Dokter Cantik Milik Ceo

Dokter Cantik Milik Ceo
Episode 111


__ADS_3

Veli menarik Aran ke ruangannya, sepanjang jalan saat ia menuju ruangannya ia tak melepas tangan Aran sedikit pun. Hingga Veli terkejut saat Farhan ternyata menunggunya di ruangannya, dengan cepat Veli melepas tangan Aran yang ia pegang.


"Permisi," pamit Farhan dengan perasaan kecewa.


"Mas tunggu," Veli mengejar Farhan dengan cepat ia memegang lengan Farhan.


"Selesaikan dulu masalah kalian," Farhan melepas lengannya yang di pegang oleh Veli, ia pergi begitu saja dengan kecewa. Tadinya ia ingin menemui Veli dan menanyakan segalanya tapi justru yang ia lihat Veli lah yang menarik Aran, api cemburu berkobar begitu saja, rasa kesal benci bercampur menjadi satu.


"Tapi Mas," Veli masih berberat hati untuk membiarkan Farhan pergi.


"Nanti kita bicarakan lagi, Mas masih ada kerjaan," jawab Farhan lalu pergi begitu saja.


Veli menghentakan kakinya kesal, sementara Aran kini malah duduk di kursi kerjanya dengan santai dan tersenyum menatapnya. Veli melangkah mendekati Aran dengan sangat, sangat kesal.


"Aran......" Veli meremas kedua tangannya di hadapan Aran, karena Farhan melihatnya sedang memegang lengan lelaki yang ia benci, "Gara-gara lu, gw berantem sama Mas Farhan, lu liat kan tadi," tangan Veli menunjuk arah pintu yang tertutup.


"Kenapa gara-gara saya?" tanya Aran dengan santainya, bahkan kini ia memainkan ponsel Veli yang tergeletak di atas meja itu, tanpa ada pasword dan tanpa ijin dari si pemilik tentunya.


"Masih nanyak lagi, lu yang buat gw sama pacar gw ribut tau nggak!" kesal Veli yang kini berkacak pinggang.


"Kenapa bisa? Tadi juga kamu yang pegang-pegang saya, itu berarti salah kamu lah," jelas Aran sambil menatap fhoto Veli dan Farhan yang tersimpan di ponsel Veli.


"Heh, balikin," Veli merebut ponselnya, matanya melebar menatap Aran yang duduk santai sambil menatapnya, bagaiman tidak kesal Aran ternyata menghapus semua fhotonya bersama Farhan, "Lu nggak ada ahlak ya, pakek hapus fhoto gw segala lagi," kesal Veli.


"Veli......saya ada meeiting," Aran melihat jarum jam di tangannya kemudian ia berdiri, "Saya harus ke kantor dulu," pamit Aran lalu pergi begitu saja.


"Aran....." Veli dengan cepat mengambil tas tangan warna putih kesayangannya dari atas meja, lalu ia mengejar Aran yang sudah berjalan lebih dulu darinya, "Aran urusan kita belom selesai ya," kata Veli mengejar Aran.


Aran yang mendengar Veli mengatakan demikian, dengan reflek berhenti dan berbalik, namun sayang kalau bagi Veli ini musibah mungkin bagi Aran ini adalah anugrah. Sebab ketika ia berbenti mendadak lalu berbalik Veli malah menabraknya, dan hampir terjatuh dengan cepat Aran melingkarkan tangannya di pinggang Veli, hingga posisi mereka seperti berpelukan. Sementara Veli dengan kuat mencengkram kerah jas yang di gunakan Aran agar tak terjatuh.

__ADS_1


"Aaaaaaa," terdengar suara Veli yang sedikit ketakutan.


Sejenak pandangan keduanya bertemu, manik mata itu saling tatap dengan cukup dalam.


"Ehem," Farhan yang berjalan menuju ruang operasi tanpa sengaja melewati keduanya, dan melihat Aran dan Veli yang sedang saling memeluk. Namun Farhan tak perduli ia berlalu begitu saja.


"Sial," gumam Veli sesaat setelah ia mendengar deheman Farhan, dengan cepat ia pun melepaskan diri dari Aran.


Aran diam dan ia berbalik untuk kembali melanjukan perjalanannya menuju perusahaan, sekilas ia tersenyum samar mengingat apa yang telah terjadi barusan. Senyum kemenangan juga sepertinya berpihak padanya, bahkan tanpa di duga Farhan melihatnya dan Veli dalam posisi yang sangat menguntungkannya.


