
__ADS_3
"Bisa-bisa aku jadi gila jika terus begini." Boy mengusap kasar wajahnya.
"Anda memang sudah gila Tuan." Ceplos Liam.
"Apa kau bilang!" Boy menarik kerah kemeja asistennya.
"Ti-tidak Tuan, tadi aku bilang ada orang gila di depan sana." Liam menunjuk kearah depan.
"Mana? Aku tidak melihatnya." Boy mempertajam penglihatannya.
"Tadi ada di sana Tuan, tapi sekarang sudah pergi." Liam tersenyum kaku.
"Ck, kau itu." Boy melepaskan cengkraman tangannya lalu kembali merebahkan tubuhnya.
"Tuan kita mau sampai kapan berada di sini?" tanya Liam sambil merapihkan kemejanya yang kusut. "Jangan bilang kita akan menunggu Nona Tita sampai pulang kerja seperti yang sudah-sudah, karena bisa habis dirinya dimarahi oleh Tuan besar Dafa jika sampai ketahuan, pekerjaannya saat ini hanyalah menemani tuannya yang sudah mulai gila ini."
"Kau jangan banyak bertanya!" jawab Boy dengan ketus lalu menghela napasnya dengan kasar. "Lia apa kau melihat perubahan pada istriku?"
"Istri?" Liam mengerutkan keningnya. " Nona Tita?"
__ADS_1
"Tentu saja Tita, memangnya aku ini punya berapa istri?" geram Boy.
"Satu ..." Liam tersenyum kaku. "Tapi aku kira selama ini Anda tidak pernah menganggap Nona Tita sebagai istri Anda." Lagi-lagi mulutnya kelepasan berbicara.
"Apa kau bilang?" Boy menatap tajam kearah Liam.
"Ti-tidak Tuan, aku tadi—" Liam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Oh my God, lama-lama aku bisa ikut gila jika terus menemani Tuan B menguntit istri nya."
"Sudah lupakan saja, sekarang jawab pertanyaan aku!"
"Pertanyaan yang mana Tuan?" Liam yang sempat ketakutan mendadak eror.
"Aku ingat Tuan .. aku ingat." Ucap Liam dengan cepat, otaknya yang sempat eror langsung kembali berfungsi saat melihat kepalan tangan tuan Boy Arbeto. "Menurutku Nona Tita terlihat lebih cantik dan dewasa."
"Sial! Liam saja mengatakan kalau Tita cantik, bagaimana dengan pria lainnya?" umpat Boy dalam hati dan tanpa terasa kepalan tangannya semakin mengerat.
"Menurutmu apakah seorang Agam Mateo bisa tertarik dengan Tita?" tanya Boy kembali, ia ingin memastikan dari sudut pandang orang lain.
Walaupun sejujurnya ia meragukan jika Agam bisa tertarik dengan Tita, karena setahu dirinya Agam mendekati wanitanya hanya untuk membuatnya marah dan cemburu, sama seperti yang dilakukannya saat di mansion Mars. Apalagi dengan perkataan Agam tempo hari saat dirinya meminta pria itu untuk memecat Tita, Agam mengatakan dengan sangat jelas tidak akan melepaskan Tita sebelum dirinya mengakui sudah mencintai wanita itu.
__ADS_1
"Menurutku kemungkinan besar ada, karena baru kali ini aku melihat Tuan A bisa sedekat ini dengan seorang wanita, bahkan dengan Nona Kejora saja Tuan A tidak terlalu dekat." Jawab Liam. "Lagi pula siapa yang tidak akan tertarik dengan Nona Tita? Aku saja tertarik padanya." Liam tertawa lepas dan langsung terdiam saat menyadari untuk kesekian kalinya ia kelepasan bicara. "Liam otakmu benar-benar sudah gila." Umpatnya dalam hati.
"What? Apa kau bilang?" Boy mencengkram kembali kemeja asistennya. "Berani sekali kau tertarik pada istriku!" geram Boy dengan napas yang naik turun.
"A-ampun Tuan, aku tadi hanya kelepasan berbicara." Liam merutuki kebodohannya. "Habislah kau Liam." Gumamnya dalam hati saat melihat tangan tuannya naik keatas.
"Tu-tunggu Tuan, lihat itu!" Liam menunjuk kearah mobil yang baru saja lewat di depan mereka.
"****!" umpat Boy saat melihat mobil Agam pergi." Cepat ikuti mereka!" Boy tidak jadi memukul Liam karena fokusnya kini pada mobil Agam.
"Baik Tuan." Ucap sang supir.
Setelah beberapa saat, mobil yang di tumpangi oleh Boy berhenti tepat di depan sebuah hotel berbintang lima.
"Apa yang akan mereka lakukan di dalam hotel?" Boy mengepalkan kedua tangannya. "Cepat cari tahu apa yang sedang mereka lakukan?" perintah Boy pada Liam.
"Baik Tuan." Liam segera menghubungi tim Delta yang sejak tadi ditugaskan untuk mengikuti Tuan Agam dan Nona Tita.
"Tuan mereka masuk ke dalam salah satu kamar." Ucap Liam setelah menutup ponselnya.
__ADS_1
"Bajingan." Umpat Boy, ia segera membuka pintu mobilnya. "Berani menyentuh wanita ku, habis kau A!" Boy berjalan memasuki hotel dengan amarah yang membara.
__ADS_2