengusap rahang prianya dengan perlahan, menyusuri setiap pahatan maha sempurna yang diciptakan oleh tuhan. Tita yang terjatuh pada pesona Boy Arbeto sampai melupakan keberadaan kak Eve yang masih menunggu dirinya di ruang tengah.
"B apa disini." Tita menunjuk dada bidang suaminya. "Sudah ada cinta untukku?" ia menatap intens pemilik mata biru yang ada dihadapannya.
Deg.
__ADS_1
Boy terdiam tanpa bisa berkata-kata, ia hanya mampu membalas tatapan mata Tita sambil mengecup tangan yang tadi bertengger di dada bidangnya. Setelah puas mengecup kedua tangan tersebut, ia mengusap wajah cantik Tita lalu mencium bibir yang sudah menjadi candunya semenjak pertama kali merasakan manisnya bibir itu.
__ADS_2