Emergency Wedding

Emergency Wedding
Part 65


__ADS_3

Setelah melihat Mars keluar dari ruang kerjanya, Boy segera mendekati Tita yang masih terlihat tersenyum menatap pintu ruangan.


"Apa dia sangat tampan?" Bisik Boy tepat di telinga wanita itu.


"Ya, dia sangat tampan." Sahut Tita dengan senyum yang mengembang.


Namun senyum itu langsung pudar saat wajahnya menatap kearah samping, dimana Boy Arbeto tengah menatapnya dengan sangat tajam.


Tita mulai ketakutan saat merasakan wajah tampan suaminya, berubah mengerikan dengan aura yang mencekam.


"Ta-tapi kau jauh lebih tampan." Ucap Tita dengan tangan yang gemetaran.


"Benarkah?" Boy menarik satu sudut bibirnya.


"I-iya kau lebih tampan." Tita menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sembari berdiri dari tempat duduknya.


"Kau mau kemana?" Boy kembali mendudukkan Tita di kursi tersebut.


"A-aku ingin keluar sebentar." Tita kembali berdiri.


"Kau tidak boleh keluar sebelum mendapatkan hukuman." Boy kembali membuat Tita terduduk di atas kursi.


"Hukuman? Memangnya aku salah apa?" Tita mengerutkan keningnya.

__ADS_1


"Kesalahanmu karena sudah berani tersenyum pada pria lain." Boy menyeringai tipis.


"Ta-tapi B ...." Tita terdiam saat melihat wajah suaminya semakin mendekat.


Kini otaknya mulai bertraveling kemana-mana saat membayangkan hukuman yang akan diterimanya, apalagi saat ini wajah Boy berhadapan langsung dengan wajahnya.


Dan Tita sangat yakin seratus persen suaminya itu pasti akan memberikan hukuman berupa sebuah ciuman yang panas dibibirnya, dan tanpa sadar Tita memajukan bibirnya bersiap menerima sesuatu yang kenyal itu menempel dibibirnya.


Pletak


"Aw ..." Tita mengusap kepalanya yang terasa sakit. "Kenapa kau menjitak kepalaku?" ketus Tita dengan bibir yang mengerucut tajam.


"Kau sendiri kenapa bibirmu monyong seperti itu?" Boy menatap geli saat melihat kelakuan wanitanya.


"Bibirku?" Tita mengusap bibirnya dan baru tersadar, jika tadi ia sudah bersiap menerima ciuman dari suaminya. "A-aku tadi sudah bersiap menerima hukuman darimu." Jawab Tita dengan jujur.


"Bersiap menerima hukuman dariku? Memangnya kau tahu hukuman apa yang akan aku berikan?" Boy menatap tajam pada Tita.


"Tentu saja aku tahu, kau pasti akan mencium bibirku sebagai hukumannya, benar bukan?" Tita mengerakkan alis nya naik turun dengan senyum diwajahnya.


Pletak


"Aw ...."

__ADS_1


Tita kembali meringis kesakitan saat kepalanya lagi-lagi di jitak oleh suaminya, dengan perasaan yang kesal Tita berdiri dari tempat duduknya, hingga membuat keningnya beradu dengan kening Boy Arbeto.


"Tita Anggora ...." Teriak Boy saat merasakan keningnya berdenyut.


"Ma-maaf Tita tidak sengaja, tadi —" perkataan Tita menghilang di udara saat pinggangnya direngkuh dengan sangat posesif.


Membuat keduanya saling menatap dengan jarak yang sangat dekat, bahkan ujung hidung mereka saling menyentuh, membuat desiran aneh di hati keduanya saat mata mereka saling menyelami satu dan lainnya.


Ehem ....


Suara berdeham dari arah pintu membuat keduanya reflek saling menjauh, mereka menatap Liam dan Eve yang sudah berada di dalam ruangan.


"Maaf Tuan kami tidak bermaksud menganggu, tapi setengah jam lagi kita ada pertemuan dengan Tuan Julius di Hotel Fairmont." Ucap Liam dengan perasaan sedikit takut karena sudah menganggu tuan dan nona nya.


"Habis sudah riwayatku, pasti Tuan B akan memberikan hukuman padaku." Liam menghela napasnya dengan panjang.


"Baiklah sekarang kita berangkat." Boy merapihkan kemejanya yang sedikit kusut, lalu berjalan menuju pintu keluar.


Sedangkan Tita yang melihat kak Eve mengikuti suaminya, reflek memanggil kakaknya itu.


"Tunggu kak Eve?"


Eve yang berjalan di belakang adik iparnya, reflek menghentikan langkahnya begitu pula dengan Boy Arbeto.

__ADS_1


"Kenapa Tita?" tanya Eve.


Menatap adiknya yang tengah berjalan menghampiri dirinya.


__ADS_2