Dokter Cantik Milik Ceo

Dokter Cantik Milik Ceo
Episode 84


__ADS_3

Anggia yang telah tertidur dari sore hari karena lelah hingga ia melupakan makan malam, dan di tengah malam yang gelap gulita tampaknya dua bayi kembar yang masih di kandungan sang ibu merasa lapar dan keduanya berdemo, hingga Anggia terbangun karena merasa sangat terganggu. Mata masih terasa mengantuk sekali namun mau bagaimana lagi rasa lapar mengalahkan rasa kantuk, hingga dengan perlahan Anggia mencoba membuka mata.


Berulangkali Anggia mencoba bangun, namun berulang kali ia kembali tertidur dengan pulas karena rasa lelahnya. Anggia terus memaksakan diri untuk terbangun, hingga akhirnya mata mengantuk nya berhasil terbuka dengan lebar.


Namun Anggia malah merinding mengingat apa yang terjadi beberapa jam lalu antara dirinya dan Bilmar. Rasa malu tak dapat ia katakan perlahan tangannya memindahkan tangan Bilmar yang melingkar di tubuhnya, dengan gerakan pelan Anggia turun dari ranjang dan langsung masuk ke kamar mandi. Anggia belum mandi dari sepulang bekerja dan itu membuat tubuhnya sangat tidak nyaman, hingga ia memandikan tubuhnya di tengah malam walau pun hanya sekedar basah saja karena kasihan pada bayinya bila ia mandi terlalu lama di tengah malam.


Kini Anggia sudah memakai gaun tidur, ia tidak dapat lagi memakai piama kesayangannya sebab sudah tidak ada yang muat. Akan tetapi ia juga merasa lebih nyaman memakai gaun tidur itu karena ukurannya yang cukup besar. Dan gaun itu dulu pernah di belikan Ratih untuknya sewaktu ia pertama kali di bawa ke rumah itu, Ratih memang membeli pakaian untuk Anggia dengan jumlah yang cukup banyak, sebab Anggia tak memiliki pakaian ganti sama sekali saat di bawa ke rumah saat itu.


"Anggi," Bilmar terbangun dan melihat sang istri yang hendak keluar dari kamar, bahkan tangan Anggia sudah memegang gagang pintu tapi semua tertunda karena mendengar suara sang suami yang mampu menghentikannya.


"Ya...." Anggia tak tau harus bagaimana cara berhadapan dengan Bilmar setelah apa yang barusan terjadi.


"Kamu mau kemana?" Bilmar turun dari ranjang dan memakai pakaiannya lalu berjalan mendekati Anggia.


Anggia menunduk sejenak ia memejamkan mata lalu membukanya kembali, Anggia bahkan hanya menunduk saja berhadapan dengan Bilmar.


"Anggi, tadi sore lupa makan, sekarang laper dan mau makan," Anggia dengan cepat ke luar dari kamar meninggalkan Bilmar dalam kebingungan. Tapi Bilmar juga ikut menyusul Anggia dan lebih anehnya ternyata kini Anggia masih di luar kamar tangannya mengelus dada sambil menormalkan perasaan seolah ia sedang ketakutan.


"Kamu kenapa?" Bilmar yang melihat keanehan sang istri tentu saja langsung bertanya dari pada penasaran.

__ADS_1


"Eh kodok, Eh kambing, Eh kucing," Teriak Anggia sebab suara Bilmar mengangetkan nya, padahal Bilmar sama sekali tidak berniat membuat Anggia kaget mungkin karena Anggia memang sedang hanyut dalam pikirannya jadi ia malah kaget dengan suara Bilmar.


"Anggi kenapa?" Bilmar merangkul pundak Anggia, jika biasanya Anggia biasa saja tapi tidak kali ini. Kali ini Anggia dengan cepat melepaskan diri dari Bilmar.


"Anggi udah lapar, kasihan yang di dalam," Tutur Anggia yang masih berusaha menetralkan diri


"Abang temani," Bilmar ikut berjalan di belakang Anggia, kalau Anggia sibuk dengan rasa malunya tapi tidak dengan Bilmar. Mata Bilmar malah menatap body Anggia yang seperti gitar spanyol terlihat sangat menggoda. Dan khayalan nya apa yang tadi sore terjadi kini kembali mereka ulangi dengan panas dan begitu liar.


