Emergency Wedding

Emergency Wedding
Part 120


__ADS_3

"Tita Anggora ..." Boy menjitak kepala istrinya dengan gemas. "Kau lupa aku ini Boy Arbeto? Apa yang kau lakukan dan pergi kemana pun aku tahu dengan pasti. Aku juga tahu kau baru saja dari tempat ayah Bayu."


Lagi-lagi Tita terkejut dan baru menyadari perkataan Agam tempo hari benar adanya, bahwa Tita tidak akan bisa pergi atau bersembunyi di mana pun, karena Boy Arbeto pasti akan menemukannya meski ia pergi ke ujung dunia sekali pun.


"Apa yang kau pikirkan? Kenapa tidak menjawab pertanyaan ku?" Boy menarik dagu Tita. "Kenapa kau tidak bertanya langsung padaku?" Boy mengulangi pertanyaannya.


"Kenapa kau tidak memberitahu ku tentang kejadian malam itu?" Tita balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan suaminya.


"Karena aku tidak ingin hubunganmu dengan Eve merenggang karena hal itu, jadi sebisa mungkin ...."


"Diam dan berpura-pura tidak terjadi sesuatu diantara kalian." Sahut Tita.


"Ya." Boy mengecup bibir wanitanya. "Tapi karena kau sudah tahu, maka aku akan mengatakan apa yang ingin aku lakukan." Boy mengusap bibir Tita dengan jarinya. "Aku ingin memindahkan Eve ke cabang perusahaan—"


"Jangan ...." Tita menyela pembicaraan Boy. "Jangan lakukan itu B aku mohon."

__ADS_1


"Kenapa?"


"Jangan B, aku tidak ingin Kak Eve merasa disingkirkan." Ucap Tita dengan sendu.


Boy memperhatikan wajah Tita dengan intens. "Baiklah jika itu mau mu, dan sekarang katakan apa yang ingin kau katakan! Karena aku tahu kau pasti mempunyai tujuan datang kemari?"


Tita menarik napasnya lalu membuangnya secara perlahan. "Aku ingin pergi ke Paris."


"Oke .. kapan kau ingin pergi?" tanya Boy dengan santai.


"Secepatnya." Jawab Tita dengan hati yang terluka, karena Boy dengan cepat mengijinkannya pergi begitu saja. "Aku kira akan susah mendapatkan ijin darimu untuk pergi dan menetap di Paris, tapi ternyata semudah itu kau mengijinkan aku pergi. Apa karena kau tidak mencintaiku? Tapi kenapa aku merasa kau mencintaiku."


Tita menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang sedih.


"Kalau tidak ada lagi lebih baik kita lanjutkan yang tadi." Boy memeluk tubuh Tita, ia sudah tidak bisa menahan hasratnya dan melupakan makan siang yang sedang ditunggu mereka. Boy ingin bercinta dengan Tita di tempat kerjanya, merasakan sensasi itu bersama wanita yang sudah mencuri hatinya.

__ADS_1


Entah berapa lama Boy dan Tita memadu kasih, saling memberi dan menerima kenikmatan surga dunia yang halal bagi mereka untuk di nikmati. Hingga akhirnya mereka merasakan pelepasan dengan bergetar hebat saat merasakan puncak kenikmatan tersebut.


"Thank you honey." Boy mengecup kening Tita yang dipenuhi oleh keringat dengan napas yang naik turun.


Tita menganggukkan kepalanya dan tanpa sadar meneteskan air mata di kedua pipinya.


"Tit kenapa kau menangis? Apa aku menyakiti mu?" tanya Boy dengan khawatir, karena tersadar saat tadi mereka bercinta ia melakukannya terlalu bersemangat.


"Tidak aku tidak apa-apa." Tita mengusap air matanya dengan kasar. "B boleh aku meminta satu permintaan?"


"Tentu saja sayang." Boy mengecup bibir Tita berulang-ulang kali. "Seratus permintaan pun akan aku kabulkan."


Tita tersenyum lalu menyentuh wajah suaminya. "Jaga Kak Eve dan jangan pernah kau menghindar atau marah saat kakak ku mencoba menarik perhatian mu, cukup kau diam dan tetap berada di sisinya."


"Tit apa yang kau bicarakan?" Boy yang bingung sampai mengerutkan keningnya.

__ADS_1


"Saat nanti aku tinggal di Paris, aku ingin —"


"Tunggu dulu! Tadi kau bilang apa?" Boy terkejut saat Tita mengatakan akan tinggal di Paris, apa maksudnya wanita itu mengatakan tinggal di Paris? Bukankah tadi mereka sepakat untuk pergi ke Paris, bukan untuk tinggal di Paris.


__ADS_2