
__ADS_3
Veli perlahan mulai membuka mata sesaat setelah kesadaran datang menghampirinya, Ratih dan juga Laras teesenyum melihat Veli.
"Ma, dari tadi Veli tidur ya?" tanya Veli tersenyum, Laras dan Ratih saling melempar pandangan mendengar pertanyaan Veli, "Alhamdulilah......berarti Veli nggak nikah beneran sama Aran," Veli mengusap wajahnya menandakan perasaan lega.
"Veli kamu kenapa bicara begitu?" Laras mengutarakan pertanyaan.
Veli tersenyum pada Laras, perasaannya kini sangat bahagia.
"Tadi Veli mimpi nikah sama Aran, tapi untuk cuman mimpi Ma. Mimpi buruk yang semoga nggak akan pernah jadi nyata," tutur Veli menangkup kedua tangannya seperti berdoa lalu menelungkupkan kedua telapak tangan pada wajahnya.
"Sayang," Laras duduk di sisi ranjang, begitu juga dengan Ratih, "Kamu tidak mimpi nikah sama Aran, kamu memang sudah menikah sama Aran Nak," Laras mengusap punggung Veli.
"Yaampun......" Veli mengetuk kepala dengan mengpalkan tangannya, "Jadi itu bukan mimpi Ma?" tanya Veli lagi, Laras menggeleng dengan senyum yang kaku.
"Veli kamu makan ya Nak," Laras mulai menyuapi Veli, tapi di tolak begitu saja.
"Veli nggak selera makan Ma," Veli kembali membaringkan tubuhnya.
Laras menarik nafas dengan panjang, dan menghembuskannya dengan kasar.
"Veli, kamu harus makan, nanti kamu sakit. Mama takut Papa marah," ucap Laras.
"Ck....." Veli kembali duduk, mendengar ucapa Laras yang menyebut Papah Veli tak berani lagi untuk membantah.
"Bagaimana keadaan mu?" tanya Ratih.
"Keadaan ku sangat buruk Mi," Veli memeluk Ratih dengan erat.
"Kenapa buruk? Biasanya orang sehabis menikah itu bahagia, hati berbunga-bunga," seloroh Ratih.
"Bahagia dari hongkong, orang nikah itu pakek acara lamaran, terus pakek resepsi, dan banyak lagi, ini bukan bahagia Mi," kesal Veli.
"Aran, ternyatan Veli ingin resepsi," kata Ratih pada Aran yang baru saja masuk.
Aran hanya diam saja, sementara Veli malah semakin kesal melihat wajah Aran.
"Mami apa sih, nikah sama Aran nggak termasuk tau Mi, ini bukan bahagia tapi musibah," ketus Veli.
"Veli Mama nggak suka ya kamu bicara tidak sopan, apa lagi pada suami kamu sendiri," ucap Laras memperingatkan Veli.
"Sebenarnya anak Mama Aran atau Veli sih?" tanya Veli kesal.
"Sama saja kalian itu sepaket, di mana ada Aran di situ ada Veli. Begitu juga sebaliknya," jelas Laras.
"Jeng, kita keluar yuk nggak enak gangguin penganti baru," kata Ratih menggoda Veli.
"Mami apa sih, Aran lu ngapain masih di kamar gw keluar sono......" kata Veli dengan emosi.
"Veli, Aran suami kamu dan dia tidur di sini, berani kamu tidak sopan pada Aran, nanti Mama panggil Papa kesini buat ngajarin kamu, Mau?" tanya Laras, Veli menggeleng karena takut.
__ADS_1
"Mama ngancam mulu!" kesal Veli.
"Makan makanan ini sekarang, terus itu obatnya, ingat Papa masih marah sama kamu jangan sampai Papa semakin marah," kata Laras sebelum keluar bersama Ratih dari kamar Veli.
"Ck," Veli tak perduli Aran yang kini menatapnya, Ia mulai menyuapi makanya dengan lahap.
"Kelaparan apa doyan?" tanya Aran.
"Gw lagi makan butuh energi kalau lu berani macem-macem sama gw," ketus Veli.
Aran memicingkan mata menatap bertapa konyolnya Veli, ia duduk di sofa dan menatap Veli.
"Heh.....jangan liat-liat gw, gw tau gw cantik, tapi lu nggak termasuk tipe gw," kesal Veli meletakan piring kosong dan mulai mendeguk air putih.
"Ck.....udah malam, saya mau tidur," Aran merebahkan tubuhnya di ranjang.
"Ngapain lu tidur di ranjang gw!" kesal Veli sambil turun dari ranjang.