BUUK.


Tangan Anggia memukul wajah Bilmar yang sedang berfantasi membayangkan kini ia tengah mengobrak-abrik pabrik milik sang istri. Seketika Bilmar tersadar dari lamunan kotornya, tidak lupa beberapa kali Bilmar mengusap kasar wajahnya berharap otaknya bisa berpikir lebih jernih.


"Eh," Bilmar menggaruk tengkuk, ternyata itu benar-benar hanya fantasinya saja. Padahal Bilmar ingin mengulangi pergulatan panasnya dengan Anggia tadi sore yang sangat menggairahkan.


"Udah ah," Anggia mengibaskan tangan di depannya lalu ia melangkah menuju dapur perutnya sudah sangat lapar, tidak ada waktu mendengar alasan Bilmar yang belum jelas itu.


Kini keduanya sudah duduk di meja makan, dengan makanan yang tertata rapi setelah tadi di panaskan terlebih dahulu oleh Art.


Mana tau bisa dapat yang seperti tadi sore.

__ADS_1


"Abang suapin ya," Bilmar dengan cepat mengambil alih sendok di tangan Anggia.


"Anggi sendiri aja nggak papa kok Abang," Anggia masih terlalu malu dan belum terbiasa dengan perhatian Bilmar, di tambah lagi tentang hal yang sudah mereka lakukan tadi sore.


"Abang aja," Bilmar mulai menyuapi Anggia yang susah payah membuka mulutnya, Bilmar tau kini istrinya sedang merasa sangat malu tapi terlihat menggemaskan di mata Bilmar.


Setelah selesai makan Anggia minum dan ia berdiri tapi dengan cepat Bilmar menarik tangan Anggia, hingga Anggia terhuyung ke depan dengan refleks memeluk pinggang Bilmar. Anggia mencoba melepaskan diri tapi apa mau di kata sang suami tak mengijinkan. Perlahan namun pasti Bilmar mengangkat dagu Anggia tatapan keduanya bertemu, Anggia masih terlalu malu namun ia juga tidak munafik jika memang menginginkan nya.


Dalam sekejap Bilmar melahap bibir Anggia, perlahan tangan Anggia melingkar di tengkuk Bilmar menikmati sentuhan tangan Bilmar pada dua gundukan nya, Bilmar mengangkat tubuh mungil sang istri ke atas meja dan mulai mengeluarkan dua gundukan itu dari sarangnya, melalui atasan kerah yang memang sangat lebar bahkan sebelumnya setengah gundukan itu sudah menyembul keluar.


Keduanya terlihat begitu bergairah dalam memadu kasih, kebahagian yang di berikan Bilmar rasanya sangat membuat menciptakan kebahagian. Anggia tidak ingin mengingat masa buruk nya dulu, namun masa kini pun adalah hal yang sangat ia inginkan.


Setelah beberapa menit keduanya bertempur, Bilmar mengangkat Anggia menuju kamar. Ia dapat melihat wajah lelah istrinya yang terlihat begitu pucat, Bilmar tersenyum bahagia sudah memiliki wanita yang ia inginkan sejak bertemu dengan Anggia.


Bilmar perlahan membaringkan Anggia di atas ranjang, lama Bilmar menatap lekat wajah cantik itu. Tangannya merapikan beberapa anak rambut yang menutupi wajah Anggia, ada cinta di sana, ada kasih sayang, ada impian yang akan di gapai bersama. Ada masa depan yang tengah di kandung Anggia. Sejenak Bilmar kembali terkenang saat mereka pertama kali bertemu, Anggia hanya senyum dengan seadanya dan terus menghindarinya. Rambut panjang Anggia terurai membuat hatinya semakin bergetar dan tidak ingin menjauh walau hanya satu detik saja.


Tangan Bilmar perlahan mengelus bibir merah Anggia, bibir yang manis saat tersenyum, bibir yang manis saat tertawa, bibir yang mampu membuatnya lupa akan dosa karena terbuai akan nikmatnya. Puas Bilmar memandangi wajah Anggia, ia meluk Anggia hingga ikut tertidur lelap.


***

__ADS_1


VOTE jangan lupa.


__ADS_2