Emergency Wedding

Emergency Wedding
Part 66


__ADS_3

"Kakak mau kemana? Lebih baik temani aku di sini." Tita menarik tangan kak Eve untuk duduk di atas sofa.


"Tita kakak tidak bisa." Eve menahan tubuhnya.


"Kenapa tidak bisa?"


"Karena dia harus ikut bersamaku!" Sahut Boy dengan tegas.


Tita terdiam sesaat dengan pandangan mata menatap kearah kak Eve dan suaminya secara bergantian.


"Kalau kak Eve ikut, apa aku juga boleh ikut?" tanya Tita dengan raut wajah yang memohon.


"Tidak boleh!"


"Tapi B kak Eve boleh ikut, kenapa aku tidak boleh?" protes Tita.


"Ck, kau itu bodoh sekali." Boy memijat pangkal hidungnya. "Eve ikut karena dia sekretarisku."


"Aku juga sekertarismu." Sahut Tita dengan cepat.


"Kau itu hanya sekertaris abal-abal." Boy segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan, ia tidak mau meladeni Tita karena hanya akan membuang waktunya saja.


Melihat Tuan Boy Arbeto keluar dari ruangan, Liam segera menyusul setelah mengambil jas dan keperluan milik tuan nya untuk acara pertemuan nanti.


Sementara itu Eve segera melepaskan tangan Tita dengan perlahan, lalu tersenyum sebelum kembali berjalan mengikuti Tuan Boy dan juga Liam, meninggalkan Tita yang kini seorang diri berada di dalam ruang kerja tersebut.

__ADS_1


"Oh ya ampun, aku dikatakan sekertaris abal-abal?" gerutu Tita dengan tangan berkacak pinggang. "Tapi ada benarnya juga sih, selama ini kerjaku hanya diam dan duduk manja di atas sofa." Tita menghela napasnya dengan wajah yang ditekuk.


Dengan langkah yang gontai ia berjalan mengambil tasnya yang berada di atas meja, memutuskan untuk pulang dari pada harus sendirian di ruang kerja suaminya.


"Karena dia sudah menyebutku sebagai sekertaris abal-abal, maka aku tidak akan mau pulang ke apartemen."


Tita memutuskan untuk pulang ke rumah ayah unta, dari pada pulang ke apartemen mereka. Melanggar perintah suaminya yang hanya mengijinkan mereka untuk menginap selama dua hari.


...🍀🍀🍀...


Malam harinya.


"Sayang duduklah! Ayah pusing melihat mu mondar-mandir seperti itu." Bayu menatap putri bungsunya yang terlihat sangat cantik pada malam hari ini.


Ia tahu jika malam ini putrinya akan menghadiri acara makan malam di Mansion milik Mars, putra dari Aiden Graham dan Dila Mateo.


"Apa B sudah menghubungimu?" tanya Bayu.


"Ish .. bagaimana mungkin B menghubungi ponsel Tita." Gerutu Tita dengan bibir yang mengerucut tajam.


"Kenapa bisa begitu?" wajah Bayu mulai serius, karena saat ini sedang membicarakan kehidupan rumah tangga putrinya.


"Karena bagaimana bisa B menghubungi Tita, kalau nomer ponsel Tita saja dia tidak tahu."


"What?" Bayu menatap tak percaya pada putrinya. "Jadi selama ini B tidak pernah menghubungi ponselmu?"

__ADS_1


Tita menggelengkan kepalanya dengan perlahan.


"Oh my God ...." Bayu menepuk keningnya.


Ia tidak menyangka jika putri bungsunya yang cantik, baik, dan manja itu ternyata masih sangat jauh untuk bisa menaklukkan hati seorang Boy Arbeto.


"Bisa gagal cita-cita ku untuk bisa memiliki cucu seorang sultan, kalau hubungan mereka saja masih jalan ditempat."


Bayu menarik napasnya dengan kasar.


"Sudahlah sekarang kau saja yang menghubungi ponsel B, dan tanyakan apa dia menjemputmu atau tidak?" Bayu lebih memilih untuk tidak membahas terlalu jauh rumah tangga putrinya.


"Oke Ayah."


Tita mengambil ponselnya yang ada di dalam clutch, namun setelah ponsel itu ada di tangannya Tita terdiam dengan wajah yang bingung. "Ayah unta ...."


"Ada apa lagi? Apa pulsa mu habis?"


"Bukan itu ayah, tapi .. Tita tidak punya nomer ponsel B." Ucap Tita dengan suara yang sangat pelan.


"What?"


Bayu menggelengkan kepalanya saat mengetahui ternyata putrinya juga tidak menyimpan nomer ponsel suaminya.


"Kalian ini —" perkataan Bayu terhenti saat mendengar ponsel milik Tita berdering, ia pun membiarkan putrinya untuk mengangkat ponselnya terlebih dahulu. "Siapa?" tanya Bayu setelah melihat Tita menutup ponselnya.

__ADS_1


"Liam." Jawab Tita.


"Liam?" Bayu mengerutkan keningnya. "Liam orang kepercayaan Boy Arbeto?" tanya Bayu dengan wajah yang bingung.


__ADS_2