Emergency Wedding

Emergency Wedding
Part 62


__ADS_3

Boy kembali mengingat kejadian sore itu di mana untuk pertama kalinya ia merasakan apa itu bercinta secara real, walaupun di awal sedikit terjadi drama yang membuat mereka saling berteriak kesakitan, namun untuk yang kedua kalinya mereka bercinta dengan sangat panas tanpa adanya rasa sakit. Karena tangannya tidak lagi digigit oleh Tita, dan bahkan wanitanya itu terus mendesah dibawah himpitannya.


"****! Dengan mengingatnya saja sudah membuat juniorku menegang." Umpat Boy dalam hati.


"Aku tidak tahu jawaban untuk pertanyaanmu, coba kau tanya saja pada Google." Jawab Agam dengan datar.


"Kau itu! Percuma saja aku berbicara denganmu." Boy yang kesal memilih untuk keluar dari markas.


"B .. apa kau yakin tidak mencintai Tita?"


Boy menghentikan langkahnya. "Aku tidak mungkin mencinta wanita bodoh, polos, dengan segudang kekurangannya." Jawab Boy tanpa menengok kebelakang, lalu melanjutkan kembali langkah kakinya untuk keluar dari markas Tim Delta.


Sementara itu Agam yang melihat punggung sepupunya yang semakin menjauh, hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat. Ia tidak menyangka jika Boy lagi-lagi mengatakan tidak mencintai Tita setelah apa yang dilakukan pria itu.


"Kita lihat nanti! Apa benar kau tidak mencintai seorang Tita Anggara?" gumam Agam dengan seringai tipis dibibirnya.


Agam Mateo memang tidak berpengalaman tentang wanita dan cinta, tapi ia tidak bisa diam jika melihat seorang wanita diperlakukan tidak baik. Karena Dad David dan Mom Mini selalu mengajarkan dirinya untuk menghormati dan melindungi seorang wanita.


...🍀🍀🍀...

__ADS_1


Hari ini adalah hari di mana Tita kembali bekerja setelah kemarin tidak berangkat, dan saat ini mereka bertiga tengah berjalan menuju ruang kerja Boy Arbeto, kenapa bertiga? Karena kak Eve tadi ikut naik di mobil mereka.


"Lia kau antar Eve ke ruangannya!" perintah Boy pada asisten pribadinya.


"LIAM Tuan, L-I-A-M."


Liam tidak mau jika wanita secantik Eve menyangka dirinya setengah wanita, dan setengah pria karena nama panggilan tidak berakhlak dari tuannya.


"Sama saja Lia." Ucap Boy dengan datar.


Membuat Liam menghela napasnya.


"Mari Nona Eve." Liam mempersilakan wanita itu untuk mengikutinya.


Dan setelah berpamitan dengan Tita dan adik iparnya, Eve berjalan keluar ruangan bersama dengan Liam.


"B kenapa kak Eve di beri ruangan sedangkan aku tidak? Bukankah kita sama-sama sekertaris mu?" protes Tita.


Sebenarnya Tita tidak merasa iri saat Kak Eve diberikan sebuah ruangan khusus, tapi alangkah senangnya jika Tita juga mempunyai ruang kerja sendiri, sehingga dirinya tidak terjebak seharian penuh di ruangan yang sama bersama pria dingin dan menyebalkan.

__ADS_1


"Satu peraturan baru untuk mu, yaitu dilarang protes." Ucap Boy yang sudah membuka laptopnya yang ada di atas meja.


"Ish .. dia itu benar-benar menyebalkan." Umpat Tita dalam hati.


"Hari ini apa yang harus aku kerjakan?" tanya Tita dengan tidak bersemangat.


Boy yang tengah fokus pada layar laptop, kini menatap Tita dengan sudut ekor matanya.


"Duduk di kursi itu." Boy menunjuk kursi yang ada di depan meja kerjanya.


Dengan patuh Tita berjalan lalu duduk di kursi yang ditunjuk suaminya, setelah itu ia menunggu pekerjaan apa yang akan diberikan oleh Tuan Boy Arbeto.


Satu menit, dua menit, hingga sepuluh menit Tita hanya diam menatap wajah tampan suaminya yang saat ini tengah sibuk bekerja.


"B sampai kapan aku duduk di sini? Kenapa kau diam saja dan tidak memberitahu apa yang harus aku kerjakan?" tanya Tita dengan wajah yang bingung.


"Tit bukankah sudah aku katakan, dilarang protes!" Ucap Boy tanpa mengalihkan tatapan matanya dari layar laptop.


"Tapi B ...." Tita yang ingin protes terpaksa diam saat mendengar suara pintu yang terbuka.

__ADS_1


"Apa aku menganggu kalian?"


Boy dan Tita menatap ke arah sumber suara, dan raut wajah mereka berubah seketika dengan ekspresi yang berbeda. Jika Tita menatap orang tersebut dengan senyum diwajahnya, sedangkan B menatap orang tersebut dengan datar.


__ADS_2