"Aran tunggu!" Veli masih tidak puas dan ia kini masih mengejar Aran.


Aran tak perduli kini ia masuk ke mobil miliknya karena tadi ia mengirim pesan pada supir untuk menjemputnya.


"Aran tunggu," Veli juga dengan cepat masuk ke mobil Aran, ia tak perduli apa tanggapan Aran yang jelas urusan mereka belum selesai dan ia ingin meluruskan semuanya. Agar Aran tak terus-terusan mengganggunya.


"Katakan cepat!" perintah Aran, kini mobil sudah di kemudikan supir Aran menuju kantor ia menunggu Veli berbicara. Pandangannya mengarah keluar dengan tangan terlipat di dada.


"Aran lihat aku, aku tidak mengerti apa mau mu. Yang jelas aku mohon jangan ikut campur dalam urusan ku, aku tidak menyukai mu tidak akan pernah. Kalau kau ingin berteman dengan ku baik.....tidak masalah, tapi satu. Aku mau kau jangan campuri urusan ku, aku mohon Aran," pinta Veli penuh harap bahkan kali ini ia berbicara dengan sangat sofan, tanpa kata lu dan gw sungguh hal yang luar biasa.


Sementara Aran kesal, lagi-lagi Veli mengatakan tak menyukainya, siapa yang tak menyukai Aran Rianda hanya wanita yang ada di sampingnya yang berkata demikian. Lalu Aran akan menerima? Tentu saja tidak! Tidak ada yang bisa menolaknya kecuali ia yang menolak wanita, seperti itulah selama ini yang terjadi. Dan tekat itu sudah bulat Veli harus jatuh hati padanya dan ia akan campakan setelah itu.


"Kau bicara sangat tidak sopan!" jawab Aran yang kini beralih menatap Veli.


"Heh, gw emang nggak suka sama lu, dan gw benci sama lu, sipat lu tu aneh tau nggak? Bisanya hancurin hubungan orang, gw cinta banget sama Mas Farhan tapi lu udah buat gw sama dia putus. Gw udah tawarin pertemanan. Tapi lu malah gini sama gw," kesal Veli setengah berteriak di wajah Aran.


"Hey, dengar saya baik-baik, kalau orang itu benar-benar cinta sama kamu, dia bakal pertahanin kamu apa pun yang terjadi tanpa perduli arang yang melintang di hadapannya, bukan seperti kekasih tercinta mu itu yang belum apa-apa udah nyerah, cinta apaan coba yang model begitu!" kata Aran tak kalah kesal.


"Itu bukan urusan lu, yang jelas gw benci sama lu. Lu itu pengacau, gw doa in lu nggak dapat jodoh," kesal Veli yang kini hampir turun karena mobil sudah berhenti tepat di depan gedung megah milik Aran, sopir langsung turun dan meninggalkan dua anak muda yang sedang bertengkar itu.

__ADS_1


"Hey," Aran mencengkram erat lengan Veli agar tak turun sebelum ia yang mengijinkannya.


"Apa lagi?" tanya Veli yang kini kembali menatap Aran.


Sial bibirnya menggoda banget!, Aran bulan puasan.


"Kalau saya nggak jodoh berarti kamu harus jadi jodoh saya," jawab Aran yang membuat Veli melongo seketika.


"Heh, sorry.....amit-amit deh, gw sama lu. Mending gw jadi perawan tua," ketus Veli.


"Emang kamu masih perawan?" tanya Aran menatap Veli dengan intens.


"Masihlah, emang lu pikir gw cewek apaan!"


"Saya nggak percaya, ayo buktikan," Aran menarik lengan Veli untuk ikut bersamanya.


"Buktikan apanya," kesal Veli yang kini menghempaskan tangan Aran.


"Buktikan kalau kamu masih....." Aran menaik turunkan kedua alis matanya, ia menatap Veli hingga membuat Veli bergidik.


"Jangan kurang ajar, kita belum menikah," kata Veli yang kini sudah berada dalam lift bersama Aran.


"Kalau begitu mari kita menikah saja," jawab Aran.


TING.


Kini mereka sampai di ruangan Aran.


"Dasar gila, gw nggak mau sama lu, lu bukan tipe Gw!"

__ADS_1


__ADS_2