Emergency Wedding

Emergency Wedding
Part 83


__ADS_3

"Jika kau memang tidak cemburu dengan kedekatan kami, kau pasti akan mengijinkan Tita bekerja denganku."


"Tidak bisa! Aku tidak akan mengijinkan nya." Ucap Boy dengan aura yang mematikan.


"Kalau begitu kau mengakui jika kau cemburu dengan kedekatan kami, dan itu artinya kau sudah mencintai seorang Tita Anggara."


Deg


Boy terdiam tanpa bisa berkata-kata, namun itu hanya sesaat karena ia melihat pantulan sosok Tita yang berjalan kearahnya, dan dapat dipastikan wanita itu mendengarkan percakapan mereka tadi.


"Aku ijinkan Tita bekerja denganmu, lagi pula dia tidak berguna di kantorku." Ucap Boy dengan penuh amarah, karena lagi-lagi Tita melanggar apa yang diperintah olehnya.


Sudah sangat jelas tadi dirinya memerintahkan Tita untuk masuk ke dalam kamar, tapi bisa-bisanya wanita itu keluar dari kamar hanya untuk kembali ke ruangan ini, dan kemungkinan besar hanya untuk melihat Agam.


Agam yang juga melihat keberadaan Tita langsung memberikan senyumnya pada wanita itu, wanita yang saat ini wajahnya terlihat kesal mungkin karena mendengar perkataan Boy.


"Sekarang pergilah dari apartemenku!" Boy mengusir Agam, lalu berjalan mendekati Tita. "Masuk!" Boy mencengkram tangan wanitanya, ia tidak akan mengijinkan Tita untuk mengobrol bersama Agam.


"B lepaskan tanganku!" Tita berusaha melepaskan cengkraman tangan Boy. "Kak Eve ada di depan, dia ingin mau masuk tapi dilarang oleh Lia dan pengawalmu." Tita berbicara dengan menekan rasa amarahnya, ia berpura-pura tidak mendengar perkataan suaminya tadi yang mengatakan ia tidak berguna.


"Ada Lia yang akan mengurus Eve, kau sekarang ikut denganku!" Boy menarik tangan Tita.


Tapi Tita tidak tinggal diam.


"Aku harus bertemu kakakku, dia datang jauh-jauh kemari untuk melihat keadaanku."


Tadi saat Tita berada di dalam kamar ia mendapatkan telepon dari kak Eve, kakaknya itu mengatakan ada di luar pintu apartemen dan tidak diijinkan masuk. Kak Eve juga mengatakan dia disuruh datang ke apartemen oleh Ayah unta untuk melihat keadaannya, karena ayah nya itu merasa khawatir saat tahu Tita belum pulang ke apartemen.

__ADS_1


"Terserah kau saja!" Boy menghempaskan tangan Tita dengan kasar, padangan matanya menusuk kedalam manik mata wanitanya. "Dan kau A, cepat pergi dari apartemen ku atau aku akan menyuruh pengawal untuk menyeretmu keluar!"


"Baik Tuan Boy Arbeto." Agam segera berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan mendekat kearah Tita dan sepupunya.


"Aku pulang dulu." Ucap Agam pada Tita. "Besok jangan sampai terlambat datang."


Tita tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, ia ikut berjalan di samping Agam karena ingin membukakan pintu untuk kak Eve.


Sementara itu Boy hanya diam menatap punggung Tita dan Agam, dengan tangan yang terkepal erat menahan rasa amarahnya, karena ia tidak akan menunjukkan rasa amarahnya di depan Agam Mateo.


"Tita ...." Eve segera memeluk adiknya saat pintu apartemen terbuka. "Kau baik-baik saja?" Eve menatap Tita dari atas sampai bawah.


"Aku baik-baik saja kak." Jawab Tita dengan tersenyum.


"Syukurlah." Eve mengusap dadanya. "Ayah dan aku begitu khawatir saat B mencari keberadaan mu di rumah, dan —" ucapan Eve terhenti saat ia menyadari ada seseorang yang sejak tadi menatapnya. "Agam ..."


"Dia kenapa?" tanya Eve dengan wajah yang bingung. "Kenapa aku merasa Agam tidak menyukai keberadaan ku?" gumam Eve dalam hati.


"Sudah kak jangan dipikirkan, ayo masuk!" ajak Tita.


Eve pun berjalan bersama Tita memasuki apartemen milik suami adiknya.


"Apartemen yang sangat mewah." Eve tersenyum saat melihat isi ruangan, dan senyum dibibirnya semakin mengembang saat melihat keberadaan adik iparnya.


"B ...." sapa Eve.


Boy menjawab sapaan Eve dengan senyum tipis dibibirnya, lalu mencengkram tangan Tita dengan erat.

__ADS_1


"Kau sudah bertemu dengan kakak mu bukan? Sekarang ikut denganku!" Bisik Boy.


Tita yang ingin sekali melawan dan mengeluarkan semua amarahnya pada Boy, hanya bisa menghela napasnya dengan kasar saat menyadari keberadaan kakaknya diantara mereka.


"Kak aku harus ke kamar dulu, karena ada yang ingin kami—"


"Eve lebih baik kau pulang sekarang!" perintah Boy dengan menyela pembicaraan Tita.


"B ... " Tita terkejut saat kakaknya diusir begitu saja oleh suaminya.


"Diam!" Bisik Boy.


"B aku baru saja datang dan belum berbicara dengan Tita, aku—"


"Masih ada hari esok." Boy memotong pembicaraan Eve lalu menarik tangan Tita, membawa wanitanya itu menuju kamar mereka.


"Boleh aku menginap di sini?" tanya Eve dengan setengah berteriak.


Boy dan Tita menghentikan langkah mereka, lalu saling menatap.


"Ini sudah malam, dan aku ..."


"Tentu saja! Kamar tamu ada di sana." Boy menunjuk letak kamar tamu yang ada di samping kanan.


"Terima kasih B, Tita."


Boy tidak menjawab perkataan Eve, karena baginya ada hal yang lebih penting yang harus dilakukannya segera mungkin yaitu menghukum Tita.

__ADS_1


Sementara Tita hanya tersenyum tipis pada kakaknya, sebelum ia berjalan menuju kamarnya yang berada dilantai atas.


__ADS_2