"Itu mulut bisa di ubah nggak!" Aran menatap tajam Veli, "Kenapa kalau saya tidur di sini," tanya Aran.
"Nggak boleh lah, gw nggak sudi tidur berdekatan sama lu, apa lagi satu ranjang," Veli berkacak pinggang menatap Aran.
"Ok.....saya turun dan keluar dari kamar ini, tapi kalau Papa tau saya bilang saja kau tidak mengijinkan ku di sini," Aran turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu.
"Aran," Veli mengejar Aran dan memegang lengannya, "Jangan main Papa dong, Ok....lu boleh tidur di sini," kata Veli dengan terpaksa.
"Aku tidak tertarik," Aran memegang gagang pintu, namun Veli kembali mencegahnya.
"Baiklah, tapi ada syaratnya," kata Aran dengan senyum misterius, hingga membuat Veli bergidik.
"Sya....rat? Syarat apa?" Veli menatap penuh tanya.
Aran menatap Veli dengan intens.
"Heh...jangan bilang?" Veli menyilangkan dua tangannya di dada demi melindungi diri.
"Nggak nafsu, apaan cuman sekecil gini," Aran menunjukan jempaolnya pada Veli.
"Sialan lu," kesal Veli sebab merasa di remehkan Aran.
"Coba buka kalau besar buktikan?" kata Aran dengan konyolnya.
"What? Jangan macam-macam lu ya," Veli menjauh dari Aran dengan perasaan was-was.
"Nggak beranikan, emang kecil lah sesuai dugaan," kata Aran lagi.
"Heh lu bener-bener nggak sopan ya," Veli melempar kemoceng pada Aran, namun Aran berhasil menghindar hingga tak mengenainya.
Aran menaikan alisnya melihat tingkah kocak Veli.
__ADS_1
"Saya tidak suka kamu panggil saya Aran, itu tidak sofan ingat panggil saya Mas!" jelas Aran.
"Whahahahahh," Veli tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Aran, "Mas? Mas imitasi kali ya....Whahahah," Veli terus saja tertawa lucu karena Aran.
"Ok, saya keluar!" Aran kembali mengancam Veli.
"Eh....jangan lah, tar gw di marah Papa," kata Veli, "Ok...gw panggil lu Mas, Whahahah, nggak sekalian bebeb aja, Hahahah," Veli masih tak bisa menghentikan tawa karena permintaan Aran yang menurutnya konyol.
BUUUK.
Veli terbaring di ranjang, dengan cepat Aran menindihnya.
"Kalau kamu berani sama saya, habis kamu!" kata Aran.
Wajah Veli memucat karena keduanya kini tanpa ada jarak sedikit pun.
"Aran turun, jangan kurang ajar," Veli berusaha mendorong dada bidang Aran tapi tidak bisa tenaga Aran jauh lebih besar dari pada Veli.
"Kamu panggil saya apa barusah?"
"Aran, eh....Mas Aran, udah gw udah panggil Mas juga sana bangun," Veli masih berusaha mendorong dada bilang Aran.
"Awas kalau berani tidak sopan pada saya, abis kau!" Aran menatap tajam Veli dan ia bangun dari atas tubuh Veli, dan kini tidur di samping Veli.
"Heh.....maksudnya Mas, lu ngapain tidur di ranjang gw?" Veli kembali menatap tajam Aran, "Lu tidur di sopan sono," ketus Veli.
"Kamu pilih saya tidur di atas ranjang kamu, atau di atas tubuh kamu," tanya Aran tanpa menatap Veli.
"What?" Veli melongo mendengar pertanyaan Aran.
"Pilih yang mana?" tanya Aran tersenyum tanpa di lihat Veli tentunya.
"Ok.....tidur di ranjang gw, tapi jangan macam-macam," kata Veli.
"Selera saya bukan kamu!" ketus Aran tapi ia tersenyum di bawah selimut.
"Masih aja gengsi padahal, udah jelas lu maksa gw nikah sama lu, Aran, eh....salah masksudnya Mas Aran, besok gw beli cincin belian ya, kalau lu suami gw," Veli ingin membuat Aran kesal padanya, lalu Aran membencinya.
"Ok, kasih hak saya ya, setelah saya kasih kamu cincin berlian, saya kan suami kamu," kata Aran menggoda Veli.
"Enak aja, nggak jadi. Nggak usah kalau gitu."
"Harus jadi besok saya belikan."
"Gw nggak mau!"
"Harus mau!"
"Nggak!"
__ADS_1
***
Jangan lupa VOTE dan bintang 5 ya.
__ADS_2