
__ADS_3
"Anggia" Berkali-kali Ratih memanggil nama itu tapi sama sekali tidak ada respon sedikit pun.
"Mi," Bilmar menitihkan air matanya karena tidak sanggup melihat keadaan Anggia.
"Bil, Anggia kenapa?" tanya Ratih yang masih bingung.
"Anggia sekarang....."Bilmar menangis dan memeluk Ratih dengan cepat, ia tak kuasa melihat keadaan Anggia.
"Anggia," lagi-lagi Ratih memanggil nama itu, namun Anggia hanya diam dan menatap dinding dengan pandangan kosong.
Veli yang duduk di sofa bangun dan menderkati Ratih yang sedang di peluk Bilmar.
"Nyonya dokter Anggia mengalami gangguan mental, dan dia membutuhkan Psikiater," dengan perasaan sakit Veli terpaksa mengatakan itu, sungguh Veli juga merasa iba dengan keadaan Anggia.
"Ap-apa? gangguan mental, maksudnya dia depresi?"
"Iya Nyonya."
Anggia mulai menyatukan dan meremas kedua tangannya, tiba-tiba tubuhnya berkeringat, dan ia mulai tertawa dan berbicara sambil menangis tanpa sebab yang jelas.
"Hiks, hiks, hiks." Anggia terus menangis sambil tanggannya saling meremas.
"Kembalikan anak ku, kenapa kalian membunuhnya!" teriak Anggia sambil menarik rambutnya.
"Anggia," Ratih memegang pundak Anggia namun tidak ada respon sedikit pun.
"Kalian jahat hiks, hiks."
"Anggia anak kamu masih ada, dan kamu harus sembuh," seru Ratih sambil terus meyakinkan Anggia.
"Anak ku masih ada," tanya Anggia tiba-tiba.
"Iya," jawab Ratih dengan cepat.
"Anak ku sudah mati, dan Brian yang membunuhnya, kau tau mungkin Bilmar ayah kandung dari anak ku itu juga ikut membunuhnya," ucap Anggia yang tidak jelas.
__ADS_1
Ratih pikir Anggia tadinya sudah baik-baik saja namun saat mendengar jawaban aneh dari mulut Anggia dengan tiba-tiba airmata Ratih menetes begitu saja.
"Bil, semenderita itukah Anggia? Hingga kini keadaan seburuk ini."
Ratih tidak sanggup melihat keadaan Anggia, wanita itu yang biasanya sangat lembut dan sopan kini berubah kasar, karena depresi.
"Anak mu masih ada, dan kamu tidak perlu sedih."
Lagi-lagi Ratih mencoba berkomunikasi dengan Anggia, namun Anggia bagai jasad mati. Yang hanya berteman sepi dengan perasaan yang sangat hancur.
"Ahahahahaa, anak ku mati aku juga ingin mati dan aku akan membunuh Brian juga. Dan kami akan mati bersama," rancau Anggia tidak jelas sambil memainkan jarinya seolah ia sedang menghitung dan tiba-tiba ia diam kembali dengan pandangan yang kosong.
"Hiks,hiks, ini salah kamu Bilmar, karena kamu Anggia menderita andai kamu tidak melakukan itu padanya. Semua ini tidak akan terjadi!" teriak Ratih memgungkapkan kekecewaannya pada sang anak.
"Mi," Bimar mencoba menenangkan Ratih dengan memeluk Ratih.
"Jangan sentuh Mami," Ratih menepis tangan Bilmar yang hendak memeluknya.
"Bilmar minta maaf Mi."
"Bilmar bakalan ngelakuin cara apapun Mi buat Anggia sembuh, kalau perlu Anggia di bawa ke luar negeri Mi."
"Goblok, anak tolol, yang Anggia butuhkan itu bukan cuman obat dan dokter, dia juga butuh seseorang yang membuat hatinya tenang. Tidak semua penyakit bisa di selesaikan dengan uang Bil." Kesal Ratih.
Sejenak Bilmar diam dan bingung harus melakukan apa, Bilmar merasa tubuhnya lemas ia duduk di sofa sambil memijat dahinya. Bilmar tidak menyangka kesalahan yang ia buat bukan hanya menyakiti Anggia saja yapi juga hati Ratih sang ibu kandung yang justru menyalahkan dirinya yang salah dalam mendidik anaknya.
