
__ADS_3
Hai semuanya, Othor rempong mau promo nih ......
Jangan lupa ya teman-teman mampir di novel Othor ini. Othor rempong tunggu loh......
SELAMAT Membaca......
Setelah beberapa kali Sasa dan Brian melakukan olah raga pagi Sasa terkapar lemah, ia sudah tidak sanggup membuka matanya saja. Brian khawatir akan kondisi Sasa saat ini, sebab perut Sasa terdengar berbunyi dan di sana ada bayi Brian yang sudah lelah dan sangat lapar. Brian membuatkan jus, dan ia berusaha membangunkan Sasa untuk meneguk jus tersebut. Namun Sasa tetap saja tertidur dengan lelap, sebenarnya Brian sedari tadi ingin menyudahi permainannya akan tetapi Sasa masih ingin dan Brian pun tidak akan menolak tentunya. Hanya saja ia takut hal buruk terjadi pada janin Sasa, hingga ia berusaha menahan diri, tapi istri ya itu tampaknya sangat berkeinginan untuk mendapatkan itu semua hingga keduanya berulangkali mencapai manis madu cinta bersama.
"Sa, bangun......" Brian menepuk pipi Sasa dengan berulang kali, "Sa, Ma buatkan jus untuk mu, minum sedikit saja," Brian terus berusaha membangunkan Sasa namun Sasa tidak juga bangun, dan hari sudah cukup siang sementara Sasa belum makan.
Satu jam kemudian jam menunjukan pukul dua belas siang dan Sasa masih tertidur dengan lelapnya, Brian kembali mencoba membangunkan Sasa, "Sa, bangun......kamu belum sarapan, hari sudah siang."
"Mas....aku capek banget......" terdengar suara Sasa yang lemah, bahkan ia berbicara tanpa membuka matanya.
"Sa, makan dulu ya......perut kamu dari tadi bunyi terus, kasihan yang didalam Sa," terang Brian mengutarakan kepanikannya.
"Iya," Sasa berusaha membuka mata, ia memakaikan pakaiannya yang tercecer di lantai.
"Kamu mau Mas bantu?"
"Nggak usah Mas, aku bisa kok."
"Iya udah, Mas tunggu disini, cepat gosok gigi tidak usah mandi. Setelah makan saja mandinya, biar Mas yang menyuapi."
"Em......."Sasa mengangguk dan masuk ke dalam kamar mandi, lama Sasa berada di dalam kamar mandi hingga membuat Brian khawatir.
"Sasa," Brian memutar gagang pintu kamar mandi, tapi pintunya terkunci, "Sasa....."
TOK....TOK.....TOK......
Brian beberapa kali mengetuk pintu tapi Sasa, tidak kunjung membukanya hingga akhirnya Brian meminta kunci cadangan pada pelayang dan dalam sekejap pintu terbuka. Mata Brian melebar saat melihat Sasa duduk di lantai dan bersandar di dinding.
"Sa, bangun......" Brian menepuk pipi Sasa agar Sasa bangun namun beberapa kali Brian mencoba Sasa tidak juga bangun, "Sasa....." Brian langsung mengangkat Sasa dan membaringkannya ke atas ranjang, lalu ia kembali mencoba membangunkan Sasa. Dan mata Sasa terbuka namun wajahnya terlihat sangat pucat.
"Mas....haus....." kata Sasa dengan suara pelan
"Iya, ayo minum dulu," Brian mencoba mendudukan Sasa dan memberikannya minum.
__ADS_1
"Lapar Mas," Sasa merasa tubuh nya sangat lelah, bukan hanya lelah tapi juga lapar sebab ibu hamil itu sama sekali belum makan apa pun sejak pagi tadi. Di tambah lagi olahraga panas mereka pagi tadi membuat tubuh Sasa semakin terasa lelah.
"Ayo buka mulut."
Sasa mengunyah makanannya dengan mata yang tertutup, bahkan Sasa merasa makanan itu sangat lama sekali habis. Matanya sangat mengantuk sekali.
"Mas udah ya," Sasa kembali membaringkan tubuhnya di ranjang, dan dalam sekejap ia kembali tertidur dengan lelap.
Jam menunjukan pukul dua siang, Sasa merasa tubuhnya menjadi lebih baik. Ia duduk di ranjang dan memandangi sekitarnya.
