Dokter Cantik Milik Ceo

Dokter Cantik Milik Ceo
Episode 50


__ADS_3

Malam ini Anggia dan Bilmar hanya makan malam berdua saja, sebab tidak ada dua orang jail yang sukanya menggoda keduanya. Siapa lagi kalau bukan Sinta dan Veli.


Bilmar dan Anggia makan dalam diam, Anggia biasa saja setelah kejadian sore tadi, mungkin karena ia tidak memiliki perasaan apa-apa pada Bilmar. Lalu bagaimana dengan Bilmar? Bilmar seperti orang bodoh hanya untuk menatap Anggia pun ia tidak memiliki keberanian.


"Tuan," panggil Anggia, entah apa yang terjadi pada wanita itu yang biasanya pendiam dan lebih suka menyendiri kini terlihat lebih banyak bicara. Mungkin saja faktor kehamilan yang banyak membawa energi bahagia padanya, atau juga ia merasa kini lebih baik.


"Ya," Bilmar menatap Anggia yang duduk saling berhadapan dengannya.


Ya ampun adik cantik banget si malam ini, Mami cepat pulang! Sebelum anak mu yang tampan ini khilaf lagi.


Rasanya Bilmar tak mampu mengalihkan pandangannya, Anggia dengan rambut setengah basah yang terurai panjang. Belum lagi bibir pink wanita itu merah merekah dan yang membuat Bilmar ingin meneteskan air liur adalah, Anggia yang menggunakan gaun tidur. Padahal dada Anggia tertutup rapi, tapi mungkin memang dasarnya otak Bilmar kotor hingga di mata Bilmar ujian malam ini terasa lebih berat.


"Tuan!"


"Eh," Bilmar tersadar dari pikiran kotornya dan menggaruk tengkuknya dengan perasaan canggung, "Kenapa?" Bilmar kembali untuk tetap percaya diri.


"Itu," Anggia menunjuk piring Bilmar.


Bilmar menatap piringnya, "Tuan yakin hanya makan sambel sebanyak itu?" Anggia bingung sebab dari tadi Bilmar tidak memakan nasi tapi hanya sambal buatan pak Nan yang super pedas, atas permintaan Anggia.


"Hehehe," Bilmar mengetuk dahi merutuki kebodohannya.


Pantes dari tadi aku ngerasa pedas dan nggak kenyang-kenyang. Ternyata aku makan sambel dong.


Bilmar mendeguk saliva merutuki kebodohannya sendiri, "Ia tadinya saya lihat sambelnya kayak enak bikin saya jadi selera banget," Bilmar berdalih sambil kembali minum air, entah berapa gelas air yang sudah di minum Bilmar. Yang jelas dari tadi ia merasa pedas sekali, ia pikir karena melihat Anggia yang begitu sexy, ternyata karena ia makan sambal yang sangat pedas tanpa pakai nasi.


"O," Anggia mengangguk mengerti, "Tapi sebaiknya pakai nasi tuan, kalau makan sambal pedas saja bisa sakit perut." Anggia mengambil piring Bilmar dari kejauhan, hingga tubuh Anggia condong pada Bilmar.


Hareudang, hareudang. Bil nyebut Bil. Adik manis jangan uji terus keimanan Mas ganteng yang sangat lemah, bila berhadapan dengan mu sayang.


Tubuh Bilmar terasa berkeringat, saat melihat gundukan Anggia yang setengah terlihat menyembul lewat atasannya.


"Ini," Anggia kembali meletakan piring milik Bilmar setelah berisi nasi dan lauk, tidak lupa Anggia juga mengurangi sambal yang tadi sangat banyak di piring Bilmar, "Tuan berkeringat? Apa segitu pedasnya sambel itu, wajar sih tuan ngerasa pedas kan dari tadi tuan makan sambel tanpa nasi." Tutur Anggia.

__ADS_1


"Iya makasih," Bilmar melanjutkan makan malamnya dengan baik dan benar, tidak seperti sebelumnya yang hanya makan sambal saja.


Keduanya kembali makan dalam diam, hingga makan malam selesai.


"Kamu mau ngapain?" Bilmar melihat Anggia berdiri dengan tangan mengangkat piring.


Sejenak Anggia mengurungkan niatnya, yang ingin membereskan meja makan, "Saya mau cuci piring tuan," jawab Anggia dengan menatap Bimar.


