
__ADS_3
"B Tita malu." Ia menutup dada dan juga bagian inti nya yang terekspos dengan kedua tangannya.
"Jangan ditutupi! Apa kau lupa aku pernah melihatnya." Boy menarik kedua tangan Tita dan menyatukannya di atas kepala.
Dan kini ia bisa melihat dengan jelas tubuh mulus Tita tanpa sehelai benangpun, membuat seorang Boy Arbeto harus menelan salivanya dengan sangat susah.
Tanpa banyak berkata ia mencium kembali bibir tipis milik wanitanya dengan sangat menuntut, setelah puas ciuman itu turun ke leher menggigitnya dengan gemas hingga meninggalkan bekas kepemilikan yang berwarna merah.
Tangannya pun tidak tinggal diam mulai mengusap dan meremas di kedua milik Tita, menyesap dengan mulutnya dan menggigit kecil diarea sekitarnya.
"Ah ..."
Tanpa sadar Tita mendesah saat ia merasakan penyatuan yang dilakukan oleh suaminya.
Suara ******* itu semakin keras saat pria yang ada di atas tubuhnya mempercepat tempo penyatuan mereka, membuat suasana di dalam kamar tersebut terasa panas oleh ******* dan erangan kedua orang yang kini saling berpacu mengejar sebuah kenikmatan.
Entah berapa kali kedua insan itu merasakan nikmatnya bercinta, menghabiskan malam panas mereka sampai dini hari hingga membuat keduanya kelelahan.
Tita yang sudah tidak sanggup untuk menggerakkan tubuhnya terkulai lemas di atas tempat tidur, mata sayu nya yang baru saja terpejam harus kembali terbuka saat ia merasakan bibirnya kembali dicium.
__ADS_1
"Apa ini B?" Tita merasakan sebuah obat masuk kedalam mulutnya melalui bibir pria itu.
"Telan dan jangan banyak bertanya!"
Tita menelan obat tersebut tanpa protes sedikitpun, karena ia merasa tubuhnya sudah terlalu lelah untuk kembali beradu mulut dengan suaminya. Ia pun segera memejamkan kedua matanya yang terasa sangat berat.
"Good girl." Boy turun dari atas tubuh Tita lalu berbaring disampingnya, merengkuh tubuh polos yang saat ini sudah tertidur dengan lelap.
"Maaf ...." lirih Boy.
Ia teringat kejadian beberapa jam yang lalu saat Liam memberikan pil KB yang dimintanya, saat Boy dan Tita sampai di pintu apartemen mereka.
Boy semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Tita, dan matanya mulai terpejam secara perlahan masuk ke alam mimpi dengan senyum diwajahnya.
...🍀🍀🍀...
Keesokan harinya.
Tita yang baru terbangun dari tidurnya merasakan tulangnya remuk dan sakit di sekujur tubuhnya, bahkan yang lebih parah bagian sensitif nya saat ini terasa panas dan perih.
__ADS_1
"Oh my God, tadi malam .... " Tita tersenyum saat mengingat kejadian malam panas yang mereka lalui.
Namun senyum itu menghilang saat matanya menatap kearah samping, dan tidak menemukan keberadaan suaminya.
"Lagi-lagi dia pergi begitu saja, sama seperti malam itu." Gerutu Tita dengan bibir yang mengerucut.
Dengan segera ia turun dari atas tempat tidur, lalu berjalan menuju bathroom untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket, saat Tita hendak membuka pintu matanya menatap sesuatu yang menempel di kaca meja rias miliknya.
Aku sudah berangkat kerja, dan kau tidak perlu masuk! Karena hari ini aku meliburkanmu selama satu hari, jadi diam di dalam apartemen dan jangan kemana-mana!
"Ish .. dia itu selalu saja memerintah, tidak boleh ini tidak boleh itu, mengerjakan ini mengerjakan itu." Gerutu Tita.
Namun kedua sudut bibirnya terangkat menampilkan sebuah senyuman bahagia, karena baru kali ini seorang Boy Arbeto pergi dengan meninggalkan sebuah pesan singkat untuknya.
"Aku harap ini awal yang baik untuk hubungan aku dengan B."
Tita segera masuk ke dalam bathroom, dan beberapa menit kemudian terdengar sebuah teriakan dari dalam bathroom.
"Apa ini?" Tita menatap seluruh tubuhnya yang yang dipenuhi oleh tanda merah. "Ini seperti tanda yang ada di leherku." Tita menyentuh bekas merah yang ditinggalkan oleh suaminya. "Berarti yang membuat tanda dileher itu bukan setan, tapi ...."
__ADS_1
Tita terdiam sesaat lalu kembali berteriak menyebutkan nama satu orang yaitu Boy Arbeto, namun ditambah dengan satu kata setan didepannya menjadi setan Boy Arbeto.
__ADS_2