
__ADS_3
"Aku tidak akan menurunkanmu, sebelum kita sampai di mobil." Boy tidak ingin terjadi sesuatu pada kandungan Tita, jika istrinya itu kelelahan.
"Tapi B .. Tita bisa jalan sendiri." Tita masih berusaha turun dari gendongan suaminya.
"Sayang diam dan jangan bergerak! Kalau tidak malam ini aku memberikan hukuman untukmu."
Sontak Tita langsung terdiam, karena tidak ingin tubuhnya kelelahan karena hukuman dari suaminya.
"Lihatlah mereka! Pasangan yang sangat romantis bukan?" Bayu menatap Daniela dan juga Eve.
"Biasa saja." Sahut Eve dengan ketus.
Sementara Daniela hanya tersenyum saat melihat bagaimana menantunya begitu menjaga Tita, sama seperti Bayu yang menjaganya di saat ia sedang mengandung Eve dan juga Tita.
"Kau pasti sedang teringat masa lalu kita?" Bisik Bayu.
"Masa lalu kita yang mana?" Daniela bertanya balik sembari menetralkan detak jantungnya yang begitu cepat, karena ketahuan sedang mengingat masa lalu mereka.
"Masa lalu yang mana ya? Aku juga lupa." Bayu berdecak dengan kesal, karena mantannya itu sejak tiba di Jakarta selalu jual mahal.
__ADS_1
Di saat Daniela dan Bayu sedang merasa kesal pada satu dan lainnya, Tita justru merasa semakin ketakutan. Takut kebohongannya akan terungkap dan membuat Boy marah besar padanya.
"Ya ampun bagaimana ini?" Tita menggigit bibir bawahnya untuk mengusir ketakutan yang mulai menyelimuti hatinya. "Bagaimana kalau mereka tahu aku berbohong? Lalu bagaimana dengan B? Dia sudah bahagia seperti ini, aku tidak tega membuatnya kecewa." Tita menatap wajah suaminya yang begitu dekat dengan dirinya, karena saat ini ia masih berada di gendongan suaminya.
...πππ...
Setelah sampai di rumah sakit internasional milik keluarga besar Arbeto, Tita langsung masuk ke dalam ruang dokter kandungan. Tita diperiksa dengan diikuti oleh Boy, Ayah Bayu, Mom Daniela, dan juga kak Eve.
"Jadi bagaimana Alana? Bagaimana dengan kandungan Tita?" tanya Boy dengan tidak sabar pada sepupunya.
"Sudah berapa usia kandungan putri saya?" Bayu ikut bertanya.
"Jadi bagaimana Alana? Kenapa kau diam saja?" Boy mulai kesal, karena sejak tadi Alana putri dari uncle Antoni dan Aunty Daisy hanya diam saja.
"Kalian bisa diam tidak? Aku bingung harus menjawab yang mana dulu?" Alana menghela napasnya dengan kasar, membuat semua orang yang ada di ruangan menjadi diam. "Jadi beginiβ"
"Tunggu dulu!" Tita memotong perkataan sepupu suaminya, sepupu yang baru pertama kali dilihat dan dikenalkan padanya. "Aku ingin ke toilet." Bohong Tita, karena sebenarnya ia ingin melarikan diri dari tempat tersebut, karena tidak ingin terkena amukan semua orang saat mereka tahu kebohongannya.
"Tit nanti saja ke toiletnya!" pinta Boy.
__ADS_1
"Tidak bisa B! Aku ingin buang air kecil." Tita berpura-pura tidak bisa menahan.
"Kalau begitu aku akan mengantarmu." Boy hendak berdiri dari duduknya.
"Tidak B kau disini saja!"
"Aku harus mengantarmu Tit, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu."
"Aku baik-baik saja B, bukankah kau ingin mendengar hasil pemeriksaan tadi?" Bujuk Tita.
"Tapi ..." Boy merasa ragu, disatu sisi ingin mengantar Tita tapi di satu sisi lainnya Boy ingin tahu hasil pemeriksaan tadi.
"Biar suster yang akan mengantar dan menjaga Tita ke toilet." Ucap Alana.
Boy pun mau tidak mau membiarkan istrinya pergi dengan suster untuk ke toilet, karena ia juga sudah tidak sabar mendengar hasil pemeriksaan kandungan Tita.
"Bagaimana dengan kandungan Tita?" Tanya Boy setelah melihat Tita keluar dari ruangan.
"Hasil pemeriksaan tadi ...." Alana menatap semua orang yang ada di dalam ruangannya.
__ADS_1
Membuat suasana di ruangan tersebut sangat hening, karena Boy, Bayu, Daniela, dan Eve tampak diam menunggu perkataan selanjutnya dari Alana.
__ADS_2