"Letakan kembali," Bilmar menunjuk piring yang ditangan Anggia.


"Tapi tuan."


"Berhenti memanggil ku tuan, kau bukan pembantu di sini!" ucap Bilmar dengan tegas.


"Saya ingin membereskan semuanya, saya juga nggak ada kerjaan di rumah ini," jujur saja Anggia merasa tidak enak hanya menumpang tinggal, tanpa bisa melakukan apa-apa.


"Ya sudah, mulai sekarang kamu yang kerjakan semuanya, biar semua pembantu yang butuh uang untuk membiayai anak-anak mereka saya pecat!"


Polos bener ni calon emak anak gue, jadi inget pas dia gue polosin dulu. Sexy bener, Tuhan pengen kawin sama manusia yang di hadapan ku ni. Tolong jodohkan kami, kalau tidak jodoh buat kami berjodoh.


"Ya sudah kalau kamu nggak mau, jangan pernah kerjakan perkerjaan mereka."


"Iya tapi saya bingung mau ngerjain apa di rumah ini tuan," jawab Anggia.


"Mijitin saya aja," gumam Bilmar.


"Mi...mi apa tadi tuan bilang? Hehehe saya nggak dengar," Anggia menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sebab Bilmar berbicara dengan suara yang pelan, hingga telingga Anggia tidak mampu menangkap dengan baik.


"Nggak apa-apa, kalau kamu nggak ada kerjaan besok kita jalan-jalan biar kamu ada kerjaan," tutur Bilmar.


"Iya tuan, saya tetuju kalau jalan-jalan, saya bosan di rumah terus?"


"Asal jangan bosan sama saya!"

__ADS_1


"Sama tuan saya nggak bosan kan tuan baik," kata Anggia.


TUUUARRRRT.


Tiba-tiba listrik padam Anggia mendadak panik dan langsung mendudukan tubuhnya di bawah meja makan.


"Hiks, hiks," Anggia yang tidak bisa memeluk lutut karena terhalang perut yang sedikit membuncit hanya bisa menutup mata dengan kedua telapak tangannya.


"Anggia," Bilmar merasa panik, dengan segera ia menyalakan ponsel untuk mendapat cahaya agar bisa melihat Anggia.


"Tuan.....hiks hiks, saya takut hiks hiks," Dokter yang biasa melihat darah dan mayat itu kini seperti mendadak ketakutan, karena trauma yang di berikan Brian padanya.


Bilmar menarik Anggia dari bawah kolong meja dan memeluknya.


"Jangan takut ada saya," tutur Bilmar tangannya mengelap peluh yang membasahi wajah Anggia.


"Jangan jauh-jauh ya tuan," Anggia berbicara dengan hati-hati ia takut Bilmar menolak ia bisa mati ketakutan.


"Ya," jawab Bilmar.


Satu jam sudah lampu mati, selama itu pula Anggia berada dalam pelukan Bilmar. Bahkan Anggia sudah tertidur, sekarang bukan lagi Anggia yang berkeringat dingin tapi Bilmar, yang merasa hawa semakin panas terasa mencekam.


Dengan menahan rasa panas Bilmar mengangkat tubuh Anggia, menuju kamar dan membaringkan wanita itu. Dengan sadar atau tidak Anggia memeluk Bilmar hingga Bilmar juga terpaksa tidur di sampingnya, entah terlalu nyaman yang Anggia rasakan hingga ia memeluk tubuh Daddy dari baby kembarnya itu dan tak ingin lepas.


"Sobat terbaik ku, tetap tenang ya di sana dia belum milik kita, nanti kalau sudah jadi milik kita. Baru kita bongkar gudang lagi ya," gumam Bilmar di sela ketingat dingin yang mengguyur tubuhnya.


Setelah Anggia tertidur pulas, Bilmar dengan susah payah melepaskan diri dari Anggia. Ia tidak ingin khilaf lagi, tadi hampir saja tangan nakalnya mengarah pada dua benda kenyal yang terlihat menantang.


"Hhuffp, akhirnya," Bilmar bernafas lega saat berhasil melepaskan diri dari Anggia.


****


Jangan lupa VOTE ya kalau nggak kiata jumpa besok, saya juga lagi ada kesibukan. Kalau ada yang VOTE saya usahanin tetap up.

__ADS_1


__ADS_2