"Kamu tau Bil, dalam sujud Mami selalu berdoa kamu menjadi anak yang baik, dan kamu tau Bil? Mami berharap kamu bisa seperti Papi kamu yang selalu menyayangi Mami dan tidak pernah menyakiti Mami. Bukan malah menjadi bajingan seperti kamu Bil. Mami kecewa Bilmar, Mami kecewa sama kamu."
"Bilmar minta maaf."
"Entah sifat siapa yang kamu warisi Bilmar, yang jelas dalam keluarga Mami maupun dalam keluarga Papi belum ada yang berbuat senekat kamu menghamili istri orang. Apa dosa Mami hingga bisa melahirkan anak sebrengsek kamu."
Ratih meremas baju di bagian dadanya, menandakan bertapa sakitnya hati wanita itu. Veli mendekati Ratih dan mencoba memeluk Ratih. Jujur saja Veli merasa terharu dengan sikap Ratih yang terlihat begitu memikirkan Anggia dan Anggia beruntung bila ia tahu kini ada wanita yang bisa memberikan kasih sayang ibunya yang telah menghadap sang Ilahi.
"Mi, Bilmar akan menebus kesalahan Bilmar."
__ADS_1
"Kamu tau Bil, ibu dan ayah Anggia di sana pasti kecewa Bil, sangat kecewa menyaksikan anaknya seperti ini dan kau manusia yang paling berdosa Bilmar apa yang bisa kamu pertanggung jawabkan di hadapan ibu dan ayah Anggia."
Ratih kesal sangat kesal pada Bilmar, hingga ia terus meluapkan perasaan kecewanya. Veli hanya bisa memeluk Ratih karena Ratih tidak mau di sentuh sedikitpun oleh Bilmar.
"Mi," Bilmar merasa sedih karena lagi-lagi Ratih menolak saat Bilmar ingin memeluknya.
"Kamu butuh maaf Mami?" tiba-tiba Ratih mengeluarkan pertanyaan itu, Bilmar sekarang tahu kalau sang mami tidak memaafkan nya.
"Iya," jawab Bilmar dengan sangat berharap, ia tidak pernah menyakiti hati Ratih, namun kali ini ia menyakiti dua wanita sekaligus. Surga yang selalu ada untuknya dan itu Ratih sang Mami. Dan wanita yang sangat ia inginkan menjadi bidadari surganya.
"Kamu beli rumah, dan bawa Anggia kesana dengan seorang dokter kandungan dan psikiater untuk merawat Anggia. Mami tidak mau Anggia di bawa keluar negeri Mami ingin merawat Anggia, kalau kamu bawa keluar negeri Mami tidak bisa ikut. Dan Mami tidak mau tahu tidak boleh ada yang tahu tentang rumah itu terutama Brian kamu harus siapkan penjagaan di sana."
Sejenak Bilmar diam dan memikirkan saran dari Ratih, menurut Bilmar itu saran yang bagus, lagi pula bila Anggia di bawa keluar negeri ia pun tidak bisa selalu menjaga Anggia setiap waktu. Karena Bilmar harus kembali ketanah air dan bolak-balik keluar negeri.
"Iya Mi."
"Ingat Bilmar Rianda kalau Anggia tidak sembuh, jangan lagi kau panggil aku Mami."
"Mami kenapa bicara begitu?" Bilmar shock mendengar ucapan Ratih.
"Kau tidak bisa menghargai seorang wanita dan aku pun seorang wanita, jadi aku tidak sudi bila kau tidak menghargai aku menyebut ku Mami."
"Mi."
"Apa kau dengar apa yang tadi aku ucapkan?"
"Iya Mi."
Bilmar baru tahu dengan sifat Ratih yang tegas, selama ini Ratih yang terlihat periang dan selalu ceria hidupnya yang penuh humoris berubah seperti srigala yang siap menerkan siapa saja. Sunggu saat di usia Bilmar sudah menginjak 29 tahun ini ia baru tahu sikap tegas seorang Ratih.
****
...YUKyang mau Novelnya di lanjut jangan lupa ...
...VOTE...
__ADS_1
Author Up tergantung Vote, makasih Readers murah hatiππβ€π
__ADS_2