"Mimpi ku terlalu indah, jadi malas bangun," kata Sasa sambil membuka selimut dan ia turun dari ranjang. Sasa masuk ke dalam kamar mandi, dan mulai mengguyur tubuhnya di bawah shower. Ia masih membayangkan mimpi indah nya tentang Brian yang mengatakan cinta pada nya terasa begitu nyata, akan tetapi itu terlalu mustahil bagi Sasa. Selesai Sasa mandi ia keluar, dan melihat Brian kini sudah duduk di sisi ranjang dan menatapnya.
"Apa sudah lebih baik?" tanya Brian.
"Apanya?" tanya Sasa.
"Apa kau sudah pikun?" Brian mendekati Sasa dan memeluk nya dengan cepat, tidak lupa Brian juga merapikan rambut Sasa yang menutupi wajahnya.
"Mas kenapa?" tanya Sasa bingung, ia masih berpikir apakah yang terjadi tadi pagi itu nyata atau hanya mimpi.
"Sayang, ada apa dengan mu? Apa olah raga pagi tadi terlalu membuat mu lelah, hingga kau kehilangan ingatan mu?" seloroh Brian.
"Sayang.......kau kenapa?"
"Sayang?" Sasa bertanya pada dirinya sendiri tentang panggilan Brian yang menurutnya masih terdengar aneh, "Jadi yang pagi tadi itu nyata?" Sasa bergumam tidak jelas dan mengingat pertapa ia sangat agresif saat itu, wajah Sasa mendadak merah saat kembali mengingat hal tersebut.
"Hey kamu kenapa?" tanya Brian yang masih memeluk Sasa bahkan tanpa melepaskannya.
"Em......" Sasa menutup mata dan menarik napas dengan dalam, ia terlalu malu mengingat apa yang terjadi pagi tadi.
"Ayo....." Brian langsung mengangkat Sasa, yang hanya berdiri mematung saja.
"Mas....." Sasa terkejut dan langsung melingkarkan tangannya di leher Brian.
"Kau kenapa?" Brian duduk di atas sofa dengan memangku Sasa, "Kamu kenapa?" Brian mengangkat dagu Sasa yang tertunduk.
"Mas," Sasa menatap Brian dan ia terlihat ragu untuk bertanya.
"Ada apa?" Brian tidak diam ia mengigit kecil tengkuk Sasa, hingga membuat Sasa sedikit risih dengan perlakuan Brian yang masih belum terbiasa ia rasakan.
__ADS_1
"Mas, apa Mas serius sayang sama aku?"
Brian menatap Sasa, ia tidak menjawab tapi ia menarik tengkuk Sasa dan melahap habis bibir manis istri tercintanya.
"Mas," Sasa mendorong Brian, sebab ia masih ingin mendengar jawaban Brian.
"Menurut mu?" Brian tidak menjawab, yang ada ia kembali bertanya dan kembali mengigit kecil tengkuk Sasa hingga menyisakan keunguan.
"Mas, jawab dong, aku turun aja deh....."
"Apa perlu Mas ulangi lagi?" Brian tidak membiarkan Sasa turun dari pangkuannya, yang ada ia semakin mengencangkan pelukannya agar Sasa tidak bisa turun.
"Mas......"
"Em........" Brian masih terlalu fokus pada mainannya, yaitu menghisap tengkuk Sasa.
"Mas....."
"Sayang kita olah raga lagi yuk?"
"Mas ngomong apa sih.....!"
"Kenapa?"
"Mas sayang nggak sama Sasa?"
"Iya Sahara aku mencintai mu, sejak dulu kini dan selamanya!" jelas Brian.
Sasa diam, dan kini ia yakin yang pagi tadi bukan lah mimpi tapi nyata terjadi.
"Jawab Mas, lihat Mas sekarang" Brian mengangkat dagu Sasa yang tertunduk agar pandangan keduanya bertemu, "Apa di sini ada Mas?" Brian memegang dada Sasa sambil bertanya seolah apakah Sasa mencintainya.
Sasa diam ia sambil terus menatap Brian.
"Sasa jawab, apa kau mencintai ku?"
Sasa membuang wajahnya ke lain arah agar tidak menatap Brian, ia masih sangat malu bila harus menjawab pertanyaan sederhana namun penuh makna itu.
"Sasa.....tatap Mas," kata Brian lagi, "Jawab."
__ADS_1
Sasa tidak menatap Brian tapi ia mengangguk saja, mengiyakan apa yang di katakan oleh Brian. Dan Brian menganggap itu sebagai jawaban iya.
__ADS_2