Emergency Wedding

Emergency Wedding
Part 100


__ADS_3

Setelah menempuh perjalanan yang terasa sangat singkat bagi seorang Boy Arbeto, kini mereka turun dari pesawat dengan pandangan mata yang bingung dan kening yang berkerut.


"B sejak kapan Bali menjadi pulau pribadi milik keluarga Arbeto?" Tita menatap kearah suaminya yang terlihat terkejut dengan mulut yang terbuka lebar.


"Apa-apaan ini! Kenapa kita ada di Bali?" Boy bertanya balik sambil menengok ke kanan dan kiri, memastikan sekelilingnya masih dengan wajah yang bingung.


"Mana aku tahu?" Tita mengangkat kedua bahunya.


"****! Ini pasti kerjaan Lia." Boy langsung mengambil ponsel miliknya yang ada di saku celana, lalu menekan nomer ponsel asisten pribadinya. "Sial dia tidak mengangkatnya." Umpat Boy dengan penuh amarah setelah beberapa kali panggilan darinya tidak diangkat oleh Liam.


Dan beberapa detik setelahnya ponsel Boy berbunyi memperlihatkan satu pesan singkat yang masuk.


Maaf Tuan aku lupa mengatakan vila yang ada di pulau pribadi milik keluarga besar Arbeto sedang di renovasi, dan dengan terpaksa destinasi Anda diganti menuju pulau Bali.


"Lia ...." teriak Boy yang hampir saja membanting ponselnya, kalau saja tangan Tita tidak mencegahnya.


"B kau itu kenapa?" Tita merebut ponsel milik suaminya. "Ponsel mahal seperti ini lebih baik untuk aku dari pada kau buang." Ia tersenyum menatap ponsel mahal milik Boy yang sangat ingin Tita miliki.

__ADS_1


"Enak saja." Boy mengambil kembali ponsel miliknya. "Ayo cepat jalan!" Boy berjalan begitu saja melewati Tita.


"B tunggu! Ini kopernya bagaimana?" teriak Tita.


"Kau yang bawa." Jawab Boy tanpa menengok kebelakang.


"What?" Tita menatap koper yang ada di sampingnya dengan wajah yang kesal. "Dasar suami laknat tidak berperikewanitaan!" umpat Tita dengan berapi-api, dan mau tidak mau ia menarik koper milik suaminya.


*


*


"Tit ..!" teriak Boy saat wanita itu belum juga masuk ke dalam vila. "Tita Anggora ....!"


"Iya ..." Tita berjalan gontai kearah suaminya.


"Kenapa lama sekali!"

__ADS_1


"Aku lama karena kau juga!" gerutu Tita dengan wajah yang ditekuk, menghempaskan koper yang sejak tadi dibawanya dengan kasar ke arah Boy Arbeto.


"Damn!" umpat Boy saat koper tersebut mengenai sepatunya.


"Bagaimana sakit tidak?" Tita tersenyum dengan sangat puas, karena sudah berhasil membalas rasa kekesalannya.


Bayangkan saja Tita menyeret koper yang lumayan berat itu, sejak mereka turun dari pesawat hingga menuju mobil, dan ketika sudah sampai di vila Tita juga yang harus membawa koper tersebut padahal ada pelayan yang sudah siap membawakan koper milik pria itu, tapi suaminya yang tak berahlak itu justru menyuruh para pelayan untuk tidak membantunya sama sekali.


"Kau ..." Boy menarik pinggang Tita dengan kasar. "Rupanya kau sudah berani melawan ku?"


"Ck .. tentu saja aku berani karena kau sudah keterlaluan." Tita menginjak sepatu Boy yang tadi terkena lemparan koper darinya.


"Aw .. ****!" Boy reflek melepaskan pinggang wanitanya.


Sehingga Tita bisa membalikkan badannya dengan cepat, berpura-pura menatap sekeliling ruangan hanya untuk menutupi rasa takutnya.


"Oh ya ampun kaki Tita lemas sekali rasanya." Gumam Tita dengan tangan yang bergetar hebat karena ketakutan. "Sekarang tunjukkan di mana kamar aku?" tanya Tita tanpa menatap kearah suaminya.

__ADS_1


"Setelah menginjak kakiku kau ingin tahu dimana kamarmu?" Boy menarik satu sudut bibirnya, lalu tanpa banyak berkata menggendong wanita itu dengan satu kali gerakan, membawanya masuk ke dalam kamar utama tanpa mempedulikan suara teriakan Tita Anggora.


__ADS_2