
__ADS_3
Boy menatap kedua orang yang ada didepannya, lalu masuk begitu saja ke dalam apartemennya.
"Tunggu Boy Arbeto!" Bayu menahan langkah menantunya. "Ada yang ingin aku sampaikan."
Boy menautkan alisnya lalu memilih untuk duduk di ruang tamu, setalah mempersilahkan mertuanya untuk duduk.
"Anak unta cepat masuk ke kamar! Ayah ingin bicara empat mata dengan suami mu." Ucap Bayu dengan tegas.
"Iya ayah." Tita berjalan sambil menggeret kopernya, namun langkahnya terhenti saat ia mengingat sesuatu.
"Kenapa sayang?" Bayu menatap putrinya yang hanya diam saja.
"Em .. Tita tidak tahu harus masuk ke kamar yang mana?"
"Sayang, tentu saja di kamar suami mu." Bayu menghela napasnya dengan kasar.
"Tapi ....." Tita menatap takut pada Boy yang sejak tadi diam dan dingin padanya.
"Tita jangan takut Ayah yang akan bicara padanya." Bayu menyakinkan putrinya.
Dan Tita pun segera masuk ke dalam kamar yang kemarin malam ia tempati, meninggalkan Ayah unta yang tengah berbicara serius dengan suaminya.
Beberapa saat kemudian.
__ADS_1
Tita yang sedang duduk di atas ranjang mendengar suara pintu yang terbuka, dan melihat Boy yang berjalan masuk ke dalam kamar dengan raut wajah yang tak terbaca.
"Kau mau kemana?" Boy membuka kancing lengan kemejanya sambil menatap Tita yang berdiri dari duduknya.
"A-aku ingin bertemu ayah." Ucap Tita dengan gugup, karena sejak masuk ke dalam kamar tatapan mata suaminya itu sangat aneh.
"Ayah mu sudah pulang."
"Sudah pulang? Kenapa tidak pamit pada Tita?"
"Mana aku tahu." Boy mengedikkan bahunya. "Sekarang kemarilah!"
"Aku?"
Dengan perlahan Tita berjalan mendekat kearah suaminya. "Ingat Tita hormati suami mu dan harus menurut apa yang dikatakannya." Tita mengingat-ingat pesan yang disampaikan oleh Ayah unta.
"Buka kancing kemejaku!" Boy menarik pinggang Tita untuk mendekat.
Gleg
Tita menelan salivanya saat melihat wajah tampan Boy Arbeto dari dekat.
"Cepat buka kancing kemeja ku!" Boy menyentuh tangan Tita dan menaruh tepat di dadanya, ia hanya ingin mengetahui apakah benar yang dikatakan oleh ayah mertuanya kalau Tita akan menjadi istri yang menurut dan tidak akan melawan dirinya.
__ADS_1
"I-iya." Dengan tangan gemetar Tita membuka satu persatu kancing kemeja milik suaminya.
Sementara Boy memilih untuk menatap wajah Tita dengan sedikit menunduk karena tinggi badan Tita lebih pendek darinya, ia terus mengamati istrinya dengan perasaan kesal saat mengingat bagaimana ayah mertuanya mengancam akan mengadu pada Mom Luna jika ia tidak mengijinkan Tita tidur di satu kamar yang sama dengannya.
Sedangkan Tita yang sedang membuka satu persatu kancing kemeja milik suaminya, kini otaknya mulai traveling saat kancing kemeja terakhir terlepas. Hingga memperlihatkan bentuk tubuh atletis dengan otot six pack di perut dan juga dada bidang yang tegak. Dan hampir saja Tita mengeluarkan air liurnya karena melihat semua pemandangan indah tersebut.
"Sudah puas melihat tubuhku?
Tita menggelengkan kepalanya sesaat lalu menganggukkan kepalanya, membuat Boy sedikit tertawa saat melihat tingkah konyol Tita.
"Apa kau ingin melihat sesuatu yang lebih?" Boy sengaja ingin menggoda Tita, ia ingin tahu seberapa polos istrinya itu.
"Apa itu?" Tita mengerutkan keningnya.
"Kalau kau ingin tahu, cepat buka celanaku." Boy menaruh tangan Tita tepat di gesper miliknya.
"Apa?" pekik Tita dengan terkejut. "A-aku tidak mau." Tita menarik tangannya.
"Kenapa kau tidak mau?" Boy menarik tangan Tita dan mulai menuntunnya untuk membuka celana miliknya.
"B Tita malu."
Tita memalingkan wajahnya karena tidak berani melihat sesuatu yang lebih dari yang sudah dilihatnya, karena tadi saja saat melihat tubuh Boy Arbeto sudah membuat otaknya traveling dengan sangat jauh. Dan Tita tidak ingin semakin berpikiran aneh-aneh karena kini Video panas yang pernah ia lihat mulai berputar-putar dibenaknya.
__ADS_1
__ADS_2